Apa Arti Orange Peel Theory di TikTok? Lagi Viral buat Mengukur Cinta!

Inilah faktanya

Orange peel theory tengah ramai diperbincangkan di media sosial Tiktok. Teori ini dianggap dapat menilai apakah pasanganmu termasuk dalam kategori red flag atau green flag. Seiring berjalannya waktu, tes ini juga dilakukan untuk mengukur apakah hubungan yang tengah dijalani sehat atau tidak. 

Tren ini didasari atas konsep bahwa hubungan merupakan hasil dari interaksi sehari-hari yang konsisten. Bagaimana pasangan merespons atas tindakan pasangan lainnya, dapat menjadi tolak ukur kesuksesan hubungan. Namun, benarkah demikian? Simak pemaparan mendalam dari para ahli mengenai fenomena tersebut!

1. Awal mula tren orange peel theory

Apa Arti Orange Peel Theory di TikTok? Lagi Viral buat Mengukur Cinta!Ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Tren ini dianggap dapat mengukur besar cinta pasangan. Konten ini pada mulanya hadir dalam bentuk tantangan oleh seorang perempuan yang meminta tolong pasangannya untuk mengupas kulit jeruk. Dalam tantangan tersebut, seorang perempuan akan meminta pasangannya untuk mengupas kulit jeruk karena tak suka apabila kukunya rusak dan tangannya lengket. 

Tren ini berkembang dan dihubungkan dengan besarnya rasa cinta pada pasangan. Jika pasangan bersedia mengupas jeruk dan peduli akan permintaan kecil, hal tersebut diasosiasikan sebagai bentuk kesiapan untuk mengakomodasi segala kebutuhan, memiliki tingkat empati yang tinggi, serta pengertian yang mendalam terhadap pasangannya.

Sebaliknya, dalam tes ini, jika pasanganmu enggan membantu mengupas jeruk, maka dianggap orang tersebut kurang peduli dan menghormati kebutuhanmu. Mengutip dari situs resmi Forbes, tes ini dianggap menjadi pengukuran sederhana atas rasa pengertian, hormat, dan kepedulian dalam hubungan. 

2. Tindakan saling membantu akan memupuk rasa cinta dan memberi dampak signifikan dalam hubungan

Apa Arti Orange Peel Theory di TikTok? Lagi Viral buat Mengukur Cinta!Ilustrasi pasangan (pexels.com/Bethany Ferr)

Para peneliti dalam Gottman Institute berpandangan bahwa tindakan saling membantu dan peduli dalam hubungan, akan memberi dampak signifikan terhadap kelanggengan serta kesuksesan hubungan. Pasangan yang cenderung memberi respons positif atas tawaran satu sama lain, membentuk hubungan yang kuat dan tangguh.

Sejalan dengan orange peel theory, Journal of Social and Personal Relationships di tahun 2014 juga mengemukakan bahwa rasa kasih sayang dan empati oleh kedua belah pihak (dalam hal ini ditandai dengan kemauan mengupas jeruk) akan memberi pengaruh positif. Selain itu, tindakan welas asih atau compassionate love akan berimbas pada kelanggengan hubungan. 

Singkatnya, jika kamu dan pasangan saling membantu, maka hubungan kalian akan cenderung lebih bahagia dan langgeng. Sebab, telah teruji bahwa sikap saling membantu memberi dampak signifikan pada kepuasan pernikahan.

Perlu digarisbawahi, dalam jurnal yang berjudul 'Happy People Become Happier through Kindness: A Counting Kindness Intervention' tersebut, terdapat korelasi antara kebahagiaan dan kebaikan. Apabila pasangan berlaku baik (misalnya dengan membantu membuka kulit jeruk), maka ia akan memberi kebahagiaan untuk dirinya dan orang lain. 

Namun, hal itu membutuhkan kerja dua orang di dalam hubungan, bukan hanya salah satu pihak. Apabila keduanya bersikap peduli dan penuh perhatian, maka hubungan akan berjalan lebih bahagia. 

3. Tak akurat untuk menguji hubungan yang sehat dengan challenge di Tiktok. Cara ini dinilai ahli lebih efektif!

Apa Arti Orange Peel Theory di TikTok? Lagi Viral buat Mengukur Cinta!Ilustrasi pasangan (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Berjalannya sebuah hubungan memerlukan usaha dua orang. Psikoterapis Jade Thomas dalam situs Glamour, membenarkan bahwa konsep saling membantu, sebagaimana yang ditampilkan di Tiktok tersebut, dapat membangun hubungan romantis yang baik dengan pasangan. 

Jade menilai orange peel theory tidak dapat menjadi indikator yang baik untuk mengetahui apakah hubungan yang tengah dijalani sehat atau tidak. Pasangan yang tampaknya tidak ingin membantu atau bahkan bereaksi agresif, seperti marah dan kesal, tak bisa semena-mena dianggap red flag dan sebaliknya.

Selaras dengan hal tersebut, dalam situ resmi Vice yang ditulis Helen Meriel Thomas, tren tersebut tak sepenuhnya dapat mengindikasikan apakah seseorang red atau green flag. Keputusan yang diambil oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti situasi, kepribadian, niat, bahkan motivasi seseorang dalam bertindak, sehingga psikolog hubungan Charisse Cooke menganggap tes tersebut tidaklah fair.

Charisse dalam artikel Vice, menyebutkan tes serupa kurang berguna karena mengesampingkan masalah dalam hubungan. Dengan melakukan tes semacam itu, justru menimbulkan perhatian dan problem baru. Bagi mereka yang mau membantu kemudian dianggap green flag boyfriend, akan menjadi sombong, sementara mereka yang melakukan tindakan berkebalikan justru memunculkan hubungan tak sehat. 

Daripada menguji pasangan dengan sebuah jeruk, Charisse menyarankan untuk melakukan komunikasi dua arah. Dengan melakukan komunikasi dan interaksi dua arah, kedua pasangan dapat saling mengungkapkan perasaan serta keinginannya yang telah disesuaikan dengan konteks personal. 

Baca Juga: Apa Itu Geopolitik? Ini Pengertian, Teori, dan Tujuannya!

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya