Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Tepat Menanggapi Teman Curhat soal Kesehatan Mental

ilustrasi curhat
ilustrasi curhat (pexels.com/Liza Summer)

Mendengar teman bercerita tentang kesehatan mentalnya bisa jadi momen yang sensitif. Di satu sisi, kita ingin membantu dan memberikan dukungan terbaik. Namun, di sisi lain, kita juga perlu berhati-hati dalam merespons agar tidak membuatnya merasa dihakimi atau diabaikan.

Banyak orang merasa bingung harus berkata apa ketika temannya curhat soal kesehatan mental. Padahal, respons yang tepat bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi si teman untuk terbuka. Dengan cara yang tepat, kita dapat menjadi pendengar yang baik sekaligus memberikan dukungan moral yang berarti.

1. Dengarkan dengan penuh perhatian

ilustrasi mendengarkan
ilustrasi mendengarkan (pexels.com/fauxels)

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Hindari memotong pembicaraan atau langsung memberikan saran sebelum teman selesai bercerita. Tunjukkan bahwa kamu benar-benar hadir untuknya dengan kontak mata, anggukan kecil, atau kalimat singkat seperti “aku mengerti” atau “lanjutkan.”

Mendengarkan dengan penuh perhatian akan membuat teman merasa dihargai dan didengar. Ini juga membantu kita memahami perasaan dan situasi yang sedang ia hadapi. Ingat, tujuan utama di awal adalah memberi ruang bagi teman untuk mengekspresikan diri, bukan untuk langsung mencari solusi.

2. Jangan menghakimi atau meremehkan perasaannya

ilustrasi curhat
ilustrasi curhat (pexels.com/SHVETS production)

Saat teman berbicara tentang masalah mental, hindari komentar yang terkesan menghakimi. Misalnya, ucapan seperti “Ah, itu mah biasa” atau “Kamu terlalu lebay” hanya akan membuatnya merasa tidak dimengerti. Perasaan setiap orang berbeda, dan apa yang ringan bagi kita mungkin berat baginya.

Sikap non-judgmental akan membantu teman merasa aman untuk terbuka lebih jauh. Dengan begitu, ia tidak takut untuk menceritakan hal-hal yang lebih personal. Perlu diingat, validasi emosi adalah salah satu bentuk dukungan terbaik yang bisa kita berikan.

3. Tawarkan dukungan sesuai kebutuhannya

ilustrasi curhat
ilustrasi curhat (pexels.com/RDNE Stock project)

Tidak semua orang yang curhat menginginkan saran. Terkadang, mereka hanya ingin didengarkan tanpa intervensi. Oleh karena itu, penting untuk menanyakan, “Kamu mau aku dengarkan saja atau mau kita cari solusi bareng?” sebelum memberikan masukan.

Jika ia memang butuh bantuan, tawarkan dukungan yang sesuai. Misalnya, menemani ke psikolog, membantu mencari informasi, atau sekadar mengingatkan untuk istirahat cukup. Dukungan kecil yang konsisten sering kali jauh lebih berarti daripada nasihat panjang yang sulit dijalani.

4. Jaga kerahasiaan cerita yang dibagikan

ilustrasi ngobrol
ilustrasi ngobrol (pexels.com/Tim Douglas)

Kepercayaan adalah kunci utama ketika seseorang curhat tentang kesehatan mental. Cerita yang dibagikan harus dijaga kerahasiaannya, kecuali ada risiko serius yang membahayakan keselamatan dirinya atau orang lain. Mengkhianati kepercayaan ini bisa merusak hubungan pertemanan secara permanen.

Dengan menjaga kerahasiaan, teman akan merasa lebih aman untuk terus berbagi cerita. Sikap ini juga menunjukkan bahwa kita menghormati privasinya. Bahkan, menjaga rahasia sekecil apa pun bisa membuat hubungan kalian semakin erat.

5. Dorong untuk mencari bantuan profesional

ilustrasi ngobrol
ilustrasi ngobrol (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Meskipun kita bisa menjadi pendengar yang baik, tetap ada batas kemampuan kita dalam membantu. Masalah kesehatan mental sering kali membutuhkan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater. Oleh karena itu, penting untuk mendorong teman mencari bantuan dari pihak yang tepat.

Dorongan ini sebaiknya disampaikan dengan lembut, bukan memaksa. Misalnya, kamu bisa mengatakan, “Mungkin ngobrol dengan psikolog bisa bikin kamu lebih lega,” atau “Kalau mau, aku bisa temani kamu ke konselor.” Dengan begitu, ia merasa ditemani, bukan dihakimi.

Menanggapi teman yang curhat soal kesehatan mental membutuhkan empati, kesabaran, dan kesadaran bahwa setiap orang punya cara berbeda untuk menghadapi masalahnya. Dengan mendengarkan tanpa menghakimi, menawarkan dukungan yang sesuai, menjaga kerahasiaan, dan mendorong mencari bantuan profesional, kita bisa menjadi teman yang benar-benar berarti. Ingat, kehadiran yang tulus sering kali lebih berharga daripada kata-kata yang indah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Atqo Sy
EditorAtqo Sy
Follow Us

Latest in Life

See More

4 Cara Menata Ulang Ruang Tamu Tanpa Membeli Perabotan Baru

20 Okt 2025, 23:42 WIBLife