Teruntuk Kamu yang Tidak Hanya Menepis Luka Namun Juga Melukis Bahagia, Ketahuilah Ini...

Untuk kalian yang rela memberi sedikit waktu menikmati tulisanku ini. Juga kamu yang menjadi 1 alasan aku merangkai kata - kata ini. Sedalam – dalamnya hati, ku ucapkan terima kasih.

........................................................................................................................................................

Mereka bilang, tidak mudah menyerahkan rasa percaya diatas kecewa yang pernah memporak – poranda hati. Bukan soal gampang, mendeskripsikan cinta ketika luka lebih mendominasi. Awalnya aku mengira, aku pun begitu. Karna mati rasa seperti tidak bisa terhindari. Bagaimana bisa aku jatuh cinta, sementara  mendengar ejaannya saja buatku muak?Aku putus asa, cinta bukan lagi hal yang harus menjadi daftar perjuanganku. Toh, jika berjodoh, sesulit apapun rasa dan caranya, selalu akan menyatu.

Hanya saja, mengapa semesta seolah memilihmu meruntuhkan keras hatiku? Kamu dengan semua kekonyolanmu, juga aku dengan segala kebodohonku. Ku kira perkenalan kita hanya sebatas kamu mengucap nama dan aku berkata salam kenal. Ntah energi apa yang mendorong kita terus menyapa dari serangkaian pertemuan.

Aku yang mulai diliputi keingintahuan berlebih, seperti kamu yang perlahan menepis rasa penasaran dalam diri. 2 jiwa yang mempertanyakan, macam perasaan apa yang kembali menggerogoti hati? Otak dan hati tak lagi berelasi dengan semestinya, ditambah gejolak – gejolak yang memperjelas nyata gerak. 2 anak manusia yang membingungkan mau hati. Tidak mau jatuh kedua kali, dirundung kegelisahan seperti tak berhenti.

Aku yang kembali dengan keegoisanku, begitu juga kamu yang memberi sedikit jarak agar leluasa menarik kesimpulan.  Sesuatu mengisi rongga hatiku, seperti balon yang ditiupi udara di dalamnya, semakin penuh pun sesak, memang pantas ku namai rindu. Tapi kamu juga menggagas temu dan itu buatku candu.

Apa aku jatuh cinta? Kepada sosok yang membuatku lupa aku sedang dirundung luka. Apa kamu jatuh cinta? Kepada sosok yang membuatmu percaya bahwa rasa tidak mungkin menjelma dusta. Aku berkata tidak, tapi hati seolah mengangguk dan menyetujui. Mengelak berarti membohongi diri sendiri, menyadari bahwa kamu mulai mengambil tempat di hati. Mengisi ruang fikir juga mencipta debar getar yang ntah sekian lama buat aku tak mengerti.

Bahkan sampai detik ini, ketika malam itu kamu menyodorkan penawaran yang buatku merasa diyakinkan. Menjadi belahan hati sembari memahami jiwa yang masih harus diyakini. Tahukah kamu, untukku ungkapan macam itu bukan sekedar rayuan? Saat aku mantap karna matamu mengisyaratkan keseriusan yang belum pernah aku temukan.

Ketika aku sudah mengiyakan pun, masih dibuai mimpi dalam nyata. Kamu sebagai pengisi hari, juga teman berbagi dalam semua kondisi. Melangkah di atas ketidakmungkinan sekalipun, asal itu digenggam kamu , rasa takut seolah tidak ada apa – apanya. Sampai akhirnya kita sadar, jiwamu dan jiwaku yang pernah merasakan koma pada akhirnya memilih paham bahwa hidup tidak harus berjeda.

Seperti katamu disela hari itu, “Sebab mencintai sosok sepertimu adalah tindakan yang harus aku lakukan, bukan rangkaian kata yang sekedar aku bisikkan.“ Terima kasih ku ucapkan, teramat sangat dan penuh hangat. Jadilah kita sepasang yang mendewasa bersama, menghadapi laju waktu yang tak menentu, juga yang selalu bersemangat menumbuhkan perasaan.

Kurasa semesta  turut mengamini semua harapan baik yang kita terbangkan bersama doa ke langit-Nya. Karnamu menepis luka bukan lagi khayalan, sebab melukis bahagia adalah hobi yang akan terus kita lakukan. Salam penuh cinta dariku, padamu lelaki hebat  yang tak hanya menyembuhkan, tapi juga menggantikan.