Buat yang LDR, 7 Kutipan Boy Candra Ini Akan Menguatkan Hatimu

Nama Boy Candra sudah tidak asing lagi bagi penikmat sastra belakangan ini. Penulis asal Sumatera Barat yang lahir pada 21 November 1989 tersebut juga tercatat pernah mengenyam bangku kuliah pada program studi Administrasi Pendidikan di Universitas Negeri Padang.
Pria 27 tahun ini termasuk aktif di media sosial seperti twitter @dsuperboy, Instagram @boycandra, dan Facebook dengan unggahan berupa penggalan-penggalan kutipan dari 12 buku karangannya yang telah tersebar luas di nusantara.
Mulai dari Origami Hati (2013), Setelah Hujan Reda (2014), Catatan Pendek Untuk Cinta yang Panjang (2015), Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usai (2015), Sepasang Kekasih yang Belum Bertemu (2015), Surat Kecil Untuk Ayah (2015), Satu Hari Di 2018 (2015), Kuajak Kau Kehutan dan Tersesat Berdua (2016), Sebuah Usaha Melupakan (2016), Pada Senja yang Membawamu Pergi (2016), Seperti Hujan yang Jatuh Ke Bumi (2016), dan Jatuh dan Cinta (2017).
Salah satu ciri khas dari karya-karya Boy Candra adalah lekat dengan lika-liku romansa khas anak muda. Apalagi nuansa yang piawai mewakilkan dilematika pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh (Long Distance Relationship). Benar memang, hanya orang-orang kuatlah yang sanggup bertahan dalam tipikal hubungan seperti itu sebab jarak kadang memang begitu jahat menyisipkan rindu yang menyayat.
Nah, semoga hatimu semakin tegar melalui kutipan-kutipan dari Boy Candra berikut ya!
1. Semoga kamu kuat merindunya ya!
Pacaran jarak jauh memang tak semudah air yang jatuh, tetapi pacaran jarak jauh mampu menumbuhkan rindu yang utuh.
2. Tuh, gak usah khawatir ya!
Sejauh apapun kamu pergi, tetap saja bayangmu yang kubawa.
3. Intinya sih, yuk sama-sama memperbaiki diri.
Cara baik menjalani LDR adalah dengan tetap fokus mengejar impianmu. Kalau dia sibuk dan kamu sibuk, berkabarlah semampunya. Kalau memang begitu banyak pekerjaan, hingga komunikasi tak lancar —namun kamu percaya dia setia.
Tetaplah fokus pada pekerjaanmu, pendidikanmu, dan hal-hal baik yang kau lakukan. Kalau memang dia yang terbaik, dia akan tetap menjaga hatimu meski tak selalu mengabarimu.
Namun, jika dia bukan yang terbaik, setidaknya kau tetap menjadikan dirimu yang terbaik dengan menggapai impianmu. Nanti, kamu juga akan ditemukan seseorang terbaik saat kamu menjadikan dirimu lebih baik.
4. Namanya juga LDR; Lelah Dilanda Rindu.
Kau tidak tahu, aku menenangkan debar dada sendiri. Perasaan yang bergemuruh sepanjang hari. Rasanya ingin terus bersamamu; menatap matamu, mendengar suaramu. Berlama-lama menghabiskan waktu, menikmati apa saja. Asal denganmu. Mungkin, ini yang dikatakan rindu, sedalam dalamnya rindu.
5. Tunggu aku pulang ya, sayang.
Jadilah penyeimbang perjalananku. Seseorang yang belajar mengerti kelemahanku. Kau yang mau memahami kekalahanku. Juga yang tersenyum kala aku mampu mengalahkan rasa takutku.
Jangan berjarak terlalu jauh, agar aku tetap bisa berjalan dengan melihatmu utuh. Jangan mendekap terlalu erat, agar aku masih bisa bernapas untuk segala yang aku ingat.
Bagiku, kau adalah arah pulang. Persimpangan mana pun yang kutempuh padamu juga aku akan datang.
6. Kalau memang jodoh juga gak bakal kemana.
Kau dan aku hanya perlu mempersiapkan diri, hingga kita punya hari baik suatu hari. Kita perlu melawan perasan buruk dalam diri, perasaan yang hanya membuat kita saling jauh. Perasaan yang menciptakan saling tuduh. Siapa yang tidak cinta di antara kita. Padahal, semua itu hanyalah efek dari rasa curiga.
Jangan memikirkan hal yang tidak ada. Kau hanya perlu meyakini, jika memang kita disuratkan di jalan ini. Maka tak ada satu pun yang perlu kita risaukan. Jika memang bukan dikehendaki yang Mahatinggi, kita akan belajar lagi saling mengikhlaskan. Fokuslah pada hal-hal baik dalam hari-harimu. Jaga baik-baik semua rasa rindu.
Mari saling mendoakan agar menyatu dalam temu. Bukan membuat kita menjadi terbelenggu. Perasaan yang baik itu akan menenangkan, meski juga mungkin saja diuji dengan beberapa rintangan. Apakah kita bisa sabar, atau malah memilih berpisah sebelum sempat satu ikrar.
7. Yuk, berjuang bersama, sayang!
Di usia yang sudah melewati masa remaja. Cinta tak hanya sekadar bersama setiap waktu. Bukan perkara harus ada saat kamu butuh dia, kapan pun itu. Juga bukan apa pun yang kamu mau dia bisa melakukannya, meski mengabaikan kegiatannya.
Bukan begitu, cinta pada usia melewati masa remaja, adalah tentang bagaimana kamu mengelola ego. Terkadang kamu harus diabaikan demi pekerjaan, terkadang kamu harus sabar agar dia fokus menata masa depan. Waktu bertemu juga harus dibagi dengan waktu bekerja. Sebab, hidup bukan perkara bersama saja, tapi juga berjuang untuk yang kita cinta.