Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental Health

#IDNTimesLife Akan diluncurkan pada Sabtu (19/12) mendatang

Di akhir tahun 2020, kebanyakan orang akan melakukan refleksi terhadap kehidupan yang terjadi padanya setahun ke belakang. Berkaca dari pengalamannya serta obrolannya dengan beberapa public figure yang dikenalnya dekat, Nadya Hutagalung pun merekam kisah tersebut dalam buku cetakan kedua Walk With Me.

Dalam wawancara yang dilakukan pada Kamis (17/12/2020) jam 10 pagi, Nadya pun berbagi akan pandangannya tentang emotional well-being. Simak artikel berikut untuk tahu lebih lengkapnya!

1. Menambahkan satu chapter tentang mental well being pada cetakan kedua bukunya

Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental Healthinstagram.com/nadyahutagalung

Buku Walk With Me ini telah diluncurkan pertama kali pada tahun 2018. Saat itu, ia pun menulis banyak kisah tentang perjalanannya ke berbagai belahan dunia yang menurutnya berharga. Buku ini merupakan hasil kerja samanya dengan Adhvan Media dan didukung oleh Didit Herdiprasetyo.

"Tahun ini Didiet telpon aku lagi dan bertanya apakah aku mau re-publish bukunya. Aku meminta untuk tambah 1 chapter lagi tentang mental well-being," tutur Nadya di awal wawancara.

Topik kesehatan mental yang masih sering dianggap tabu di kawasan Asia. Dan, hal tersebut semakin genting dirasakan oleh Nadya mengingat situasi pandemik Covid-19 yang melanda dunia sepanjang tahun 2020.

"Biasanya kalau kita lagi merasakan sesuatu seperti anxiety atau depresi, kita pikir cuma kita yang merasakan itu. Rasanya our anxiety is more than somebody else, dan kita juga gak berani untuk sharing mengenai hal tersebut," ujar Nadya.

Menurutnya, ketika diskusi tentang kesehatan mental sudah bisa lebih terbuka di publik, hal tersebut sudah gak menjadi sesuatu yang asing lagi untuk dibicarakan. Ia pun membandingkan kondisinya ketika masih sekolah.

Ia pun memberikan saran untuk bisa memulai dialog mental health tersebut dari diri sendiri. Nadya bilang, "First of all to talk about it, to admit to yourself, and also to have some access to support".

2. "Setiap kali ada ujian keras atau tantangan berat, it gives me an opportunity to grow," tutur Nadya

Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental HealthIDN Times/Tyas Hanina

"Setiap kali ada ujian keras atau tantangan berat, it gives me an opportunity to grow," tutur Nadya. Ia pun mengaku gak terbiasa bercerita tentang masalah personalnya karena baginya cerita-cerita tersebut gak mendefinisikan dirinya secara utuh.

"Aku juga gak mau menyalahkan orang lain, i just carried on. Walau dari teori psikologi, aku punya banyak trauma juga," ujarnya.

Perempuan yang aktif berkarya di industri modelling dan rutin mengampanyekan isu-isu lingkungan hidup ini pun membagikan sedikit ceritanya. Sejak usia 12 tahun ia sudah bekerja dengan mandiri dan tinggal di negeri asing.

"Tahun 2018 was the only year that i could not made up my own mind. It is the first time in my life," tuturnya seraya tersenyum. Seperti yang sudah dituturkan sebelumnya, ia merasa ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetiknya dari momen tersebut. Salah satunya adalah untuk berhenti menyalahkan orang lain atas kondisi kita sendiri.

Sejak dahulu, ia percaya bahwa reaksi negatif seperti amarah atau balas dendam tidak bisa menjadi solusi dari permasalahan manusia. 

"We should feel them, let them come, and also let them go. Kita bisa tanya ke diri sendiri: apa yang kita lakukan di masa lalu? Mungkin kita sedang mengalaminya juga saat ini," pungkasnya.

3. Memulai dialog kesehatan mental dengan anak sejak dini dengan cara rutin menanyakan kabar dan bersikap terbuka

Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental Healthinstagram.com/nadyahutagalung
dm-player

Salah satu kendala dari keterbukaan topik mental health di publik adalah adanya gap antara generasi yang berbeda. Bagi Nadya, hal tersebut bisa dimulai dari sikap yang dicontohkan oleh orangtua kepada anaknya.

Berdasarkan pengalaman pribadinya, ia selalu berusaha untuk mencontohkan hal baik di depan anaknya. Termasuk juga dengan tidak membicarakan hal buruk tentang orang lain atau pun menghakimi pilihan hidup seseorang.

"I think what needs to happen for parents, yang pertama adalah untuk bikin culture di keluarga yang gak judging," ujarnya.

 

Lebih lanjutnya, ia pun bercerita, "My oldest and youngers kids bisa cerita apa pun ke saya, karena mereka gak akan takut kalau aku bakal judge mereka".

Ia pun juga terbiasa untuk selalu menanyakan kabar anaknya setiap hari, agar tercipta safe space di mana setiap anggota keluarga bisa bersikap terbuka.

Baca Juga: 9 Potret Nyla Putri Nadya Hutagalung, Next Super Model!

4. Rutinitas self care menjadi tools yang digunakan Nadya untuk bisa tetap survive di tengah pandemik. Salah satunya dengan bermeditasi

Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental HealthIDN Times/Tyas Hanina

Di awal pandemik Covid-19 terjadi, Nadya mengaku juga sempat merasa anxious memikirkan situasi yang gak pasti. Ia pun membatalkan beberapa rencana yang sudah dibuatnya sepanjang tahun.

"Saya kerjanya kan fly around the world, and then everything stops. For a little while, i'm asking my self who am i? Apa sih yang bisa aku bantu buat dunia?" tuturnya.

Dengan aktivitas fundraising yang dilakukannya di We The Good, ia merasa menemukan semangat baru setiap hari. Selain itu, ia pun mencoba untuk fokus melakukan rutinitas self care.

"Kalau sedang dalam keadaan stres, contohnya menghadapi pandemik di 2020 ini, aku jadi lebih fokus ke self care," ujar Nadya. Ada pun rutinitas perawatan diri yang biasa ia lakukan di antaranya adalah yoga, meditasi, tidur cukup, meminum banyak air putih, dan healthy eating.

5. Buku ini juga memuat kisah personal yang dialami oleh lima public figure di masa pandemik Covid-19

Cetak Ulang Bukunya, Nadya Hutagalung Fokus ke Mental Healthinstagram.com/nadyahutagalung

"Kalau kita lihat orang terkenal, kita merasa mereka punya banyak hal. Tapi, bukan berarti mereka mental well-being mereka dalam kondisi terbaiknya," ujar Nadya.

Di dalam chapter terbaru di buku Walk With Me, ia pun berbincang dengan lima orang figur publik tentang hal tersebut.

"Kita ingin meningkatkan percakapan tentang kesehatan mental, sekaligus menghapus stigma yang ada tentang itu," tambahnya.

Kelima figur publik yang akan membagikan pengalaman pribadi mereka pada buku ini di antaranya adalah: Happy Salma, Eva Celia, Iqbaal Ramadhan, Afgansyah Reza, dan Chelsea Islan.

Itu dia hasil bincang-bincang seru IDN Times dengan Nadya Hutagalung tentang chapter terbaru di buku Walk With Me. Apabila kamu tertarik dengan pembahasannya, buku ini akan diluncurkan pada Sabtu (19/12), jam 3 sore.

Semoga diskusi ini bisa menambah wawasanmu tentang mental health, ya!

Baca Juga: Menginjak Usia 46 Tahun, 10 Potret Nadya Hutagalung yang Makin Fresh

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya