5 Alasan Mahar Pernikahan Sebaiknya Tidak Pakai Saham

- Saham sangat fluktuatif, sulit menentukan nilai mahar secara pasti
- Proses administrasi saham sulit dan memakan waktu, mengurangi kesakralan momen pernikahan
- Tidak semua orang mengerti saham, bisa memicu perdebatan dan ketidakpuasan dalam keluarga
Mahar pernikahan merupakan simbol keseriusan, komitmen, dan tanggung jawab dalam sebuah ikatan suci. Di berbagai budaya, mahar tidak hanya bernilai materi, tetapi juga memiliki makna emosional dan sosial yang kuat. Seiring berkembangnya zaman, bentuk mahar pun semakin beragam, mulai dari uang tunai, logam mulia, hingga barang-barang bernilai investasi.
Belakangan, muncul wacana penggunaan saham sebagai mahar pernikahan karena dianggap modern dan mencerminkan literasi finansial. Meski terdengar menarik, penggunaan saham sebagai mahar menyimpan sejumlah risiko dan persoalan yang patut dipertimbangkan secara matang. Berikut lima alasan mengapa mahar pernikahan sebaiknya tidak pakai saham.
1. Saham sangat fluktuatif

Saham dikenal sebagai instrumen investasi dengan nilai yang mudah berubah dalam waktu singkat. Harga saham dapat naik dan turun dipengaruhi oleh kondisi pasar, kinerja perusahaan, hingga sentimen global. Fluktuasi ini membuat nilai mahar menjadi tidak stabil dan sulit ditentukan secara pasti pada waktu tertentu.
Dalam konteks pernikahan, mahar idealnya memiliki nilai yang jelas dan relatif tetap. Ketika saham dijadikan mahar, nilainya bisa berubah drastis setelah akad berlangsung. Kondisi ini berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan di kemudian hari, terutama jika nilai saham turun jauh dari harga saat diserahkan.
2. Proses administrasi yang sulit

Pengalihan saham tidak sesederhana penyerahan uang atau emas. Proses administrasi saham melibatkan dokumen resmi, rekening efek, dan sistem kustodian yang tidak semua orang pahami. Tanpa pengetahuan yang cukup, proses ini bisa menjadi rumit dan memakan waktu.
Dalam momen sakral pernikahan, mahar seharusnya menjadi simbol yang sederhana dan mudah dipahami. Ketika saham digunakan, fokus bisa bergeser dari makna pernikahan ke persoalan teknis administrasi. Hal ini berpotensi mengurangi kesakralan momen akad dan menimbulkan kebingungan bagi pihak keluarga.
3. Tidak semua orang mengerti saham

Tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama tentang dunia pasar modal. Bagi sebagian kalangan, saham masih dianggap abstrak dan sulit dipahami. Ketidaktahuan ini bisa memunculkan salah persepsi mengenai nilai dan bentuk mahar yang diberikan.
Mahar idealnya dapat diterima dan dimengerti oleh semua pihak, termasuk keluarga besar. Ketika bentuk mahar terlalu kompleks, potensi perdebatan dan ketidakpuasan bisa muncul. Filosofi mahar sebagai simbol kesederhanaan dan keikhlasan justru bisa tergerus oleh perbedaan pemahaman tersebut.
4. Saham bisa tidak liquid dalam periode tertentu

Saham tidak selalu mudah dicairkan dalam waktu singkat tanpa risiko kerugian. Pada kondisi pasar tertentu, menjual saham bisa berarti melepasnya dengan harga yang lebih rendah. Selain itu, tidak semua saham memiliki tingkat likuiditas tinggi, sehingga sulit dijual saat dibutuhkan.
Dalam kehidupan rumah tangga, kondisi darurat bisa saja terjadi dan membutuhkan dana cepat. Mahar yang berbentuk saham mungkin tidak memberikan fleksibilitas tersebut. Risiko kehilangan nilai atau kesulitan mencairkan aset membuat saham kurang ideal sebagai bentuk mahar pernikahan.
5. Punya potensi untuk memicu keributan dalam rumah tangga

Penggunaan saham sebagai mahar juga berpotensi memicu konflik di kemudian hari. Perubahan nilai saham, keputusan untuk menjual atau menahan, hingga perbedaan pandangan dalam mengelola aset bisa menjadi sumber gesekan dalam rumah tangga. Alih-alih menjadi simbol awal kebahagiaan, mahar saham justru dapat berubah menjadi sumber perdebatan. Dalam pernikahan, keharmonisan lebih penting dibandingkan bentuk mahar yang unik atau modern. Mahar yang sederhana dan stabil cenderung lebih aman dari potensi konflik jangka panjang.
Mahar pernikahan memiliki makna simbolis yang jauh melampaui nilai materi. Oleh sebab itu mahar pernikahan sebaiknya tidak pakai saham, melainkan menggunakan emas yang mudah dicairkan. Selain itu, emas memiliki nilai yang cenderung stabil ketika sudah lama disimpan.


















