Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi zodiak paling moody saat pacaran (pexels.com/alex green)
ilustrasi zodiak paling moody saat pacaran (pexels.com/alex green)

Intinya sih...

  • Punya mindset harus bertanggung jawab atas emosi pasangan

  • Selalu berusaha memperbaiki pasangan

  • Silent treatment saat berkonflik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam hubungan asmara, gak semua masalah datang dengan tanda-tanda yang jelas. Terkadang, ada hal-hal kecil yang tampaknya sepele namun perlahan-lahan menggerogoti kepuasan dan kedekatan dalam hubungan. Tanpa disadari, kebiasaan sehari-hari, pola komunikasi yang keliru, atau ekspektasi yang gak terucap bisa menjadi racun halus yang mengikis rasa cinta dan kenyamanan. Kalau kamu merasa hubunganmu akhir-akhir ini terasa hambar atau mudah memicu konflik, mungkin ada faktor tersembunyi yang perlu segera kamu sadari.

Dilansir dari berbagi sumber, ini 7 hal yang diam-diam merenggut kepuasan hubunganmu dan pasangan! Yuk, simak!

1. Punya mindset harus bertanggung jawab atas emosi pasangan

ilustrasi toxic relationship (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Seperti layaknya kehidupan, ada kalanya kita dan pasangan akan mengalami hari-hari yang gak menyenangkan. Entah urusan pekerjaan atau dengan kekuarga, terkadang ada hal-hal gak terhindarkan yang membuat perasaan jadi negatif. Kita mungkin sebagai pasangan akan berusaha untuk menyenangkan hati pasangan, atau sebaliknya kita mungkin akan meminta pasangan untuk menghibur kita. Seth J. Gillian, seorang psikolog yang berspesialisasi dalam terapi perilaku kognitif (CBT) mengatakan pada Psychology Today,

"Apa yang kamu lakukan memengaruhi perasaan pasangan, sama seperti tindakan mereka memengaruhi perasaan kita. Kamu mungkin berpikir bahwa kamulah yang harus memperbaiki suasana hati pasangan. Namun, seperti yang akan kamu temukan, kamu gak memiliki kendali penuh atas emosi pasangan. Meyakini bahwa kamu bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka memberi banyak tekanan, dan dapat menyebabkan rasa kesal ketika tindakanmu gak memberikan efek yang kamu inginkan"

Jadi mindset ini harus diperbaiki sedikit, di mana kita bisa mencintai dan menghibur pasangan, tetapi kita tetap gak bertanggung jawab atas emosinya.

2. Selalu berusaha memperbaiki pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Kita tentu sebagai pasangan, ingin bisa saling berbenah dan meningkatkan kualitas diri. Namun terkadang hal yang ingin dirubah bukan sesuatu yang buruk, namun perilaku yang sebenarnya sudah tepat namun kurang cocok dengan kita. Atau kamu sering melakukan koreksi pada pasangan terhadap hal kecil. Christiana Evripidou, seorang penasehat social emotional learning yang bekerja di sekolah Cyprus berkata pada Glam,

"Seorang psikoanalis bersertifikat bernama Dr. Allan Schwartz berkata bahwa keinginan yang gak sehat untuk memperbaiki orang lain adalah masuk ke dalam hubungan, di mana pasangan dipandang sebagai seseorang yang perlu diperbaiki. Lagipula, jika kamu menganggap pasangan sebagai sebuah kasus yang perlu diperbaiki, mengapa harus bersamanya sejak awal?"

Jangan salah, pasangan mungkin saja akan menangkap kebaikanmu ini dengan cara pandang yang berbeda. Mereka bisa merasa bahwa kamu gak menerima apa adanya, menciptakan dinamika yang berjarak seakan seperti seorang guru dan murid yang perlu 'dibenahi perilakunya'. Dampaknya untuk kamu sendiri, mungkin akan kecewa dan lelah mental karena melihat mereka gak berubah.

3. Silent treatment saat berkonflik

illustrasi pasangan curiga (pexels.com/cottonbro studio)

Silent treatment adalah salah satu teknik yang sebenarnya toxic, terjadi dalam hubungan dimana ketika seseorang melakukan kesalahan, dia akan bersikap diam dan membuat pihak lainnya merasa frustasi menerjemahkan bahasa tubuh tersebut. Teknik ini dianggap gak bagus karena hanya membuat masalah semakin panjang, membuat salah satu pihak frustasi dan gak bisa berbenah, juga mematikan komunikasi. Terapis pasangan, Jean-Claude Chalmet, berpendapat di sebuah artikel pada website pribadinya,

"Diam gak pernah menyelesaikan apa pun. Jadi, kecuali itu tujuanmu, saya sarankan agar pasangan sepakat bahwa kamu dan pasangan harus berbicara. Jika salah satu pasangan mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan, kamu perlu mengomunikasikannya atau itu gak akan berubah. Perubahan membutuhkan percakapan yang sulit, yang gak disukai siapa pun, tetapi lebih baik daripada terjebak dalam situasi yang tidak sehat"

Buat kamu dan pasangan yang kalau berantem suka kode-kodean, ngambek sambil menunggu pihak yang bersalah memohon atau menyadari kesalahannya, mending stop.

4. Mengungkit kesalahan masa lalu ketika bertengkar

Ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan kepada pasangannya. Meminta maaf dan saling memaafkan adalah langkah yang diperlukan untuk keberlangsungan hubungan. Sayangnya terkadang ucapan maaf gak cukup menghapus luka yang tergores, sehingga terkadang kita masih menggunakan kesalahan itu sebagai tameng menghadapi pasangan.

"Apakah kamu termasuk orang yang gak mau melupakan masa lalu? Apakah kamu bisa memaafkan, tapi gak pernah benar-benar melupakan? Sayangnya, ini adalah salah satu perilaku yang dapat merusak hubungan. Jika kamu ingin menyelamatkan hubungan, kamu perlu menemukan cara untuk lebih berempati terhadap pasangan dan berhenti mengungkit masa lalu. Selain itu, pasanganmu gak akan pernah merasa nyaman, gak pernah tahu kapan kamu akan mengungkit kesalahan masa lalu lagi untuk memancing pertengkaran" tulis Christiana dalam tulisannya di Glam

Ingat, menjalin hubungan itu adalah soal dua individu yang saling membenahi diri dan bertumbuh. Kesalahan di masa lalu biarkan menjadi pembelajaran. Hubungan bukan sebuah kompetisi mengenai siapa yang salah lebih banyak. Fokus pada pembicaraan dan persoalan saat ini tanpa mengungkitnya.

5. Gak memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih

ilustrasi pasangan mapan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Ini hal yang tricky. Kita, terutama yang menjalin hubungan jangka panjang atau sudah bersama selama bertahun-tahun dengan pasangan, mungkin akan melupakan hal ini. Sesuatu yang dilakukan oleh pasangan dianggap sesuatu yang biasa bahkan wajib, sehingga membuat kita lupa untuk berterima kasih.

"Setiap orang mengekspresikan cinta dengan cara yang berbeda, dan seseorang mungkin mengekspresikannya dengan memberikan penghasilan tetap bagi keluarga. Namun, penting untuk menghargai kontribusi pasangan, meskipun kamu merasa membutuhkan gestur-gestur kecil yang penuh perhatian. Saya melihat banyak pasangan yang kurang memiliki rasa syukur, yang menciptakan banyak perasaan negatif. Hal itu membuat orang merasa bahwa mereka tidak akan pernah cukup baik" jelas Jean di website pribadinya.

Mengapresiasi pasangan untuk hal-hal sederhana, akan menambah kehangatan hubungan kalian. Sampaikan dengan tulus, ya!

6. Ekspektasi bahwa harus "jatuh cinta" dan "membara" setiap saat

illustrasi pasangan diam (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Seth menuliskan pada artikelnya di Psychology Today, bahwa cinta yang langgeng bukanlah tentang merasa berdebar-debar setiap kali bersama atau merasakan gelombang ketertarikan setiap kali memandangnya, namun cinta yang langgeng adalah komitmen untuk peduli terhadap kesejahteraan orang lain, bahkan ketika rasa asmara awal telah berlalu.

Perasaan jatuh cinta cenderung memudar seiring waktu, bahkan dalam hubungan yang kuat dan langgeng. Memang hal tersebut perlu diupayakan namun jangan menjadikannya ekspektasi dan tuntutan, dimana setiap saat dan waktu harus merasakan jantung berdebar dan tergila-gila pada pasangan.

Masalahnya, banyak orang menggunakan perasaan "jatuh cinta" sebagai indikator untuk menilai kualitas hubungan. Sehingga gak adanya rasa jatuh cinta ini akan membuat seseorang berpikir bahwa waktu sudah habis, sudah gak cocok lagi, bahkan menyalahkan pasangan karena gak mampu menciptakan bara api cinta tersebut.

7. Sarkastik dan bahasa tubuh yang mengejek

ilustrasi tidak dihargai pasangan (Pexels.com/RDNE Stock Project)

Kamu mungkin akan berdalih bahwa kamu gak pernah menghina atau memaki pasangan. Namun, sarkastik dan bahasa tubuh terkadang bisa berbicara juga. Hal ini biasanya akan dianggap remeh oleh pasangan yang sudah lama menjalin hubungan dan menganggap bahwa hal ini sudah merupakan kebiasaan. Jean menjelaskan di website pribadinya bahwa,

"Penghinaan adalah salah satu indikator terbesar bagi saya bahwa pasangan sedang menuju perpisahan. Ini adalah cara untuk membuat pasangan merasa gak berharga. Tanda-tanda klasiknya adalah sarkasme, ejekan, atau memutar bola mata sebagai respons standar terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan pasangan. Dampak yang dirasakan adalah bahwa orang lain gak layak didengarkan. Tetesan racun yang terkonsentrasi ini pasti mengikis hubungan"

Itulah 7 hal yang ternyata bisa merenggut kepuasan hubunganmu secara diam-diam. Hati-hati dan jangan kasih celah, ya!

Editorial Team