6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiri

Prioritaskan dirimu sendiri!

Trauma bonding atau ikatan trauma merupakan keterikatan emosional yang kuat antara seseorang yang mengalami tindak kekerasan atau pelecehan dengan sang pelaku. Sepintas, mungkin rasanya kurang masuk akal mengapa seseorang memilih bertahan di tengah hubungan toxic tersebut.

Namun, pada kenyataannya untuk bisa memutuskan ikatan tersebut tidaklah mudah karena terkadang korban akan alami kecemasan dan ketakutan berlebih. Atau pada beberapa kasus, korban merasa gak sadar jika dirinya alami trauma bonding karena pasangannya selain melakukan kekerasan juga memberinya love bombing.

Nah, agar gak terus terjebak dalam hubungan toxic tersebut di bawah ini ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu ikuti. Yuk, simak sampai habis!

1. Tetapkan batasan tegas

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi menetapkan batas (pexels.com/SHVETS production)

Langkah pertama untuk bisa terlepas dari jeratan trauma bonding yakni, kamu harus mulai menetapkan batasan yang jelas dalam semua hubungan. Mengutip dari choosing therapy, Silvi Saxena, pekerja sosial berlisensi, menyebut, batasan ada untuk membantumu menjaga orang-orang tetap berada di sekitarmu dengan cara yang sehat.

Selain itu, ini juga penting dilakukan untuk melindungi dirimu sendiri. Batasan yang ditetapkan oleh tiap orang akan berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhannya. Misal jika saat ini kamu merasa ada trauma bonding dengan pasangan, mungkin batasan yang kamu tetapkan yakni jangan biarkan dia mengetahui hal-hal pribadi dan sensitif tentang dirimu, membatasi komunikasi, intensitas pertemuan, dan sebagainya.

2. Identifikasi perasaan dan prioritaskan diri sendiri

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi perempuan di atas tempat tidur (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat dalam trauma bonding rasanya sangat wajar jika kamu sering mengesampingkan perasaan negatifmu untuk menyelesaikan konflik dan menenangkan pasanganmu. Tapi, jangan sampai hal tersebut malah membuatmu gak bisa mengenali emosi yang dirasakan.

Saxena menyarankan, cobalah untuk mengidentifikasi emosi yang kamu rasakan. Dengan mengakui perasaanmu, ini menunjukan bahwa kamu peduli terhadap dinamika ikatan trauma yang mempengaruhi emosi dan suasana hatimu.

"Setelah kamu mengidentifikasi perasaanmu dan menerimanya, kamu dapat mulai berusaha maju ke depan. Awalnya, mungkin akan sulit untuk langsung terlepas dari trauma bonding, tetapi membiarkan dirimu merasakan perasaan sendiri akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang dampak hubungan tersebut, dan mungkin memotivasi kamu untuk mengutamakan diri sendiri dan lepas dari hubungan toxic ini," kata Saxena.

3. Validasi dirimu sendiri

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi perempuan menangis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memberi diri sendiri validasi sangat penting untuk bisa membangun kepercayaan diri dan memberimu kekuatan untuk bisa mengandalkan emosi sendiri. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengembangkan pembicaraan positif dengan diri sendiri atau positive self-talk.

"Berbicara kepada diri sendiri dengan penuh cinta dan motivasi layaknya kamu berbicara dengan seseorang yang sangat disayangi, adalah cara terbaik untuk memvalidasi diri sendiri. Hal ini dapat sangat membantumu dan sebagai strategi penanggulangan jangka panjang," jelas Saxena.

4. Putuskan kontak dengan pelaku

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi memainkan ponsel (pexels.com/Tofros.com)

Setelah kamu berhasil memvalidasi dan memprioritaskan dirimu sendiri, mungkin ini saat yang tepat untukmu bisa memutus jeratan trauma bonding ini. Mulailah dengan menghentikan komunikasi dan memutuskan semua kontak dengan pelaku.

Dikutip dari Healthline, Crystal Raypole, seorang penulis, dan telah ditinjau secara medis oleh terapis Jennifer Litner, menjelaskan, sebaiknya ciptakan juga jarak fisik dengan mencari tempat yang aman. Selain itu, pertimbangkan juga untuk mengubah nomor ponselmu jika memungkinkan.

Baca Juga: 5 Alasan Terjebak Trauma Tidak Akan Membuat Kamu Maju

5. Cari dukungan

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi sahabat sedang berbincang (pexels.com/MART PRODUCTION)

Harus menghadapi trauma bonding sendirian tidaklah mudah. Jadi, untuk membuatmu keluar dari jeratannya dibutuhkan juga dukungan dari orang-orang terdekat yang kamu percaya. Saxena mengatakan, terhubung dengan keluarga dan teman-teman terkasih akan membantu kamu keluar dari hubungan toxic ini dan membuatmu merasa lebih aman.

Namun jika kamu gak memiliki seorang pun yang dipercaya terkait hal ini, pertimbangkan juga untuk mencari komunitas atau sumber daya yang bisa membantu kamu lepas dari trauma bonding. Sebab, di sana kamu akan bertemu dengan banyak orang yang juga pernah mengalami hal serupa dan akan membantumu untuk bisa menghentikannya.

6. Minta bantuan profesional

6 Cara Terlepas dari Trauma Bonding, Saatnya Prioritaskan Diri Sendiriilustrasi konsultasi dengan tenaga profesional (pexels.com/cottonbro studio)

Terakhir, pertimbangkan juga untuk minta bantuan profesional jika kamu merasa bahwa trauma yang dirasakan semakin parah. Seorang terapis akan membantu, membimbing, hingga memberitahu langkah-langkah penangan tepat sesuai dengan kebutuhanmu.

Raypole mengungkapkan, seorang terapis dapat membantumu mengeksplorasi faktor pemicu trauma bonding, membantumu menetapkan batasan, membimbingmu membangun hubungan yang sehat, mengembangkan rencana perawatan diri, dan sebagainya. Selain itu, terapis juga bisa mambantumu untuk mengatasi gejala kesehatan mental yang terkait dengan trauma dan pelecehan jangka panjang.

Demikianlah beberapa cara yang bisa diikuti agar kamu bisa terlepas dari jeratan trauma bonding. Lakukan dengan konsisten dan tetap semangat, ya!

Baca Juga: 5 Tindakan yang Perlu Dilakukan Orangtua agar Anak Gak Trauma

Nurkorida Aeni Photo Verified Writer Nurkorida Aeni

Hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya