Perpisahan Kita: Ketidakpastianmu yang Membuatku Berhenti Berjuang

Kelak yang menyesal bukanlah diriku si pejuang namun dirimulah si pecundang.

Sesaat diriku tersadar akan waktu yang berjalan begitu cepat, membuat jarak di antara kita semakin tercipta. Semuanya telah berubah, begitu pula dengan dirimu, dan juga kita. Bahkan saat ini kata “Kita” pun telah terhapus termakan waktu. Ya, waktu telah berhasil memutarbalikkan cerita indah kita sehingga perpisahan tanpa ucapan pun menjadi penyebab berakhirnya cerita yang telah lama aku buat.

Memang tak ada yang mengetahui takdir apa yang kita miliki saat ini, namun waktu telah menjawab segalanya bahwa kita mungkin tidak diijinkan untuk bersama lebih lama lagi. Seperti yang pernah kau bilang, jika semuanya baik-baik saja tidak akan ada hati yang terluka. Tapi lihatlah tuan, disini ada aku yang terluka jadi mana mungkin hubungan ini bisa dikatakan baik-baik saja? Kau pergi tanpa ada kata sepatah pun terucap dari mulutmu, kau pergi tanpa meninggalkan pesan apapun untuk diriku lalu bagaimana dengan “Kita” yang kau anggap baik-baik saja? Tak ada kepastian apapun tentang hubungan kita, semuanya telah berakhir bagiku.

Kepergianmu membuatku untuk bungkam, membuat rasa penasaran akan pergi dirimu tak ku sesalkan.   Sekarang diriku hanya bisa berdiri di dalam ruang yang begitu gelap, dimana sosokmu tak terlihat lagi di dalam pandanganku. Dimana jemarimu sudah tak dapat lagi aku raih dan aku genggam seperti dulu. Gelap telah membawaku jauh dari dirimu dan hanyalah kekosongan yang kini tinggal bersama kenangan manisku denganmu.

dm-player

Perpisahan ini telah mendorongku untuk lebih percaya akan kenyataan yang ada. Percaya bahwa setiap janji yang kau ucap hanyalah kedustaan yang pernah aku harapkan menjadi sebuah impian indah. Banyak hal yang aku takutkan setelah kepergianmu.

Bagaimana aku dapat menjalani semuanya tanpamu, jika saat itu saja aku terlalu terbiasa melakukan semuanya bersamamu? Setiap kali aku terdiam dalam renungan, sosokmu dan kenangan manis tentang kita lewat begitu saja dalam otakku sehingga menyebabkan air mataku turun dan membuat rasa sakitku kembali basah. Namun aku tetap saja ingin kuat dengan pendirianku, bahwa semua tentang kita telah berakhir meski tanpa ada ucapan perpisahan itu.

Biarlah aku melangkah sendiri tanpa ada kamu lagi, karena kelak yang menyesal bukanlah diriku si pejuang namun dirimulah si pecundang. Kelak jika kau kembali jangan tanyakan mengapa senyumku untukmu terhenti, jangan tanyakan jika pelangi dalam duniaku telah menjadi warna hitam dan jangan tanyakan kenapa jika dalam semestaku kini tak ada lagi dirimu. Semuanya telah berbeda, berjalannya waktu telah membunuh kebersamaan kita dan kenangan kita sehingga membuatku berhenti memperjuangkan kita dan dirimu yang entah kini berada dipelukan siapa.

Selvilla Apriani Photo Writer Selvilla Apriani

Aku suka menulis, tapi tak semua yang aku tulis sesuai dengan apa yang aku rasakan

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya