Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Infantilisasi dalam Hubungan, Pengertian hingga Dampak!

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)
Intinya sih...
  • Infantilisasi dalam hubungan merujuk pada perlakuan yang menempatkan salah satu pasangan pada posisi seperti anak kecil, bukan sebagai individu dewasa yang setara.
  • Penting untuk ditegaskan kembali, bahwa infantilisasi tidak terjadi hanya dalam hubungan orangtua anak tetapi juga dalam hubungan dewasa seperti antara pasangan romantis, atasan dan bawahan, atau pertemanan.
  • Dampak dari infantilisasi termasuk keraguan terhadap diri sendiri, kecemasan ekstrem dalam membuat keputusan, kurangnya rasa percaya diri, krisis identitas, dan ketidakmampuan untuk berkomitmen.

Infantilisasi dalam hubungan merujuk pada perlakuan yang menempatkan salah satu pasangan pada posisi seperti anak kecil, bukan sebagai individu dewasa yang setara. Fenomena ini dapat muncul dalam bentuk pengambilan keputusan yang sepihak, penggunaan bahasa yang merendahkan, atau perlakuan yang mengekang kebebasan pasangan. 

Meskipun kerap dibungkus dengan alasan kasih sayang atau perlindungan, infantilisasi dapat berdampak negatif terhadap keseimbangan relasi, harga diri, dan perkembangan pribadi. IDN Times akan akan mengulas lebih jauh mengenai pengertian infantilisasi dalam hubungan, penyebab munculnya perilaku tersebut, serta dampaknya terhadap individu dan hubungan secara keseluruhan. Yuk, simak!

1. Pengertian infantilisasi dalam hubungan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Penting untuk ditegaskan kembali, bahwa infantilisasi tidak terjadi hanya dalam hubungan orangtua anak. Meskipun istilah ini sering diasosiasikan dengan cara orangtua memperlakukan anak mereka, infantilisasi juga dapat muncul dalam hubungan dewasa, seperti antara pasangan romantis, atasan dan bawahan, atau bahkan dalam pertemanan. 

Dalam hubungan dewasa, infantilisasi terjadi ketika salah satu pihak secara konsisten merendahkan atau mengabaikan kapasitas pihak lain untuk berpikir, mengambil keputusan, atau bertindak secara mandiri. Hal ini bisa muncul dalam bentuk kontrol berlebihan, bicara dengan nada meremehkan, atau mengatur segala sesuatu tanpa memberi ruang bagi pasangan.

"Hal ini dapat terjadi dalam hubungan apa pun. Kebutuhan yang berlebihan dapat menjadi pertanda. Selain itu, satu orang dalam hubungan dapat melakukan gaslighting dan membuat yang lain merasa tidak mampu dan tidak kompeten," kata Dr. Sherry Benton, seorang terapis, dilansir Verywell Mind.

2. Penyebab infantilisasi dalam hubungan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Infantilisasi dalam hubungan romantis sering kali menjadi bentuk manipulasi yang halus, namun merusak. Salah satu pihak dapat menggunakan pendekatan ini untuk mengendalikan orang lain dengan membuat mereka meragukan kemampuan, penilaian, atau keputusannya sendiri.

Ketika seseorang terus-menerus diperlakukan seolah-olah mereka tidak mampu bertanggung jawab atas hidupnya, lama-kelamaan mereka bisa mulai mempercayai persepsi tersebut, sehingga bergantung pada pihak yang menginfantilisasi. 

"Infantilisasi juga bisa dilakukan secara pasif, yakni dengan meminta atau mencari perlakuan seperti anak kecil. Dalam konteks ini, seseorang berpura-pura atau melebih-lebihkan ketidakmampuannya untuk memancing perhatian, simpati, atau bantuan dari orang lain," jelas Benton.

"Dengan tampak tidak berdaya, mereka membiarkan orang lain mengambil alih dan merasa bertanggung jawab, yang secara tidak langsung memberi mereka kendali atas situasi atau hubungan tersebut. Pola ini, meskipun tampak seperti kelemahan, sebenarnya bisa menjadi bentuk kontrol yang manipulatif karena mengeksploitasi empati dan rasa tanggung jawab pihak lain," imbuhnya.

3. Dampak infantilisasi dalam hubungan

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Dampak dari infantilisasi sering kali dapat terlihat bertahun-tahun setelah hubungan berakhir. Meskipun orang mungkin telah diinfantilisasi oleh orang yang berbeda dalam hidup mereka, banyak dampaknya yang sama antara lain:

  1. Keraguan terhadap diri sendiri
  2. Kecemasan yang ekstrem dalam membuat keputusan
  3. Kurangnya rasa percaya diri
  4. Krisis identitas
  5. Ketidakmampuan untuk berkomitmen

"Penginfantilisasi tidak hanya dapat merusak kepercayaan diri, tetapi juga dapat menyebabkan kemunduran kesehatan mental jangka panjang. Sering kali, hal itu telah berlangsung cukup lama sehingga terasa normal. Cobalah untuk mencari terapis atau konselor untuk membicarakan masalahmu," kata Benton.

Hubungan yang sehat seharusnya didasarkan pada kesetaraan, saling menghormati, dan dukungan yang memungkinkan masing-masing individu berkembang sebagai pribadi dewasa yang utuh. Jangan ragu untuk mendatangi profesional jika kamu membutuhkan bantuan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us