Dear Mantan: Dulu Kita Pernah Saling Menyayangi, Tak Sepantasnya Kini Kita Saling Membenci

Maka jika ternyata kita telah berjuang dan kemudian kalah, terimalah.

Bagaimanapun juga, kita berdua pernah saling menyayangi bukan? Saling memuja dan memberi kasih. Melindungi satu sama lain dari apapun yang mengancam. Sama-sama menuju tujuan besar untuk saling memiliki dan bertahan selama yang kita bisa. Dan bukankah dahiku pernah kau kecup tiap kali kata sayang tak cukup bagimu untuk mewakili semuanya. Lalu setelahnya kudekap tubuhmu, juga tiap kali kata takut tak cukup untuk mewakili bagaimana jika sampai kehilanganmu.

Dear Mantan: Dulu Kita Pernah Saling Menyayangi, Tak Sepantasnya Kini Kita Saling Membenciilov.gr

Mudahnya kita berdua sekarang pura-pura lupa dan merelakan dirinya seakan ditelan bumi begitu saja. Sambil mengusap dahi dalam-dalam, menganggap seolah tak pernah ada bibir yang mampir membelai di sana. Berjalan berlawan arah sambil mengantongi sejumput sakit hatinya masing-masing. Hingga pada saatnya kita berdua tak sengaja bertemu. Persimpangan itu siap membisu atas dua anak manusia yang saling menghunuskan tajamnya kebencian di jantung masing-masing. Demi apapun, sejak itulah jangan pernah masing-masing dari kita menyebut soal cinta.

Jangan pernah mengingat betapa susah payahnya dulu kita untuk saling mendapatkan. Jangan juga menyinggung soal gunung apalagi pantai. Tempat kau ajak aku lari dari susah-susahnya perkara, dan mengadu padamu hingga sedih tak begitu terasa pilu. Lalu jangan sampai hati untuk menengok ke belakang, sebab aku atau dirimu tak lagi akan ada yang siaga untuk menjaga. Seperti kala bahaya menimpa salah satu dari kita. Atau jika terjadi pada keduanya, mati bersama adalah satu kata sepakat.

Dear Mantan: Dulu Kita Pernah Saling Menyayangi, Tak Sepantasnya Kini Kita Saling Membencipillowfights.gr

Aku terlanjur tahu, sudah kau apakan saja memori-memori itu. Kau lumat kasar dan menginjaknya tepat di depan rupa semua orang. Membantainya tiada ampun. Mengibarkan bendera perang tinggi-tinggi. Siap menumpahkan coreng merah pada perempuanmu dulu. Entah lewat media apa saja, asal benci atas diriku itu merdeka. Hidup dan kau tumbuhkan membabi buta.

Kini, tak ada yang lebih mengalahkan keinginanku untuk menyelami isi kepalamu. Mencari tahu ubun-ubun itu mengapa begitu berasapnya. Mata coklatmu kini mengapa begitu merahnya. Dan senyum murah itu kini mahal sudah. Pertanyaan mengapa terus menganga.

dm-player

Dalam-dalam kuselami, masih sebagai perempuan yang meminta-minta pada Tuhannya. Apabila ternyata gagal, janganlah situasi itu menjadi bakal untuk mematahkan parangai terbaiknya. Yang bahkan kini tak lebih baik dari tingkah anak setan sekalipun.

Maka jika ternyata kita telah berjuang dan kemudian kalah, terimalah. Maka jika ternyata kita telah berusaha lalu tak sesuai hasilnya, berpasrahlah. Maka jika ternyata jarak itu begitu jauhnya lalu kita kehabisan waktu sebelum bertemu, bersabarlah. Lalu apa kerjamu nuranimu, jika isi kepalamu tadi hanya sibuk menghardikku dan Tuhan yang kau anggap tak adil itu?

Dear Mantan: Dulu Kita Pernah Saling Menyayangi, Tak Sepantasnya Kini Kita Saling Membencipin.it

Istirahatlah dan duduklah barang sesaat. Atau jika mau berhentilah membangun dinding kemurkaanmu itu. Sujud kembali pada Tuhanmu, dan bertemanlah denganku. Kubimbing kau menemui gadis yang mungkin jodohmu. Sedang kau bantu aku menemukan lelaki yang mungkin sepertimu. Indah bukan jadinya?

Pada akhirnya paras wajah manismu bisa kuratapi semauku walau tak selamanya. Mengadu segala lara walau tak seberapa lega. Mencumbui pipimu walau hanya lewat mimpi. Mendekap tubuhmu walau rasa tak lagi utuh. Dan mengucap cinta walau itu hanyalah sisa.

 


Tulisan ini adalah kiriman dari IDN Community. Kalau kamu ingin mengirimkan artikelmu, kirimkan ke community@idntimes.com

Topik:

Berita Terkini Lainnya