Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi chat tak dibalas (freepik.com/freepik)
ilustrasi chat tak dibalas (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Breadcrumbing adalah tindakan mengirim pesan tanpa niat komitmen, dengan ciri-ciri seperti sapaan dangkal dan respons yang menghindar.

  • Fast response tapi dangkal menunjukkan kecenderungan untuk menghindari keterikatan emosional, membuat hubungan terasa kosong secara emosional.

  • Menggunakan pesan teks sebagai media untuk berdebat menunjukkan dominasi emosional, sehingga perlu komunikasi langsung untuk menyelesaikan masalah.

Mengirim pesan menjadi salah satu bentuk komunikasi paling umum dan cepat untuk membangun kedekatan. Hal ini biasa dilakukan dengan orang yang ingin menjalin hubungan romantis, misalnya saling bertukar kabar melalui chat dengan gebetan. Menurut para ahli hubungan, pola seseorang dalam mengirim atau membalas pesan ternyata dapat mencerminkan tingkat kelekatan emosional serta mengindikasi kedekatan yang terjalin.

Cara lawan bicara kamu balas pesan bisa mengidentifikasi hubungan yang ingin diciptakan denganmu. Apakah dia memang menyukaimu atau hanya sekadar mengisi kekosongan? Cari tahu jawabannya melalui artikel ini! Kamu juga bisa menyadari apakah gebetan atau lawan bicaramu red flags atau tidak.

1. Breadcrumbing, rajin chat tapi gak punya niat berkomitmen

ilustrasi chat (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Breadcrumbing didefinisikan sebagai tindakan mengirim pesan tetapi tidak memiliki niat untuk menjalin komitmen. Biasanya mereka mengirim pesan semacam "Hai" atau sapaan "Selamat Pagi". Orang dengan kebiasaan breadcrumbing juga kerap mengirim meme atau video lucu, namun hanya membalas pesan menggunakan emoji.

Mungkin gebetan kamu termasuk orang yang mengirim pesan dengan gaya breadcrumbing. Ciri lain adalah ketika kamu menanyakan sesuatu, dia tak menjawab dengan jelas atau mengekspresikan emosi. Ia cenderung menghindar dan memilih meresponsnya dengan humor, membuatmu bertanya-tanya dan bingung.

Menurut studi dari BMC Psychology, orang yang biasanya mengirim pesan tanpa makna ini memiliki anxious attachment styles, yakni khawatir untuk ditinggalkan namun tetap berusaha untuk terhubung dengan orang lain. Orang seperti ini ingin dekat dengan lawan bicaranya, namun takut menjalin kedekatan. Oleh karena itu, ia berupaya untuk menjaga seseorang tetap dekat dengannya dan membuat lawan bicara seolah sangat diinginkan namun tak cukup dekat untuk saling terkoneksi secara emosional.

2. Fast respons tapi dangkal

ilustrasi chat (pexels.com/Charlotte May)

Tanda red flag lain yang perlu kamu hindari saat berkirim pesan adalah lawan bicaramu membalas dengan cepat namun dangkal. Psikolog Mark Travers, Ph.D., mengungkapkan orang yang responsif dengan mengirim pesan secara rutin seperti "Selamat pagi" atau "Selamat tidur, tidur nyenyak" namun pesannya tak punya makna, sebenarnya sedang menghindari keterikatan. Ia memiliki kecenderungan untuk menarik diri secara emosional.

Mungkin lawan bicaramu mengirim pesan secara konsisten, namun menghindari untuk membahas sesuatu yang intens. Traves menyebut, orang semacam ini mungkin saja menyukaimu namun ia menghindari keterikatan emosional yang mendalam.

Menurut Traves, jika hubungan dengan orang seperti ini dipertahankan, kamu dapat merasa kesepian secara emosional dan memilih berhenti berbagi dengannya. Jika menjadi pasangan, bukannya ia tak ada untukmu, namun ia hanya hadir secara fisik tanpa melibatkan emosi.

3. Sibuk menyampaikan teori tapi gak mengerti perasaanmu

ilustrasi chat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kesalahan lain saat mengirim pesan adalah menggunakan pesan teks sebagai media untuk berdebat. Orang yang mengirim pesan padamu berusaha mendominasi secara emosional, memaparkan teori yang dipercayanya, namun tak berupaya memahami perasaanmu, tulis Traves di Psychology Today.

Beberapa tanda red flags di atas dapat diselesaikan dengan komunikasi secara langsung. Sherri Gordon, certified professional life coach, and bullying prevention expert menjelaskan, jika pesan yang kamu terima menyakitimu, cobalah untuk memahami motivasi di balik tindakan tersebut.

Dalam Very Well Mind, Sherri menyebutkan sebaiknya kamu juga menyampaikan bagaimana keinginan kamu saat berinteraksi melalui pesan. Harapannya hal ini bisa membuat lawan bicara lebih memahami keinginan kamu dan sebaliknya, kamu dapat memahami lawan bicaramu.

Editorial Team