Jangan Salahkan Aku, Jadi Orang Ketiga Bukan Mauku
Sudah cukup, diam! Tanpa kalian hina aku pun sudah tahu bahwa ini salah. Bahwa aku tidak berhak menjadi jurang antara dia dan kekasihnya. Tetapi kalian tahu apa? Kalian belum tahu rasanya berada dalam posisiku. Setiap hari aku bertanya dan logika ini tak pernah bisa menemukan jawabannya: mengapa aku bisa jadi orang ketiga.
Jangan kau anggap keputusanku mudah, ini soal hati bukan logika
Kalau ditanya dengan akal sehat tentu tak ada siapa pun yang ingin menjadi orang ketiga. Perebut kebahagiaan orang lain bukanlah predikat yang ingin kuemban. Tetapi jika kau menjalani cerita hidupku, tentu tak akan memutuskan semudah itu. Aku pun sudah mencoba untuk mengenyampingkan perasaan dan mengutamakan pikiran. Tetapi hati ini selalu kembali terpaku pada orang itu.
Bukan pula aku yang sengaja mengusik mereka, dia lah yang membuka hati dan mulai mendekati
Awalnya kami kenal biasa saja, dipertemukan oleh kekasihnya yang temanku juga. Lambat laun perkenalan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih, sesuatu yang tak bisa kujelaskan. Dia mendekatiku dengan sikap berbeda, sikap yang bukan diperuntukkan kepada kenalan semata.
Percayalah aku sudah berusaha, mencoba ingat bahwa dia ada yang punya. Tetapi perasaan dalam hati kami terasa begitu kuat. Dan ia pun tak pernah berniat untuk berhenti mendekatiku. Hati ini luluh, aku hanya manusia biasa...
Yang sakit bukan hanya hati kekasihnya saja, aku pun juga menderita
Ketika dia pulang, kembali ke pelukan kekasihnya, apa kau pikir hatiku tidak perih? Belum lagi saat kami harus jalan bersama-sama dan yang dia rangkul adalah kekasihnya bukan aku. Hati ini serasa diiris sembilu. Sudah berulang kali aku berusaha menyudahi, namun dia selalu kembali.
Katanya dia tak bisa tanpaku. Katanya sebentar lagi dia akan memastikan pilihannya pada diriku. Dia hanya butuh waktu untuk membuat perpisahannya tidak terlalu menyakiti sang kekasih. Aku harus bagaimana? Tak bisa dipungkiri aku pun terlanjur sayang kepadanya.
Inilah ceritaku yang terjebak cinta segitiga. Sebelum kau memakiku, coba bayangkan posisiku. Urusan hati tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menyangkut cinta tidak seperti menyelesaikan soal hitung-hitungan. Aku tak pernah mau jadi orang ketiga. Bahkan sekarang pun aku ingin dia memutuskan kekasihnya dan menjadikan aku satu-satunya yang bertahta di hatinya