Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jalan-jalan bersama sahabat (pexels.com/Pixabay)

Pernah, gak, sih, kamu merasa sahabat yang biasanya satu frekuensi terus sama kamu tiba-tiba jadi berubah? Dulu bareng-bareng nonton drama Korea, sekarang dia malah sibuk banget sama komunitas motor. Dulu sering teleponan sampai tengah malam, sekarang balas chat aja bisa berhari-hari. Rasanya, semua hal tentang kalian jadi bertolak belakang.

Perubahan dalam persahabatan itu sebenarnya hal yang wajar banget. Kita semua tumbuh, berkembang, dan punya kesibukan serta pandangan baru. Namun, kalau perubahan itu bikin kamu sering bingung dan bertanya-tanya apakah hubungan persahabatan kalian masih layak dipertahankan, yuk, pertimbangkan hal-hal berikut ini terlebih dahulu.

1. Kenali dulu arah perubahannya

ilustrasi sahabat (pexels.com/Elijah O'Donnell)

Gak semua perubahan itu negatif, kok. Kadang, sahabatmu berubah karena dia sedang belajar menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Sebagai contoh, dia jadi lebih fokus ke akademik, kesehatan, spiritualitas, atau pekerjaan. Kalau kamu merasa dia berubah, coba dulu lihat perubahan itu arahnya ke mana. Apakah dia jadi toksik, egois, atau malah jadi pribadi yang lebih dewasa?

Kalau perubahannya bikin kamu merasa gak dihargai atau malah sering tersakiti, mungkin kamu memang perlu mempertimbangkan ulang hubungan kalian. Namun, kalau perubahannya masih dalam batas wajar dan sehat, bisa jadi kamu cuma butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan versinya yang baru.

2. Evaluasi apakah tujuan kalian masih sejalan

ilustrasi perempuan sedang merenung (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Setiap orang punya fase hidup yang beda. Bisa jadi dulu kalian sama-sama mahasiswa yang punya waktu luang segudang. Sekarang, kamu sibuk kerja dan dia sibuk ngurus keluarga. Apa kamu lagi dalam fase healing, sementara dia lagi sibuk mengejar mimpi. Perbedaan fase ini kadang bikin jarak tanpa disadari.

Coba tanya ke diri sendiri: apakah masih ada nilai yang sama yang bikin kalian cocok? Apakah kalian masih saling mendukung dan merasa nyaman satu sama lain? Kalau ya, mungkin kamu tinggal perlu cari cara baru untuk menjaga koneksi. Namun, kalau gak ada benang merahnya sama sekali, mungkin sudah waktunya merelakan.

3. Komunikasi itu kunci

ilustrasi berbicara dengan teman (unsplash.com/NONRESIDENT)

Daripada overthinking terus-terusan, mending ajak ngobrol baik-baik. Jangan nunggu meledak dulu baru ngomong. Katakan perasaanmu dengan jujur, seperti, “Aku rasa akhir-akhir ini kita agak jauh. Aku kangen masa-masa kita bareng.” Katakan dengan tanpa nada menyalahkan ataupun drama.

Mungkin sahabatmu juga gak sadar kalau sikapnya berubah dan bikin kamu sedih. Dengan komunikasi yang terbuka, bisa banget kalian sama-sama memperbaiki hubungan. Namun, kalau dia malah ngegas, menyalahkan kamu, atau gak ada usaha buat kompromi, itu bisa jadi red flag.

4. Persahabatan juga butuh upgrade

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Designecologist)

Seperti aplikasi yang perlu update supaya bisa terus digunakan dengan nyaman, persahabatan juga butuh penyesuaian seiring waktu. Mungkin kamu gak bisa lagi ngobrol tiap hari, tapi bisa tetap jaga hubungan dengan kirim meme lucu, telepon sesekali, atau sesekali ngajak ketemu. Persahabatan yang dewasa bukan soal intensitas, tapi soal kualitas.

Kadang, kamu juga perlu buka hati untuk pertemanan baru yang lebih sefrekuensi. Bukan berarti kamu mengkhianati sahabat lama. Namun, kamu berkembang dan butuh support system yang sesuai dengan dirimu sekarang.

5. Jangan takut melepaskan kalau memang perlu

ilustrasi perempuan sedang sendirian (unsplash.com/Anthony Tran)

Ini bagian yang paling sulit. Kadang, kita terlalu takut kehilangan sampai lupa kalau kita juga pantas punya hubungan yang sehat dan saling menghargai. Kalau setelah usaha maksimal kamu tetap merasa gak dihargai atau hanya kamu yang berjuang, mungkin ini saatnya kamu melepaskan.

Melepaskan bukan berarti kamu jahat atau gak setia. Justru, itu tanda kamu tahu batas dan menjaga kesehatan mentalmu. Sahabat sejati gak akan bikin kamu merasa kecil, ditinggal tanpa alasan, atau direndahkan. Kalau hubungan itu malah bikin kamu kehilangan jati diri, saatnya ucapkan selamat tinggal dan melanjutkan hidup.

Sahabat yang berubah bukan selalu akhir dari segalanya. Namun, kamu juga gak harus bertahan demi masa lalu. Lihat bagaimana dia memperlakukanmu sekarang, bukan hanya mengingat kenangan indah kalian dulu. Kalau kamu masih bisa jadi diri sendiri dan merasa dihargai, pertahankan. Namun, kalau hubungan itu cuma bikin kamu lelah dan bingung, mungkin sudah saatnya kamu berjalan ke depan dengan tenang. Karena pada akhirnya, persahabatan sejati gak hanya soal siapa yang datang pertama dalam hidupmu, melainkan siapa yang tetap tinggal meskipun dunia kalian berubah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha