Infografis tren pernikahan di mata gen Z dan milenial (IDN Times/Aditya Pratama)
Menjadi opsi yang paling banyak dipilih gen Z dan milenial (47,5 persen), ada beberapa alasan mengapa dua generasi ini belum/tidak memprioritaskan pernikahan. Alasan paling banyak adalah karena mereka fokus pada pendidikan, karier, dan pengembangan diri (71, 9 persen). Sedangkan alasan lainnya yaitu belum mapan secara finansial dan emosional (66,7 persen) dan memang belum memiliki pasangan (41,5 persen).
Dapat dikatakan, responden yang gak memprioritaskan pernikahan ternyata memang berfokus untuk pendidikan/karier dan pengembangan diri. Responden AA (24 tahun), mengakui bahwa ia lebih fokus untuk mengejar pendidikan dan karier karena gak memerlukan pertimbangan rumit, "Pengembangan karier atau pendidikan tidak memiliki banyak pertimbangan rumit, dan banyak memiliki waktu untuk melakukan beberapa hal yang di ingin realisasikan."
Anette menambahkan, dalam teori segitiga Maslow itu ada yang bernama hierarki kebutuhan. Segala keputusan manusia biasanya dipengaruhi oleh hierarki kebutuhan. Di posisi paling bawah, ada kebutuhan fisiologi, yakni kebutuhan primer, safety needs (kebutuhan untuk keamanan), dan social needs (membutuhkan pasangan/partner).
"Sebelum akhirnya ke kebutuhan social needs, manusia cenderung memenuhi safety needs terlebih dahulu. Itu kenapa, generasi sekarang fokus dulu pada pencapaian karier dan mencapai financial freedom. Ibaratnya, gimana bisa naik ke level social needs (membutuhkan pasangan), kalau safety needs-nya belum terpenuhi," jelasnya.
Menurut Anette, generasi Z dan milenial yang saat ini lebih memprioritaskan karier/pendidikan, itu bukan sekadar tren sesaat. Namun, fenomena ini memang manusiawi dan secara psikologi pun step-nya seperti itu.
"Mungkin akhirnya kita belum membutuhkan pasangan kalau belum ngerasa safe sama kehidupan kita yang sekarang. Kalau sudah safe dan settle sama diri sendiri, mungkin akhirnya muncul kebutuhan social needs atau ingin punya pasangan," lanjut Anette.
Kebutuhan akan safety needs ini juga senada dengan alasan gen Z dan milenial gak memprioritaskan pernikahan karena belum mapan secara finansial dan emosional. Itulah kenapa, mereka berusaha untuk fokus dan membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu. Responden inisial AR (27 tahun) mengatakan,
"Alasan gak memprioritaskan pernikahan karena belum settle sama finansial, takut akhirnya malah menyusahkan pasangan. Selain itu, tiap orang juga punya bagasi masa lalu, takut kebawa sampai pernikahan dan berdampak ke pasangan/anakku nanti."
Di sisi lain, mayoritas gen Z dan milenial yang saat ini belum/tidak memprioritaskan pernikahan pun mengakui mereka tetap bahagia. Selain karena sudah terbiasa sendiri, mereka juga menganggap bahwa menikah itu bukan satu-satunya cara untuk menemukan ‘kebahagiaan’.
"Menurut saya, (tetap melajang) itu bisa saja tetap bahagia. Lagipula, jika melajang gak membuat orang bahagia, belum tentu jawabannya adalah menikah. Banyak faktor yang bisa membuat seseorang bahagia. Menurut saya, ada tidaknya pasangan hanya menjadi salah satu faktor saja untuk menentukan apakah seseorang dapat bahagia atau tidak," tutur responden dengan inisial DMP dari Pulau Jawa.