Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Setelah Menikah, Baiknya Langsung Hamil atau Tunggu Dulu?

ilustrasi test pack (pixabay.com/werkwoord)

Setelah menikah, salah satu hal yang kerap menjadi pertimbangan adalah apakah sebaiknya langsung hamil atau tidak? Sebagian orang berpendapat, mumpung masih muda, langsung aja! Namun, ada juga yang berpendapat bahwa masa-masa jadi pengantin baru harus dinikmati dulu untuk pacaran halal. 

Lantas, mana yang benar? Jawabannya, tergantung pada kondisi masing-masing pasangan. Biar keputusanmu makin mantap, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan apakah setelah menikah baiknya langsung punya anak atau tunda dulu. 

1. Faktor usia dan kesehatan

ilustrasi menikah (pexels.com/Aleksandr Neplokhov)

Ini adalah salah satu faktor penting dalam membuat keputusan seputar kapan baiknya punya anak. Usia ideal untuk hamil adalah antara 20–35 tahun. Di luar rentang itu, risiko kehamilan bisa meningkat. 

Jadi, kalau kamu menikah di awal usia 20 tahun, menunggu dulu beberapa tahun gak masalah. Namun, kalau kamu menikah di akhir usia 20 atau bahkan 30-an, ada baiknya gak menunda terlalu lama agar kehamilanmu gak berisiko. Selain usia, kondisi kesehatan masing-masing juga jadi pertimbangan. Ada pasangan yang memang butuh program kehamilan lebih awal karena kondisi medis tertentu. Ada juga yang justru disarankan menunggu karena alasan kesehatan fisik atau mental. Konsultasi ke dokter kandungan bisa jadi langkah awal yang bijak sebelum mengambil keputusan.

2. Evaluasi kondisi finansial

ilustrasi uang (freepik.com/freepik)

Siap punya anak berarti siap bertanggung jawab dan berkomitmen penuh untuk memastikan keturunanmu hidup layak dan sejahtera. Mulai dari biaya persalinan, imunisasi, susu, popok, sampai pendidikan, semuanya butuh perencanaan. Bukan berarti harus kaya raya dulu baru boleh punya anak, tapi setidaknya suami dan istri perlu punya gambaran realistis tentang pengeluaran ke depan.

Kalau saat ini kondisi finansial rumah tanggamu masih goyah, menunda kehamilan sementara waktu bisa jadi pilihan bijak. Gunakan waktu itu untuk menata ekonomi rumah tangga dan membuat tabungan khusus anak. Setelah keuangan mulai stabil, baru deh gas promil!

3. Persiapan mental dan ilmu parenting

ilustrasi laki-laki dan perempuan menggendong anak (pexels.com/Anna Shvets)

Mental adalah faktor paling penting dalam memutuskan apakah ini waktu yang tepat untuk punya anak. Kalau usia dan finansialmu oke, tapi secara mental masih ragu-ragu, baiknya pertimbangkan lagi. Salah satu tanda bahwa kamu sudah siap punya anak adalah menaruh minat akan ilmu parenting.

Mengasuh anak butuh pengetahuan tentang tumbuh kembang, pola komunikasi yang sehat, hingga cara menghadapi emosi anak. Tanpa bekal yang cukup, orangtua bisa mudah stres atau mengambil keputusan yang kurang tepat. Dengan belajar lebih dulu, pasangan jadi lebih siap menghadapi tantangan dan mampu menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih bagi anak. Parenting bukan ilmu yang bisa dipelajari sambil jalan saja, tapi butuh kesadaran dan persiapan sejak sebelum anak hadir ke dunia.

4. Apakah waktu berkualitas berdua sudah cukup

ilustrasi pasangan suami istri sedang staycation (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Setelah punya bayi, banyak pasangan langsung sibuk dengan urusan rumah tangga dan bayi. Akibatnya, momen kebersamaan sebagai suami istri jadi makin langka, padahal justru itulah fondasi penting dalam membangun keluarga yang kuat. Masa awal pernikahan adalah waktu yang tepat untuk mengenal lebih dalam satu sama lain, membangun kerja sama, dan belajar menyatukan dua kepala yang berbeda.

Menunda kehamilan di tahun pertama bisa memberi ruang untuk memperkuat fondasi rumah tangga. Ini bukan egois, tapi justru investasi jangka panjang. Saat hubungan suami istri solid, anak yang datang nanti akan tumbuh dalam keluarga yang lebih sehat secara emosional dan harapannya tumbuh menjadi anak dengan mental yang kuat dan bahagia.

5. Tekanan sosial? senyumin aja

ilustrasi kumpul keluarga (unsplash.com/leah hetteberg)
ilustrasi kumpul keluarga (unsplash.com/leah hetteberg)

Pertanyaan seperti “Udah isi belum?” atau “Kok belum punya anak?” kerap terdengar tiap kumpul keluarga atau pada momen silaturahmi. Ingat, keputusan untuk langsung hamil atau gak adalah hak penuh pasangan, bukan keluarga besar atau tetangga. Tekanan sosial hanya akan membuat stres kalau kita terlalu baper. Jadi, jangan sampai kamu dan pasangan ingin buru-buru punya anak hanya karena malu terus menerus ditanya orang-orang.

Gak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan apakah setelah menikah sebaiknya langsung hamil atau tidak. Tiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Yang terpenting adalah keputusan itu diambil dengan kesadaran, pertimbangan yang matang, komunikasi yang sehat, dan saling pengertian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us