Merasa Menyesal Menikah? 5 Hal Ini Bisa jadi Pemicunya!

Sebelum menikah kamu sudah mematok target yang terlalu tinggi untuk calon suamimu nanti. Tetapi sayangnya, itu tidak didukung dengan pendekatan secara personal yang optimal. Selama ini ternyata kamu cuma menilai dia dari luarnya saja. Memang benar, sewaktu pacaran dulu kamu menganggap pasanganmu adalah sosok pria yang suka bekerja keras.

Namun nyatanya, setelah menikah dia lebih banyak diam di rumah dan tidak maksimal dalam mencari nafkah. Alhasil kamu sendiri yang harus banting tulang demi menyokong perekonomian keluarga. Pantas saja, kamu merasa menyesal menikah dengannya. Ekspektasi yang kamu targetkan dulu gak pernah tercapai, sih. 

Setelah menikah wajar jika sifat asli kalian terbongkar satu per satu. Ini salah satu risiko yang harus kamu tanggung. Kalau selama pacaran dulu dia terlihat kalem, sabar dan perhatian, bisa jadi pas tinggal serumah sikapnya jadi bertolak belakang. Ya, selama kekurangannya itu masih bisa ditoleransi, sih gak masalah. Contohnya, ternyata suamimu mandinya lama banget. 

Sedangkan bila sisi negatifnya itu sudah keterlaluan, wajar kalau kamu meresa menyesal. Misal, kamu baru tahu kalau dia itu pencandu alkohol dan suka main tangan saat mabuk. Otomatis pertama kali tahu kamu syok banget, dong. Secara selama pacaran dulu gak pernah sekali pun melihatnya minum minuman keras. 

Sewaktu masih lajang dulu kamu membayangkan kehidupan pernikahan itu bakal indah banget. Kamu akan menghabiskan sisa usia bersama seseorang yang kamu cintai, menua bersama dan menjadi orangtua bagi anak-anak kalian. Saking terpesonannya dengan angan-angan itu, kamu lupa bahwa roda hidup terus berputar. Yakni setiap pernikahan pasti mempunyai ujiannya masing-masing. 

Hal ini, nih yang belum pernah kamu persiapkan dari dulu. Makanya, tiap kali timbul masalah kamu gak siap menghadapinya. Beruntung, kalau pasanganmu bisa sabar dan terus melindungi rumah tangga kalian. Kalau tidak, yang ada hari-harimu hanya akan diwarnai dengan pertengkaran saja, lho. Kalau sudah begini, kamu cuma bisa menyesal, kenapa dulu mau-mau saja diajak menikah olehnya. 

Pernah dengar istilah "rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau", kan? Nah, ini nih biasanya yang bikin rumah tanggamu kacau-balau. Ya, apalagi kalau bukan dikarenakan kamu hobi banget membandingkan keluargamu dengan orang lain. Dimana rumah tangga teman-temanmu, kok kelihatannya bahagia dan adem ayem terus, ya? Mereka sering diajak suaminya liburan ke luar negeri dan dibelikan barang-barang mewah. 

Sementara kamu sendiri, bisa makan sehari tiga kali saja sudah bersyukur. Boro-boro mikirin mau liburan segala, uangnya mana cukup. Inilah yang pada akhirnya memicu rasa penyesalan di hatimu. Padahal belum tentu rumah tangga temanmu yang nampak sempurna itu benar-benar bahagia. Mereka pasti punya masalah juga, kok. Hanya saja itu cukup jadi konsumsi pribadi. Sedangkan yang ditunjukkan ke publik, ya cuma sisi bahagianya. Nah, lho kena prank, kan! 

Berumah tangga itu berbeda dengan pacaran, lho ya. Kalau sewaktu pacaran dulu kamu masih sering curhat ke teman atau orangtua tentang masalah percintaanmu, sekarang gak boleh sembarangan lagi. Masalah rumah tanggamu cukup kamu dan suami yang tahu. Bahkan orangtua atau saudara kalian gak perlu ikut campur terlalu dalam. 

Kalau tiap kali ada masalah kamu lari ke orangtua, kapan dewasanya? Ini bisa menimbulkan penyesalan, lho. Karena merasa pernikahan kalian tidak ada perkembangan dan harus selalu dibimbing oleh orangtua. Lama-lama jenuh juga gak ada tantangan hidup yang kalian hadapi berdua. Pasti mama-papa dan mertua yang mencarikan jalan keluarnya. 

Ingat, ya menikah itu bukan keputusan main-main. Selain butuh persiapan secara finansial, kalian juga harus siap mental. Sebab semakin bertambahnya usia pernikahan, maka ujiannya juga akan semakin besar. Kalau mentalnya gak siap, ya ujung-ujungnya cuma bisa menyesal. Kenapa, kok buru-buru menikah. Makanya, jika dirasa memang belum yakin melangkah ke pelaminan, lebih baik ditunda dulu.

Mending menikah dua-tiga tahun lagi tapi hati kalian sudah sama-sama mantap, daripada setengah-setengah begini. Gak mau, kan pernikahanmu sampai gagal di tengah jalan? Menyesalnya bisa seumur hidup, lho. Beda dengan galau karena putus saat pacaran dulu.