6 Sikap Baik yang Ternyata Jadi Tanda Orang Licik, Waspada!

- Orang manipulatif pandai bersikap manis untuk memanipulasi dan menyembunyikan niat tersembunyi
- Mereka menggunakan pujian sebagai umpan, mengumpulkan informasi untuk kepentingan pribadi, dan membela orang yang jelas-jelas menyakiti orang lain
- Orang manipulatif sering membuat permintaan maaf palsu, menjaga citra publik yang berbeda dengan sisi gelapnya, dan menciptakan ketergantungan emosional
Sekilas beberapa orang tampak sangat baik dan terlihat perhatian. Namun jangan langsung terbuai karena tidak semua kebaikan itu tulus. Ada orang yang sengaja berperilaku manis untuk memanipulasi, menyembunyikan niat tersembunyi, atau membangun citra baik di depan orang lain. Di balik senyum manisnya, bisa jadi ada strategi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Berdasarkan studi dari Binghamton University yang dimuat dalam Journal of Research in Personality, orang dengan kecenderungan narsistik cenderung lebih pandai bersikap menawan. Mereka tahu bagaimana bersikap agar disukai dan dipercaya, padahal diam-diam menyusun rencana untuk mengendalikan atau menyakiti orang lain demi tujuannya sendiri.
Jadi, penting untuk mengenali tanda-tandanya sebelum terlalu percaya. Kira-kira, apa saja ya tanda orang yang sikanya tampak baik padahal ternyata licik? Yuk, simak berikut!
1. Mereka memuji tapi hanya saat butuh sesuatu

Saat kamu baru mendapat prestasi kecil, mereka tiba-tiba jadi orang paling suportif. Namun begitu kebutuhannya sudah terpenuhi, pujian itu menghilang. Pujian mereka bukan bentuk apresiasi tulus, tapi alat untuk membuatmu lebih mudah dimanfaatkan.
Orang seperti ini pandai membaca momen dan tahu kapan harus terlihat manis. Mereka memakai kata-kata manis sebagai umpan, bukan karena benar-benar menghargai dirimu. Jadi, kalau pujian itu hanya datang saat mereka butuh bantuan, kamu patut curiga.
2. Menjadi pendengar baik tapi menggunakan curhatanmu untuk mengancam

Mereka tampak peduli saat kamu cerita tentang luka masa lalu atau kesalahan besar. Namun diam-diam, informasi itu disimpan dan bisa dipakai untuk mengontrol atau menjatuhkanmu suatu saat nanti. Alih-alih menjadi pendengar yang suportif, mereka jadi pengumpul senjata emosional.
Ini salah satu taktik manipulasi yang halus tapi berbahaya. Mereka mungkin tidak langsung mengancam, tapi bisa saja menyindir atau menyebarkan ceritamu ke orang lain. Tujuannya jelas yaitu untuk membuatmu merasa lemah atau bergantung pada mereka.
3. Mereka membela orang yang sebenarnya tidak layak dibela

Saat ada seseorang yang jelas-jelas menyakiti orang lain, mereka justru membelanya dengan alasan "setiap orang punya alasan" atau "jangan cepat menghakimi". Padahal, tujuannya bukan karena mereka adil, tapi untuk memperkuat citra sebagai orang netral atau bijak.
Sikap ini bisa jadi bentuk gaslighting. Mereka membuat orang lain mempertanyakan persepsi atau perasaannya sendiri. Dalam kasus konflik, orang licik sering tampil sebagai penengah agar dianggap baik, padahal diam-diam mereka berpihak demi keuntungan pribadi.
4. Meminta maaf atas kebohongan kecil tapi menyembunyikan kebohongan besar

Permintaan maaf seperti, “Maaf ya aku lupa bilang soal itu,” tampak rendah hati. Namun hati-hati, kadang permintaan maaf ini hanyalah pengalihan dari kebohongan yang jauh lebih besar. Mereka berharap kamu percaya bahwa mereka jujur karena sudah mengakui kesalahan kecil.
Ini trik klasik yaitu mengaku salah dalam hal sepele agar kamu tidak menggali lebih dalam. Padahal, di balik itu, mereka menyembunyikan hal yang lebih penting. Jadi, kalau kamu merasa ada yang janggal, jangan langsung luluh hanya karena mereka minta maaf.
5. Mereka selalu tampil memesona di depan umum

Di hadapan banyak orang, mereka sangat ramah, perhatian, bahkan disukai banyak orang. Namun di balik pintu, sikapnya bisa berubah drastis yaitu dingin, meremehkan, atau bahkan kasar. Mereka menjaga citra publik agar tidak ada yang percaya saat kamu mencoba bicara soal sisi gelapnya.
Menurut studi dari Binghamton University, ini adalah ciri khas orang manipulatif. Mereka ingin menciptakan dua versi diri yakni yang sempurna untuk dilihat publik, dan yang sebenarnya merugikan hanya untuk orang-orang dekat. Dengan cara ini, mereka bisa terus lolos dari kesalahan.
6. Berpura-pura menjadi penyelamat setelah menyakiti

Setelah membuat seseorang terluka baik secara emosional atau sosial, mereka muncul seolah-olah sebagai pahlawan. Mereka bilang hal seperti, “Aku cuma ingin kamu belajar dari ini,” atau “Aku melakukannya demi kebaikanmu.” Padahal, merekalah yang jadi penyebab utama luka itu.
Ini disebut savior complex palsu di mana mereka menciptakan masalah lalu berperan seakan-akan solusinya datang dari mereka sendiri. Tujuannya adalah menciptakan ketergantungan emosional agar kamu merasa hanya mereka yang bisa menyelamatkan atau mengertimu.
Kalau kamu pernah merasa bingung dengan seseorang yang tampaknya baik tapi bikin kamu gak tenang, mungkin ini saatnya mengevaluasi ulang. Sikap baik yang tulus akan terasa menguatkan, bukan membingungkan. Ingat, manipulasi paling licik sering datang dengan senyuman paling manis!