Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-an

Ah, itu gue banget!

Tiga dara tengah berbincang serius di sebuah restoran. Penampilannya tampak seperti orang-orang yang sudah mapan. Tas, sepatu, baju, sampai jam tangannya bermerek.

Tidak tampak kesulitan finansial bila dipandang dari luar. Namun, kelihatannya, ada hal yang digamangkan bersama: status.

Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-anSeekingSoulmate/IDNtimes

Ya, tiga perempuan di layar kaca itu belum juga dipersunting laki-laki, meski sudah mapan dan berumur. Adegan ini seperti citraan persoalan yang dialami orang-orang zaman sekarang: kasus-kasus perempuan single kaum urban yang sudah memasuki usia 30-an marak ditemukan di kota-kota besar.

Penyebabnya macam-macam. Ada yang keenakan lantaran sibuk kerja, bisa juga karena gaya hidup yang sudah bergeser. Puncaknya, mereka bingung sendiri bila sedang berada di kamar, merenung, dan menghayati, “Untuk apa dan siapa sih hidup itu?”

Ita Sembiring, penulis fiksi yang sudah malang-melintang di dunia seni, bersama rekan-rekan sineas jebolan LA Indie Movie, merilis film yang mengangkat isu single yang banyak “diderita” kaum urban: Seeking Soulmate.

Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-anSeekingSoulmate/IDNtimes

Ide yang diangkat di film berusaha mengetengahkan persoalan-persoalan yang menyebabkan seseorang masih tetap single, meski usianya sudah memasuki dewasa (atau bisa jadi matang), karier sudah mapan, hidup nyaman, bahkan tampang juga sudah mulai “lumayan”. Film ini sungguh menyentil kaum urban, yang membuat orang merenung.

Baca Juga: 8 Film Hollywood yang Menginspirasi Penemuan Teknologi Canggih!

Persoalannya tidak hanya melilit kaum wanita, tapi juga pria. Para single itu semula digambarkan sangat percaya diri dengan kesendiriannya. Namun di hati kecilnya menyelinap kesepian mendalam.

dm-player
Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-anilustrasi - gzhphb.com

Dikemas sederhana dan penuh komedi, cerita di film itu justru mengundang gelak tawa dan kemirisan yang ikut dirasakan. Banyak pula reaksi “itu gue banget” saat film diputar. Durasi 30 menit membikin orang merasa kurang puas menyaksikan film indie itu. Penyebabnya, sang sutradara, Jody Surendra, mengemas filmnya dengan apik dan berkelas.

Saat ini, "Seeking Soulmate" sedang berjuang supaya bisa tayang di bioskop.

Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-anSeekingSoulmate/IDNtimes

Film Seeking Soulmate memang diproduksi “mati-matian”. Artinya, hingga film kelar diproduksi, tim sineas masih saja berjuang mencari donatur yang mau mensponsori mereka supaya karya itu bisa ditayangkan di bioskop dan ditonton anak-anak muda masa kini.

Mereka punya mimpi besar supaya kisah yang mengangkat persoalan kompleks itu bisa menyebar luas. “Kami berharap film ini akan diputar di bioskop seluruh Indonesia,” kata Jody, sang sutradara.

Seeking Soulmate: Realita di Balik Kehidupan Wanita Single Kaum Urban Usia 30-anSeekingSoulmate/IDNtimes

Kendati belum bisa diputar di layar lebar, mereka memiliki cara lain untuk menyebar-luaskan film.

Para sineas itu mau saja diundang ke mana-mana oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu. “Kami akan datang dengan senang hati,” tutur Ita. Mereka tak mau film produksi anak negeri itu hanya berhenti dinikmati sendiri.

Baca Juga: "Lights Out", Film Horror yang Diprediksi Lebih Seram dari Conjuring

Topik:

Berita Terkini Lainnya