Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Keliru untuk Bertahan dalam Pertemanan yang Toksik

ilustrasi teman toksik (pexels.com/Matheus Ferrero)
ilustrasi teman toksik (pexels.com/Matheus Ferrero)

Gak cuma hubungan asmara aja, lho yang bisa toksik, hubungan pertemanan dan persahabatan pun demikian. Ada kalanya kita gak beruntung karena harus berurusan dengan mereka yang sangat toksik dan bahkan harus berteman dengan orang-orang semacam ini. Rasa gak nyaman, insecure, bahkan tertekan akan sangat mungkin menghampiri jika kita terus membiarkan orang-orang ini menjadi teman kita.

Gak usah takut untuk keluar dari zona pertemanan yang toksik. Sebab mereka gak mendatangkan apa-apa bagimu selain penyesalan. Apalagi kalau alasanmu bertahan adalah salah satu dari lima hal berikut, duh, gak banget, deh. 

1. Takut sendirian dan gak bisa menemukan teman lain

ilustrasi orang insecure (Pexels.com/Max Mishin)
ilustrasi orang insecure (Pexels.com/Max Mishin)

Banyak orang yang terjebak dengan teman yang toksik karena takut sendirian. Seolah mereka gak akan bertemu dengan orang lain yang bisa dijadikan teman jika melepaskan diri dari pertemanan toksik ini. Padahal kenyataannya tentu gak demikian.

Di manapun kita berada, kemanapun kita melangkah, akan selalu ada orang baik yang bisa dijadikan teman, lho. Lagipula, teman bukan hanya mereka yang seumuran dan satu lingkungan aja, kan? 

2. Takut dicap jahat dan pilih-pilih teman

ilustrasi orang bertengkar (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi orang bertengkar (pexels.com/Liza Summer)

Merasa bersalah jika harus keluar dari pertemanan yang ada juga sering dijadikan alasan. Takut dianggap jahat dan pilih-pilih teman, membuat kita bertahan dengan teman yang ada. Kita selalu menahan diri atas perilaku dan perbuatan mereka hanya untuk menjaga hatinya.

Padahal, mereka aja gak memikirkan perasaan kita. Orang-orang akan bisa memaklumi, kok jika kamu keluar dari pertemanan tersebut. Gak perlu terlalu memikirkan cap yang akan diberikan orang lain kepadamu. Utamakan dulu perasaan dan kondisi mentalmu. 

3. Gak ingin jadi bahan pembicaraan di belakang

ilustrasi pertemanan penuh drama (Pexels.com/Sake Le)
ilustrasi pertemanan penuh drama (Pexels.com/Sake Le)

Masih ada juga, nih alasan lainnya yang hampir mirip, yaitu gak ingin jadi bahan pembicaraan. Memang, ketika keluar dari zona pertemanan tertentu, orang-orang tersebut biasanya akan bergunjing soal kita. Tapi, toh, ini hanya sementara.

Ketimbang kamu terus merasa tertekan bertahan dalam pertemanan yang toksik, bukankah lebih baik dibicarakan sesaat dan kemudian dilupakan? Mengorbankan hati dan kesehatan mentalmu demi orang-orang toksik itu sangat gak worth it, lho. 

4. Merasa bahwa suatu saat nanti mereka akan berubah

ilustrasi keluarga (pexels.com/Abandon)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Abandon)

Masih mengharapkan perubahan akan terjadi pada teman-teman yang toksik juga jadi alasan lain yang sering diungkapkan. Padahal seperti yang kita semua tahu, yang namanya karakter itu akan sangat sulit berubah. Terlebih jika orang yang bersangkutan gak merasa ada yang salah dengan dirinya. 

Biasanya inilah yang terjadi pada orang toksik, mereka sama sekali gak merasa bahwa sifat yang dia miliki sudah mengganggu orang lain. Sehingga mereka terus merasa baik-baik aja dan gak ada yang perlu diubah dari dirinya. Lalu, mau sampai kapan kamu bertahan? 

5. Menyangkal kalau circle pertemanan tersebut sangat toksik

ilustrasi orang bermain gadget (Pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi orang bermain gadget (Pexels.com/Gustavo Fring)

Sungguh disayangkan jika kamu berada di pertemanan yang toksik tapi enggan mengakuinya. Menyangkal bahwa circle mu itu gak sehat justru mendatangkan penderitaan lain bagi dirimu di kemudian hari, lho. Pertemanan yang toksik akan menggerogoti hati dan pikiran kita jika terus dibiarkan.

Gak cuma mentalmu yang akan bermasalah, lama kelamaan kamu bahkan bisa menjelma jadi orang yang sama toksiknya seperti teman-temanmu. Itulah kenapa kita harus belajar merelakan orang-orang yang gak memberikan manfaat dalam hidup.

Melepaskan diri dari pertemanan toksik gak hanya bikin kamu lebih bahagia, tapi juga bisa membuka matamu lebih lebar dan mendatangkan kesuksesan. Semakin lama kamu bergaul dengan orang toksik, gak ada faedah yang bisa kamu dapatkan. Justru hidupmu semakin hancur dan tersesat. Gak mau, kan? 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us