Lucu Memang, Aku Masih Saja Merindukanmu Walau Kutahu Hatimu Bukan Untukku
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bulan Juli musim kemarau jadi saksi pertemuan itu. Kamu yang begitu ramah menyambut dan aku yang masih malu-malu. Kamu yang begitu tegas menjelaskan dihari pertama kukerja. Kamu bahkan jadi orang pertama yang begitu sabar memandu. Itu awalnya. Awal hati ini mulai bergetar tiap berjumpa denganmu.
Tak hanya sikap ramah yang kamu tunjukkan padaku. Senyum dan tawamu selalu hadir. Aku pun seolah tersihir. Kamu yang selalu menegur lebih dulu, kamu yang selalu tahu caranya buatku tertawa. Di mana kamu berada, seolah aku juga ingin di sampingmu. Menghabiskan 9 jam bersamamu seolah belum cukup. Aku ingin jadi orang yang selalu kamu butuhkan.
Punggung besar itu semakin ingin kumiliki dan kudekap hanya untukku seorang.
Ego mulai menggerogotiku. Betapa aku ingin jiwa dan ragamu untukku. Betapa pandangan itu kuingin hanya untukku. Tak seorang pun tahu. Memang, karena cukup aku yang tahu. Cukup aku menikmati dalam diam. Namun semakin kupendam, semakin besar rasa ingin memiliki.
Kadang aku memaki diri sendiri, betapa egoisnya diriku. Betapa bodohnya aku menginginkan kamu yang hanya menganggapku rekan kerja saja. Semakin aku memikirkannya, semakin kuat rasanya. Semakin aku mencintaimu, semakin sakit kurasa. Namun kusadar, aku bukan yang kamu inginkan. Kini biarlah kuterus mencintaimu bertopengkan rekan kerja.
Jika mencintaimu membuatku terlihat bodoh, biarlah! Izinkan aku mendekapmu dalam diam.
Editor’s picks
Menyapa langit dan bintang dikala sepi. Menyapa senja disaat ingin kusampaikan rindu. Bertemankan angin di kala rindu sosokmu. Semuanya terasa menyesakkan. Dan entah berapa lama harus kulalui semua ini.
Aku lelah menyimpannya sendiri. Kumohon menolehlah sejenak agar kamu tahu seberapa besar kesetiaanku
Tulisan ini adalah kiriman dari IDN Community. Kalau kamu ingin mengirimkan artikelmu, kirimkan ke community@idntimes.com