5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lain

Gak semua orang suka mengobrolkan topik ini

Intinya Sih...

  • Obrolan seputar pekerjaan dapat mengurangi beban psikis dan memberikan inspirasi
  • Pentingnya memilih waktu, tempat, dan cara yang tepat saat membicarakan pekerjaan dengan orang lain
  • Jaga informasi pribadi tentang gaji, hindari mengeluh berlebihan, dan jaga rahasia perusahaan dalam obrolan tentang pekerjaan

Pekerjaan menjadi salah satu topik yang kerap jadi topik perbincangan orang dewasa ketika berjumpa. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kegiatan sehari-harimu memang mencari nafkah. Baik dengan teman sekantor maupun beda instansi, obrolan seputar pekerjaan pasti hampir selalu terjadi. 

Ada keuntungannya jika kamu membicarakan pekerjaan dengan orang lain. Misalnya seperti mengurangi beban psikismu terkait pekerjaan yang cukup berat dan bergantian mendengarkan cerita orang tentang pekerjaannya yang membuatmu merasa lebih baik. Tapi, gak jarang pula pembicaraan mengenai pekerjaan justru bikin orang lain kesal.

Kamu harus pandai memilih kapan dan siapa orang yang tepat buat membicarakan topik ini. Tetap harus ada filter sebelum dirimu mengeluarkan seluruh unek-unek terkait pekerjaan. Perhatikan lima sikap etis berikut supaya suasana tetap nyaman untuk semua orang dari awal sampai akhir, ya!

1. Sebisa mungkin gak bahas penghasilan, apalagi jika tinggi

5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lainilustrasi percakapan (pexels.com/cottonbro studio)

Bila kamu menceritakan pekerjaan dalam rangka mencari informasi lowongan kerja dengan pendapatan yang lebih baik, tentu dirimu perlu menyebutkan gaji saat ini. Itu akan membantu lawan bicara memperkirakan lowongan kerja yang menjanjikan penghasilan sesuai harapanmu. Namun, sebaiknya kamu tidak menyerempet tentang gaji apabila tak ada masalah atau irisan dengan aspek tersebut.

Malah pendapatanmu termasuk tinggi dibandingkan orang-orang yang menjadi lawan bicaramu. Apa pun alasanmu mengatakannya, dirimu jadi terkesan pamer. Cukuplah besaran penghasilan itu diketahui olehmu saja. Jaga perasaan orang-orang di sekitarmu.

Kamu juga tidak boleh kepo tentang pendapatan orang lain. Entah pemasukannya lebih besar atau kecil ketimbang gajimu, pertanyaanmu termasuk tak sopan. Bila orang lain sangat nyaman denganmu, tentu mereka akan memberitahukannya sendiri sebelum dirimu bertanya. 

Baca Juga: 3 Etika Putus Hubungan Baik-baik, Berpisah Tanpa Saling Membenci

2. Jangan terlalu bangga dengan pekerjaan sendiri

5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lainilustrasi sekelompok teman (pexels.com/fauxels)

Secara pribadi, kamu memang harus bangga pada pekerjaanmu karena dari situlah dirimu memperoleh nafkah dan bisa bertahan hidup. Akan tetapi, jaga perasaan bangga itu ketika kamu bersama orang lain. Bila rasa bangga tidak dikendalikan, tanpa sadar dirimu bakal memandang remeh pekerjaan yang lain.

Ini bikin lawan bicara dengan pekerjaan berbeda merasa tidak berkenan. Kamu harus memiliki kesadaran bahwa semua pekerjaan baik dan dibutuhkan. Sama sepertimu, mereka juga bangga dengan pekerjaan masing-masing. Kalaupun ada beberapa orang yang merasa biasa saja terhadap pekerjaannya, mereka akan tetap tersinggung apabila kamu merendahkannya.

Lebih tepat untukmu menunjukkan rasa bangga terhadap pekerjaan yang digeluti dengan bekerja sebaik mungkin. Bukan dalam obrolanmu dengan orang-orang yang pekerjaannya berbeda. Bedakan antara bangga terhadap pekerjaan dengan ucapan-ucapan yang akhirnya cuma membanggakan diri.

3. Bukan pula buat mengeluh panjang lebar

5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lainilustrasi dua pria (pexels.com/Any Lane)

Andai pun kamu merasa kurang puas dengan pekerjaan saat ini, bukan berarti dirimu perlu mengeluhkannya ke sana kemari. Orang lain cenderung merasa terganggu ketika kamu terus mengeluh. Dirimu dapat berkata ingin mencari pekerjaan yang lain tanpa perlu menguraikan penderitaanmu secara panjang lebar selama bekerja.

Takutnya, itu tak sepenuhnya menggambarkan fakta melainkan kamu melebih-lebihkannya. Sedikit rasa tidak kerasan saja sudah bisa mendorongmu melebih-lebihkan tekanan yang diperoleh dari atasan. Sikap atasan yang sebenarnya masih wajar menjadi terkesan begitu kejam saat diceritakan olehmu. 

Untuk sesaat, orang lain dapat bersimpati padamu. Namun, lama-kelamaan mereka pasti merasa capek mendengarkan keluhanmu. Kian mereka memperhatikan, keluhanmu juga kian tidak ada habisnya. Supaya kamu gak dinilai hanya mengeluh, obrolan tentang pekerjaan mesti berimbang dari sisi plus dan minusnya.

4. Hati-hati biar gak keceplosan tentang rahasia perusahaan

5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lainilustrasi dua perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di setiap tempat kerja pasti ada rahasia yang harus dijaga. Ini bukan tentang kejahatan seperti kasus korupsi yang justru harus dibongkar. Tapi, rahasia perusahaan yang bila diketahui oleh pesaing bisa membahayakan. Kunci persaingan selain terletak pada sportivitas juga terkait rahasia tersebut.

Kalau rahasia perusahaan sudah diketahui pesaing tentu mudah sekali buat mengunggulinya. Hal-hal baik dalam perusahaanmu yang menjadi rahasia besar kesuksesannya dengan cepat ditiru pesaing bisnis. Padahal, pendirinya berjuang begitu panjang buat menemukan formula yang pas untuk menjalankan perusahannya.

Namun, pesaing dengan mudahnya meniru gara-gara sikapmu yang tak hati-hati ketika membicarakan pekerjaan. Bila sudah berkaitan dengan rahasia perusahaan, jangan membicarakannya dengan siapa pun. Kecuali, kamu sedang rapat kerja. Bahkan, keluarga pun tidak perlu tahu untuk mencegah hal-hal yang gak diinginkan.

5. Cek situasinya tepat atau tidak

5 Sikap Etis saat Membicarakan Pekerjaan dengan Orang Lainilustrasi dua pria (pexels.com/Anete Lusina)

Tidak semua topik obrolan tepat di segala suasana. Kamu mesti punya kepekaan tentang hal tersebut. Contoh situasi yang gak tepat buat membahas pekerjaan adalah ketika lawan bicaramu sedang mengalami kesedihan mendalam. Misalnya, temanmu baru saja kehilangan salah satu anggota keluarganya.

Ketika melayat, kamu ganti menceritakan nasibmu yang baru kehilangan pekerjaan. Meski kalian sama-sama baru kehilangan, konteks serta beban psikisnya amat berbeda. Pekerjaan baru masih dapat dicari bahkan mungkin kamu memperoleh penggantinya yang lebih baik. Sedang anggota keluarga yang berpulang gak mungkin kembali atau digantikan oleh orang lain.

Obrolan tentang pekerjaan juga dapat merusak suasana yang seharusnya santai serta penuh kebahagiaan. Contohnya, kamu sedang berkumpul dengan keluarga untuk acara silaturahmi. Namun, bukannya bertanya jawab kabar dan bercanda, dirimu justru terus membicarakan pekerjaan sendiri yang bikin mereka tidak bisa menikmati suasana. 

Kamu bukannya gak boleh membicarakan pekerjaan dengan orang lain. Akan tetapi, jangan abaikan etika agar obrolan berlangsung dua arah dan tak menyebabkan lawan bicara tersinggung atau bosan. Jika sedang jenuh dengan pekerjaan, sebaiknya dirimu justru memilih topik lainnya supaya pikiran teralihkan.

Baca Juga: 5 Topik Seru dan Bermanfaat saat Quality Time bersama Keluarga

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya