Pixabay.com/jeffbalbalosa-3647352
Contoh, kamu harus mengantar dan menjemput dia ke mana pun dan kapan pun. Kalau karena satu dan lain hal kamu sedang tidak bisa, si dia marah-marah sampai mengancam putus atau menyebut kamu tidak sayang padanya. Bahkan mungkin sampai memaki kamu. Padahal bisa jadi kamu sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, sakit, atau justru sedang menunggui orang tua atau saudaramu di rumah sakit.
Kalau soal berangkat dan pulang saja sudah menjadi masalah besar di antara kalian, enggak kebayang kan, ke depan akan bagaimana? Lagi pula, apa susahnya sih, sesekali pergi dan pulang sendiri di zaman sekarang?
Atau contoh lainnya, kalau kamu perempuan, si dia menuntutmu untuk berpenampilan begini begitu yang sebenarnya kamu sendiri sangat tidak nyaman. Mungkin dia memintamu mengenakan busana tertentu atau mengubah warna rambut. Mungkin juga lebih dari itu, seperti mengubah ukuran bagian tubuh tertentu.
Menuruti tuntutan-tuntutan seperti itu bukan tanpa risiko. Kamu tumbuh dengan nilai-nilai tertentu yang seharusnya dia hargai. Belum lagi mengubah warna rambut atau ukuran bagian tubuh tertentu. Kalau kamu ada alergi, masalah kesehatan yang serius bisa muncul. Tuntutan lain yang tidak masuk akal adalah hubungan seks di luar nikah sebagai bukti cinta. Itu dangkal sekali dan kamu sangat berhak untuk bilang tidak.
Sampai kapan pun, tubuhmu tetaplah tubuhmu. Hubunganmu dengan si dia tak lantas berarti tubuhmu berganti kepemilikan menjadi miliknya. Kalau di awal si dia sudah bilang cinta sama kamu, seharusnya dia sudah menerima kamu apa adanya, bukan malah jadi mengada-ada di kemudian hari.