Pertemuan Singkat: Terima Kasih Pernah Singgah, Walau Hanya Sesaat

Pertemuan antara kau dan aku terjadi begitu saja. Semuanya terasa begitu sederhana, tidak ada hal yang manis. Kau mengenalkan namamu begitu saja padaku, aku hanya bisa tersenyum mendengar namamu, Azam. Waktu berlalu begitu cepat, kedekatan kita semakin terjalin erat. Kehadiranmu membawa cerita lain dalam hidupku, kau memberikanku perhatian yang sangat luar biasa sehingga membuatku terbiasa akan sapaan manismu, tawa canda yang kau buat dan perlakuan manis darimu.
Sampai akhirnya kedekatan antara kau dan aku ini menumbuhkan benih-benih cinta dalam diriku. Tanpa sengaja aku pun menaruh harapan padamu, sosok pria yang telah mampu menyembuhkan rasa sakitku akan luka lama di masa lalu. Kugantungkan harapku padamu, dengan berharap kau merasakan hal yang sama. Aku berikan kau kesempatan untuk mengetuk pintu hatiku meski kau tak memintanya. Aku berikan semua perhatianku padamu meski saat ini aku tahu kau tak merasakan getaran akan perasaanku ini.
Apa kau benar-benar tak merasakan akan getaran-getaran rasa yang telah kuciptakan untukmu? Aku tak percaya jika kau tak memahami dengan apa yang aku lakukan untukmu. Apa hanya aku saja yang terlalu berharap, mengartikan semua tindakanmu sebagai cinta? Tapi apakah aku salah jika aku memiliki perasaan yang berbeda untukmu? Rasa nyamanku saat bersamamu semakin hari semakin tumbuh sehingga membuatku tak bisa mengendalikan perasaan ini.
Kau tahu hal apa yang membuatku bahagia? Yaitu melihatmu tersenyum karena diriku. Aku merindukan ponselku berdering menerima pesan darimu, aku merindukan saat-saat dimana aku bisa tertawa dengan bahagiannya bersamamu.
Namun semuanya telah berakhir. Tanpa ada ucapan perpisahan. Tanpa ada kata selamat tinggal dan lambaian tangan darimu. Kau pergi begitu saja tanpa alasan. Meninggalkan beribu pertanyaan dalam hatiku. Apa aku terlambat untuk berkata jujur mengenai perasaanku padamu? Aku hanya seorang perempuan yang senang akan memendam dan tanpa banyak bertindak. Karena itu aku tak mungkin untuk memulainya lebih dulu.
Kau tahu ini terasa aneh bagiku. Dulu kau dan aku begitu dekat meski tidak ada kejelasan dalam hubungan kita, tapi kini kau menjauh dengan tiba-tibanya. Aku berpikir begitu keras, apa yang membuatmu pergi? Apa aku masih kurang pantas untukmu? Atau di luar sana telah kau temukan perempuan yang lebih sempurna dariku? Aku tak bisa berkata untuk memintamu kembali padaku.