Ilustrasi yellow cab theory (pexels.com/Zeeshaan Shabbir)
Taxi Cab Theory menyatakan, bahwa cinta tidak ada hubungannya dengan komitmen, semuanya hanya soal timing. Yang menarik, teori ini sebenarnya tidak berasal dari pakar psikologi atau hubungan, melainkan dari serial TV Amerika, Sex and the City, tahun 2000-an.
Diketahui dari episode 8 season 3, serial Sex and The City, salah satu karakter bernama Charlotte, sedang membahas konsep 'true love' setelah ia dua minggu bertemu calon suaminya. Ia menganggap pertemuan tersebut sebagai takdir. Inilah momen ketika karakter pengacara perempuan, Miranda Hobbes, dengan sarkastik memperkenalkan Taxi Cab Theory.
Dalam dialognya, Miranda mengatakan, "Ini bukan takdir, lampunya menyala, hanya itu saja. Pria itu seperti taksi; saat mereka siap, lampu mereka menyala. Suatu hari mereka bangun dan memutuskan sudah waktunya untuk berumah tangga, punya anak, lalu mereka menyalakan lampu mereka. Perempuan berikutnya yang naik ke taksi itulah yang mereka nikahi. Ini bukan takdir, hanya keberuntungan."
Singkatnya, teori ini berangkat dari gagasan bahwa komitmen tidak selalu sejalan dengan kecocokan. Bukan berarti menemukan pasangan yang sempurna itu mustahil, tetapi Taxi Cab Theory menyoroti kecenderungan untuk memilih seseorang yang nyaman diajak hidup bersama.