Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertemanan masa kecil (pexels.com/ Jeffry S.S.)
ilustrasi pertemanan masa kecil (pexels.com/ Jeffry S.S.)

Intinya sih...

  • Pengaruh lingkungan pertemanan dengan perilaku dan kesehatan mental

  • Teman sebaya sebagai pelindung dari tindakan bullying

  • Pribadi berkembang baik sembari rutinnya nongkrong asyik bersama teman

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orang biasanya punya teman sebaya, orang-orang yang usianya hampir sama, atau hobi serupa, hingga hal lainnya yang memiliki kesamaan. Teman sebaya bisa dari teman sekolah, bermain, lingkungan rumah, bahkan rekan kerja. Dari kelompok ini, seseorang menjalin interaksi yang berlangsung lama.

Interaksi pertemanan ini juga berperan terhadap perkembangan individu. Ketika hubungan yang terbina positif, penuh dukungan, saling menghargai, berempati, maka mampu memunculkan percaya diri dan hal baik lainnya dalam pribadi tiap individunya. Namun, kalau yang terjadi sebaliknya, dampaknya bisa mengarah ke perilaku negatif, bahkan terjadi bullying.

Relasi pertemanan sehat adalah salah satu benteng kuat dari hal negatif semacam itu, dan pada akhirnya menjadi sesuatu yang membantu menjaga kesehatan mental.

1. Pengaruh lingkungan pertemanan dengan perilaku dan kesehatan mental

ilustrasi ketulusan dalam pertemanan (pexels.com/ELEVATE)

Salah satu faktor yang membentuk karakter, cara berpikir, hingga mengambil keputusan juga dipengaruhi oleh pergaulan. Dikelilingi teman-teman yang baik, saling mendukung, terbuka, dan mampu menghargai perbedaan, maka seseorang akan jadi pribadi yang keren, percaya diri serta punya empati terhadap yang lain.

Pertemanan sehat bikin seseorang merasa aman dan nyaman menunjukkan versi diri terbaiknya. Memunculkan semangat berkembang bersma, berani mencoba hal baru, dan terus belajar. Sebaliknya, ketika sekitar diisi oleh orang-orang yang sering merendahkan, maka perlahan kepercayaan diri bisa hilang, hingga memicu stres sampai gangguan kesehatan mental.

Betapa pentingnya cerdas memilih lingkungan bergaul yang nyaman dan kamu bisa diterima dengan senang oleh mereka secara tulus. Dengan begitu, kamu bakal terus bertumbuh menjadi yang terbaik dengan versi asli.

2. Teman sebaya sebagai pelindung dari tindakan bullying

ilustrasi circle pertemanan (pexels.com/Elina Fairytale)

Perilaku dari pem-bully biasanya dengan sengaja membuat korbannya yang dianggap lemah menjadi takut, tertekan baik secara fisik maupun mental. Mereka melakukannya dengan begitu senang ketika melihat korban tak berdaya.

Gak semua orang berani bicara ketika melihat atau bahkan mengalami bullying. Ada yang diam seolah tak tahu apa-apa karena takut ujungnya dirinya ikut diserang.

Teman sebaya yang tepat memiliki kekuatan untuk saling menjaga. Solidaritasnya begitu tinggi, hubungan pertemanannya diiringi ketulusan menyayangi satu sama lain. Temukan teman yang baik untuk mendukung mental yang sehat. Bersama mereka akan bahagia, dan ini juga sebagai upaya mengurangi adanya perilaku bullying. Pribadi berkembang baik sembari rutinnya nongkrong asyik.

Memilih teman sebaya gak sebatas siapa yang seru diajak main atau ngobrol, lebih dari itu, di mana kamu bisa merasa nyaman, diterima dan dihargai, serta terus muncul motivasi untuk menaikkan kualitas diri. Lingkungan terdekat, salah satunya pertemanan menjadi tempat bertumbuhkembangnya kepribadian dan pola pikir matang.

3. Upaya membangun pertemanan sehat

ilustrasi hubungan pertemanan (pexels.com/Gustavo Fring)

Perlu kesadaran untuk bisa saling menghargai demi kenyamanan bersama sebagai langkah membentuk relasi pertemanan sehat. Tumbuhkan empati dan jalin komunikasi terbuka dengan yang lain. Belajar mendengarkan cerita teman dan coba pahami kondisinya sebelum menilai atau memberi saran dan sejenisnya. Contoh kecilnya adalah dengan gak memotong pembicaraan, selain bikin teman merasa dihargai, kamu juga sembari menyelami apa yang terjadi secara netral.

Nah, penting juga memiliki kesadaran bahwa tiap orang gak selalu sama meski kalian teman sebaya. Pada posisi ini, tetaplah belajar untuk gak saling menjatuhkan, mereka bukan saingan untuk diperdebatkan secara tak sehat, jangan sampai pertemanan rusak.

Yuk, mulai dari hal sederhana, sapa teman-temanmu dengan tulus, datanglah di saat dia membutuhkanmu, hargai pendapatnya, dan berkenanlah minta maaf kalau memang nyatanya kamu bersalah. Bangun suasana pertemanan dengan langkah awal yang indah dan penuh kasih.

Setelah membaca semua ini, coba pertimbangkan seperti apa lingkungan pertemananmu sekarang? Apakah dikelilingi orang-orang yang menaikkan semangat, bikin kamu nyaman dan merasa diterima, serta berani tampil jadi versi terbaik diri?

Atau malah sebaliknya, kamu jadi gampang lelah, kesal karena terus dibandingkan, direndahkan, bahkan gak dianggap?

Nilai ulang dengan kesadaran penuh dan bijak, teman sebaya yang baik juga jadi faktor menaiknya kesehatan mental dari hari ke harinya. Apa pun latar belakangnya dan hal lainnya yang jadi pembeda, intinya ada porsi besar yang sama dan di dalamnya kamu bahagia menjadi diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team