Kamu adalah Orang yang Ku Ikut Sertakan dalam Segala Ingatan Maupun Doa yang Kusampaikan pada Tuhan

#14HariBercerita Kepada Oryza Sefta — sahabatku.

Seorang pria beralis tebal yang memiliki jiwa ketangguhan. Maafkanlah aku mengikut sertakan namamu dalam buku harianku. Bukan apa-apa, aku hanya ingin memberanikan bahwa segala yang kau tuduhkan kepadaku dulu—bahwa aku adalah wanita pemalas, wanita jadi-jadian,wanita lecek yang gemar bermain DOTA, tidak bisa meraih impian, itu adalah kesalahan besarmu, sahabat. Nyatanya perlahan, aku bisa berkembang karena ulah ejekanmu itu. 

Dan entah kenapa pula akhir-akhir ini sosok bayangamu yang menyebalkan itu kerap menghantui pikiranku, jangan bilang aku merindukanmu. Karena bagiku. Merindukanmu sama hal dengannya mengulang memori lalu. Sempat terpikir olehku untuk menyusulmu ke Jogjakarta — tempatmu melalang buana, namun, ada saja kendalanya. Barangkali semesta sudah tidak menakdirkan kita untuk bersama-sama. Aku masih ingat sekali. sebelum kamu melakangkahkan kaki dari Kota

Pekanbaru, ada sebuah nasehat yang kamu lontarkan, hingga sampai saat ini mengecap di memoriku. “Bermimpilah sesuka hatimu, namun satu syarat kau harus cepat terbangun, dan raih yang sedang kau incarkan. Apapun kendalanya jangan pantang semangat, walaupun banyak cobaan silih berganti.” Katamu sewaktu-waktu pada malam jomblo itu, kita duduk angkringan tempat kita bercanda gurau.

Oryza, sahabatku. Sampai saat ini tidak ada yang menggantikan posisimu, orang yang paling bawel menceramahiku, dan orang yang paling ambius menyemangatiku. Hingga sampai saat ini aku masih menunggu kabarmu yang entah di mana, aku sangat merindukan sosok dirimu, walaupun 3 bulan lalu kamu sempat mengabariku, menanyai kesehatanku. Dan lagi-lagi kita saling meringkuh air mata, sebab kudengar kabar kau sedang bersusah hidup di perantauan. Dan saat itupula kukatakan “pulanglah, kita lewati kesusahan itu bersama, namun, kau menolaknya. Kamu katakan “pantang sekali pejuang mundur di medan perang, “ aku tahu maksud dari perkataanmu. 

dm-player

Setelah percakapan itu, kamu sudah tidak pernah mengabariku kembali, entah itu lewat Facebook, Instagram, ataupun BBM. Kamu hilang bagai dihembus angin. Padahal kamu tahu, aku sangat mengkhawatirkan kondisimu. Selang beberapa waktu Aku mendapat kabar dari seorang teman yang berdomisili di Jogjakarta juga, bahwa kamu tengah mendapat kekasih baru, aku turut bahagia mendengarnya, ternyata orang gila sepertimu ada juga yang mau.

Namun, yang tidak habis kupikirkan kenapa secepat itu kamu berubah, seolah-olah kamu tidak mengenaliku. Beberapa panggilan telepon dariku kau abaikan, juga pesan singkat kamu acuhkan. Aku tidak mengerti kesibukan apa yang membuatmu melupa akan diriku—sahabat yang dulu selalu ada untukmu. 

Darimu aku belajar banyak hal, terutama kegigihanmu meraih impian, bertahan dari kerasnya hidup, dan solidaritas dalam berteman. namun, sekarang kamu teramat asing untuk aku kenali. Kamu seperti seseorang yang canggung untuk dalami. Namun, sejauh ini aku tetaplah sahabatmu, yang melintuh segenap Doa untuk kesuksesanmu kedepannya.

Oiya, sekarang aku menjadi penulis, seperti impian 2 Tahun lalu yang kamu tawarkan, yang sama-sama kita awali dari kesakitan untuk mencampainya. Hari ini aku semakin rindu padamu, perihal kamu tidak merindukanku, tidak masalah. Bagiku, kamu tetap dalam penjagaan dan kesehatan menyertai itu sudah lebih dari apapun itu. 

Aku percaya, suatu saat kita pasti dapat bertemu, entah itu kamu sudah punya isteri dan anak, sedang aku dengan seseorang yang sedang kudoakan. Semoga saja, semesta selalu merahmati kita sebagai tualang yang berjuang dengan tabah merawat impian.

Defi Pusvi Photo Writer Defi Pusvi

tukang cukur kenangan~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya