Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Efektif Jaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja Toxic

ilustrasi orang bekerja
ilustrasi orang bekerja (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Kenali tanda-tanda lingkungan kerja yang tidak sehat, seperti komunikasi buruk dan kurangnya apresiasi.
  • Bangun coping mechanism yang sehat, seperti menulis jurnal dan berbicara dengan teman tepercaya.
  • Tetapkan batasan emosional yang jelas, tahu kapan harus berhenti merespons hal-hal yang tidak bisa kamu kontrol.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu tahu gak, lingkungan kerja bisa jadi sumber stres paling besar dibanding pekerjaan itu sendiri? Kadang, bukan tugasnya yang berat, tapi suasana kantor yang penuh drama dan energi negatif. Rasa cemas, capek emosional, dan kehilangan semangat bisa jadi tanda kamu sedang terjebak di lingkungan kerja yang toxic.

Lingkungan seperti ini memang bisa perlahan merusak kesehatan mental kalau kamu gak punya cara untuk melindungi diri. Tapi tenang, bukan berarti kamu harus langsung resign tanpa arah. Berikut lima cara efektif yang bisa kamu terapkan agar tetap sehat secara mental meski berada di toxic workplace.

1. Kenali tanda-tanda lingkungan kerja yang tidak sehat

ilustrasi lingkungan kerja toxic
ilustrasi lingkungan kerja toxic (freepik.com/freepik)

Langkah pertama untuk menjaga diri adalah menyadari bahwa kamu memang berada di situasi yang toxic. Ciri paling umum biasanya komunikasi buruk, budaya menyalahkan, dan kurangnya apresiasi. Kalau setiap hari kamu merasa cemas saat berangkat kerja atau terus merasa salah, itu tanda penting yang gak boleh diabaikan.

Mengenali situasi ini bukan berarti kamu lemah, tapi justru bentuk kesadaran diri yang sehat. Dengan tahu apa yang sedang kamu hadapi, kamu bisa menentukan langkah realistis untuk melindungi kesehatan mental. Kesadaran ini jadi dasar untuk mulai membangun batasan dan strategi coping yang efektif.

2. Bangun coping mechanism yang sehat

ilustrasi perempuan mengobrol
ilustrasi perempuan mengobrol (freepik.com/drobotdean)

Menghadapi lingkungan kerja toxic butuh strategi bertahan yang kuat. Salah satunya dengan menerapkan coping mechanism sehat seperti menulis jurnal, berbicara dengan teman tepercaya, atau meditasi singkat di sela pekerjaan. Hal kecil seperti menarik napas dalam-dalam atau mendengarkan musik bisa bantu menstabilkan emosi.

Kamu juga bisa membuat rutinitas self-care setiap hari setelah bekerja, meski hanya 15 menit. Misalnya, berjalan kaki sebentar atau menonton film favorit tanpa rasa bersalah. Coping mechanism yang tepat bisa membantu kamu tetap waras dan tidak terseret ke pola negatif di tempat kerja.

3. Tetapkan batasan emosional yang jelas

ilustrasi perempuan bekerja
ilustrasi perempuan bekerja (freepik.com/jcomp)

Kesehatan mentalmu akan terus terancam kalau kamu gak punya batasan emosional yang tegas. Artinya, kamu harus tahu kapan harus berhenti merespons hal-hal yang tidak bisa kamu kontrol. Jangan ragu menolak permintaan yang melampaui kapasitasmu atau menghindari percakapan yang tidak sehat.

Menetapkan batas bukan berarti egois, tapi bentuk perlindungan diri. Kamu berhak menjaga ruang aman di tengah situasi yang menguras energi. Dengan begitu, kamu bisa tetap profesional tanpa kehilangan ketenangan batin di lingkungan kerja yang penuh drama.

4. Fokus pada hal yang bisa kamu kendalikan

ilustrasi berdiskusi dengan rekan kerja
ilustrasi berdiskusi dengan rekan kerja (freepik.com/freepik)

Daripada stres memikirkan hal-hal yang di luar kendali, fokuslah pada apa yang bisa kamu ubah. Misalnya cara kamu bereaksi, waktu istirahat yang cukup, atau kualitas pekerjaanmu sendiri. Dengan fokus pada diri sendiri, kamu bisa tetap merasa berdaya meski berada di lingkungan yang sulit.

Ingat, kamu gak perlu mengubah semua orang di kantor untuk bisa merasa lebih baik. Terkadang cukup dengan mengubah perspektif dan mengatur ulang ekspektasi, energi emosionalmu bisa terselamatkan. Fokus kecil ini membantu menjaga stabilitas mental di tengah kekacauan sekitar.

5. Tahu kapan harus bertahan dan kapan harus resign

ilustrasi perempuan resign kerja
ilustrasi perempuan resign kerja (freepik.com/freepik)

Ada saatnya kamu harus jujur pada diri sendiri: apakah lingkungan ini masih layak diperjuangkan? Kalau sudah berbulan-bulan merasa tertekan, tidak dihargai, dan kesehatanmu terganggu, mungkin waktunya mencari tempat baru. Resign bukan bentuk kekalahan, tapi langkah berani untuk menyelamatkan diri.

Namun, pastikan keputusan itu diambil dengan perencanaan matang. Siapkan tabungan, cari peluang baru, dan pastikan mentalmu siap menghadapi perubahan. Jangan tunggu sampai burnout benar-benar menguasai hidupmu baru sadar kamu perlu keluar dari situasi yang gak sehat.

Bekerja di lingkungan toxic memang gak mudah, tapi bukan berarti kamu harus kehilangan jati diri atau kesehatan mentalmu. Dengan strategi yang tepat, kamu bisa tetap bertahan sambil menyiapkan langkah yang lebih baik. Yuk, mulai prioritaskan dirimu dulu sebelum energi dan semangatmu habis karena tempat kerja yang salah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us

Latest in Life

See More

Siapa Nawat Itsaragrisil? Terlibat Kontroversi Miss Universe 2025

07 Nov 2025, 15:16 WIBLife