Stop! Ini 5 Tanda-Tanda Awal dari Kekerasan Verbal yang Bisa Berlanjut

Kekerasan verbal sering kali sulit dikenali pada tahap awal, terutama dalam hubungan yang dianggap penuh cinta dan kasih sayang. Namun, tanda-tanda awal dari kekerasan verbal sebaiknya tidak diabaikan karena dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius.
Tanda-tanda kekerasan verbal dapat kamu ketahui dari awal bahkan saat pertama berjumpa dengannya. Berikut ini adalah lima tanda-tanda awal dari kekerasan verbal yang bisa berlanjut dalam hubungan.
1. Sering mengkritik dengan nada merendahkan

Salah satu tanda awal dari kekerasan verbal adalah kebiasaan pasangan mengkritik dengan nada merendahkan. Kritik yang bersifat membangun tentu bisa membantu pasangan berkembang, tetapi kritik yang disertai penghinaan atau sindiran dapat merusak rasa percaya diri. Pasangan yang sering melakukan ini biasanya ingin menanamkan perasaan rendah diri kepada korban.
Kritik yang merendahkan sering kali disampaikan dengan nada sinis atau tajam. Contohnya seperti mengomentari penampilan, cara berbicara, atau kebiasaan kecil secara negatif. Jika dibiarkan, ini bisa memicu perasaan cemas dan tidak berharga pada korban, sehingga memperkuat ketergantungan emosional terhadap pelaku.
2. Menggunakan bahasa kasar atau mengancam

Penggunaan kata-kata kasar, makian, atau ancaman verbal adalah tanda jelas dari kekerasan verbal. Pasangan yang sering menggunakan kata-kata ini mungkin melakukannya dengan alasan sedang emosi atau bercanda, tetapi tetap saja hal ini merugikan. Kata-kata kasar yang terus diulang bisa melukai mental korban dan menimbulkan trauma.
Ancaman verbal sering kali digunakan untuk menanamkan rasa takut dan ketergantungan. Contohnya, pelaku bisa berkata, "Kalau kamu pergi, aku akan menyebarkan rahasiamu!" atau "Jangan pikir kamu bisa hidup tanpaku." Ancaman seperti ini menciptakan ketidakamanan dan membuat korban ragu untuk keluar dari hubungan tersebut.
3. Mengontrol melalui perkataan manipulatif

Manipulasi verbal sering kali tersembunyi dan sulit dikenali. Pelaku akan menggunakan kata-kata yang membuat korban merasa bersalah atau ragu dengan diri sendiri. Teknik ini dikenal sebagai gaslighting. Melalui manipulasi, pelaku menciptakan ketergantungan emosional yang membuat korban merasa tidak mampu bertindak sendiri.
Gaslighting bisa berupa pengingkaran terhadap kejadian yang sebenarnya atau mengalihkan kesalahan kepada korban. Misalnya, "Kamu terlalu sensitif, aku nggak bermaksud kayak gitu." Pernyataan ini membuat korban meragukan perasaannya sendiri, sehingga memperkuat kendali pelaku dalam hubungan.
4. Menghina atau membuat lelucon yang menyakitkan

Bercanda memang merupakan bagian dari hubungan yang sehat, tetapi jika lelucon tersebut merendahkan atau menghina, ini bisa menjadi tanda kekerasan verbal. Pelaku sering kali menggunakan humor sebagai tameng untuk menyembunyikan niat sebenarnya. Ini membuat korban merasa bersalah jika menanggapi lelucon tersebut secara serius.
Lelucon yang merendahkan bisa meliputi komentar tentang penampilan, kecerdasan, atau kebiasaan pribadi. Misalnya, "Kamu benar-benar payah, makanya aku sering malu jalan sama kamu." Kalimat seperti ini, meskipun dibalut dengan humor, memiliki efek yang merusak kepercayaan diri korban.
5. Sering membandingkan dengan orang lain

Pasangan yang sering membandingkan korban dengan orang lain, baik dalam hal fisik, pencapaian, atau kepribadian, juga menunjukkan tanda kekerasan verbal. Perbandingan ini dimaksudkan untuk merendahkan korban dan meningkatkan rasa ketidakamanan. Hal ini juga membuat korban merasa kurang berharga dan termotivasi untuk memenuhi ekspektasi pelaku yang tidak realistis.
Misalnya, pelaku mungkin mengatakan, "Kenapa kamu nggak bisa sesukses temanmu?" atau "Coba deh belajar dandan biar secantik dia." Komentar seperti ini menciptakan tekanan emosional yang tidak sehat dan bisa berdampak pada harga diri korban dalam jangka panjang.
Kekerasan verbal dalam hubungan sering kali dimulai dari tanda-tanda kecil yang tampaknya tidak berbahaya. Namun, jika dibiarkan, perilaku ini dapat berkembang menjadi pola yang lebih berbahaya dan merusak. Mengenali tanda-tanda awal dari kekerasan verbal sangat penting untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar di kemudian hari.