ilustrasi sepasang kekasih (pexels.com/SHVETS production)
Membandingkan hubungan pribadi dengan kisah orang lain, baik di media sosial maupun film, adalah kebiasaan yang bisa memperkuat idealisme yang tidak realistis. Melihat pasangan lain yang tampak sempurna di media sosial bisa menimbulkan perasaan kurang dan terus-menerus merasa hubungan sendiri tidak cukup baik. Padahal, kenyataan setiap hubungan jauh lebih kompleks dari apa yang terlihat. Ketika membandingkan terus dilakukan, maka ekspektasi akan terus naik.
Cerita cinta yang disajikan dalam film atau novel juga sering menggambarkan hubungan yang tidak realistis. Hubungan digambarkan indah tanpa konflik yang kompleks, sehingga siapa pun yang menontonnya bisa tergoda membentuk harapan serupa. Dalam kenyataannya, hubungan membutuhkan usaha, kompromi, dan kerja sama dua arah. Jika selalu mencari hubungan seperti di layar kaca, maka akan sulit merasakan keaslian cinta di kehidupan nyata.
Idealisme berlebihan ini bisa muncul dari pengaruh media, pengalaman masa lalu, atau tekanan sosial. Menjadi idealis bukanlah sebuah kesalahan, terutama jika itu berakar dari keinginan untuk mendapatkan hubungan yang sehat dan membahagiakan. Belajar membuka hati, menerima ketidaksempurnaan, dan memberi ruang untuk pertumbuhan bersama adalah langkah penting untuk membangun hubungan yang nyata dan bertahan lama.