Jauh sebelum aku menuliskan surat ini, aku melihat bahwa teman-temanku sudah punya pasangan. Ada yang hubungannya bertahan sampai detik ini, namun ada juga yang justru putus-nyambung-cari orang lain lagi buat jadi pacar. Sedangkan aku? Kehidupanku berbeda 180o dibandingkan mereka.
Jika kamu masih membaca surat ini, aku bersyukur karena ternyata kamu masih tertarik membaca kisah selanjutnya. Suatu saat, aku disadarkan dengan begitu tegas bahwa aku tidak seburuk itu. Ada Tuhan yang mengasihiku, bagaimanapun kondisi hidupku. Dan Dia juga mengingatkanku bahwa ada kamu yang sedang dibentuk-Nya untuk menjadi pasangan yang satu hati dan sepadan denganku.
Walaupun sulit, tapi aku ingin mengubah pola hidupku. Aku semakin mendekatkan diri kepada-Nya, merawat diriku, dan memperbaiki pola pikirku tentang diriku sendiri.
Calon ksatriaku, aku bersyukur karena aku sudah bisa berdamai dengan masa laluku. Karena ketika seseorang berdamai dengan masa lalunya, dia akan lebih mudah menerima dirinya sendiri dan orang lain. Dia pun juga lebih bisa memaafkan kesalahan. Jika seandainya kamu masih memiliki dendam atau hal-hal yang mengganjal, lebih baik selesaikanlah terlebih dulu.
Kenapa begitu? Karena kalau tidak, dendam atau hal-hal yang mengganjal itu bisa terus terngniang dalam memorimu, dan proses kehidupanmu sebagai individu yang seharusnya jadi terhambat. Menyimpan masa lalu yang gelap hanya akan membuat dirimu menderita.