Untuk Lelaki yang Tak Kusebut Namanya: Dalam Memori, Melupakanmu, Aku Mencintaimu Seutuhnya

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #CintaDalamKata yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #CintaDalamKata! Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
Aku akan terus menuliskan apa yang ada di kepalaku hingga nanti ia membacanya. Aku akan terus membacakan di setiap malamnya sebuah cerita yang ada di memoriku hingga ia akan mengenalku. Sebab aku memang mencintainya, dengan caraku sendiri.
Aku mencintaimu sampai menembus musim.
Aku tuliskan sekelumit kalimat kepadamu, wahai lelaki yang pernah mengisi memoriku. Mungkin waktu tidak akan pernah menghapusmu dalam sebuah jejak. Sampai hari ini, rinai jatuh ke bumi, aku masih mencintaimu. Hingga matahari terbenam senja, dan langit jingga tergantikan gelap. Dalam doaku masih menyebut namamu. Aku masih bisa merasakan renik rinai menjatuhkan diri dengan sakitnya.
Untukmu lelakiku.
Yang hingga saat ini, tak kusebut namanya. Aku masih memandangmu dari kejauhan, menanti takdir diubah masa. Aku masih ingat saat kau memainkan lagumu. Semenjak itu Tuhan menghadirkan cinta dalam relungku. Semenjak itu aku mencintaimu dalam diam.
Aku bahkan tak pernah memberanikan diri menyapamu. Ketika kau lewat di hadapanku. Dalam memori yang tak sedikitpun lupa, kau memilih pergi bersama gitarmu. Ketika kau memainkan lagumu menyendiri dari keramaian. Aku masih di belakangmu, menantimu di kejauhan.
Lagu yang kau nyanyikan, membuat sekitarmu ikut merasakan hatimu. Angin berhembus menemanimu, dan tak terasa air matamu terjatuh. Ingin rasanya aku menghampirimu dan menenangkanmu di dalam pelukku.
Pertemuan adalah hal di mana Tuhan telah memberikan kita sebuah kesempatan, ambil atau tidak.
Untukmu lelakiku.
Mungkin kau tak pernah tahu bahwa aku mengagumimu. Atau bahkan kau tak pernah tahu bahwa diam-diam aku merindukanmu. Ingin rasanya aku memilikimu seutuhnya. Agar aku menjadi penyembuh luka yang telah Tuhan beri. Akan senantiasa kunyanyikan lagu yang kucipta untukmu, sampai batas putaran waktu.
Aku pernah mengikutimu sampai dermaga. Kau terdiam sambil menatap arah angin mengayun. Mungkin kau tengah mengingat sesuatu. Kali itu kau tidak membawa alat musik kesayanganmu, tapi aku tahu bahwa kau tengah menyembuhkan luka memorimu dengan pengisi relungmu.
Kau tahu? Di dermaga itu aku tersadar, bahwa aku benar-benar bodoh. Mengharap lelakiku memandangku, selagi kau masih terkungkung dalam lingkara masa lalu. Masa lalu yang membuat sesal itu tumbuh dalam dirimu.
Aku mencarimu, sebab itulah alasanku bertahan dalam hujan.
Mencari adalah hal yang menghilangkan akal. Berharap-harap bertemu dengan apa yang dicari. Aku akan terus mencarimu, dengan cinta yang aku miliki. Aku mencarimu, sebab dengan itu alasan aku bertahan dalam hujan.
Untukmu lelakiku...
Lama waktu telah memisahkan jarak, hati, bahkan memori ini. Namun sekali lagi, aku mencoba mengingatmu dalam keterlupaan ini. Izinkan aku mencintaimu sekali lagi untuk merasakan belenggu yang belum usai. Hati ini yang terus kelam semenjak kepergianmu, aku masih menunggumu.
Izinkanlah aku mencintaimu sekali lagi. Ya, saat ini aku sedang mengingatmu. Dengan sentuhan sekali saja, aku merasa hadirmu saat ini.
Aku masih menyimpan setangkai mawar merah yang kutujukan kepadamu. Namun tak pernah satu kelopak pun aku berikan kepadamu. Mawar itu kini telah layu, pupus seraya aku menyerah untuk mendapatkan tempat di hatimu.
Biarkan sesaat saja kau mencintaiku, itu sudah cukup. Untuk membalas rasa yang besar ini. Aku tak kan pernah bisa melepas bayangmu, melepas sosokmu dari pandanganku. Meski sesaat.
Kehilangan membuat kita belajar bahwa Tuhan telah mengirimkan seseorang dalam sesaat. Kehilangan membuat kita belajar bahwa kerinduan itu datang setelah kita lupa dengan apa yang kita jalani. Maka kita sebaiknya sadar, bahwa Tuhan telah memberikan sebuah kesempatan, tinggal kita yang memilih.
Untukmu lelakiku.
Izinkan aku terus menyimpan rindu ini dalam anganku. Sebab Tuhan mengizinkan manusia berangan. Izinkan aku mengagumimu, tanpa tahu bagaimana dasar rasa sakit itu. Pertemuan terakhir ini, kuharap kau dengar.
Aku masih berdiri di sini, dan membuat kenangan akan engkau. Bahwa. Untuk sekian kalinya, aku mencintaimu. Maka hantarkanlah aku berlabuh pada seseorang di sana. Hingga pada waktu kau menemaniku untuk berlabuh, aku selesai mencintaimu. Aku akan melangkah dengan seseorang di sana yang tengah menungguku.
Dalam memori, melupakanmu, berarti aku mengingatmu. Dalam meori, melupakanmu, berarti cinta yang belum usai ini, senantiasa aku tutup rapat-rapat. Dalam memori, melupakanmu, berarti aku mencintaimu seutuhnya.
Untukmu lelakiku. Izinkanlah aku untuk kali terakhir mencintaimu, agar rasa belum usai ini segera saja menghilang dengan rinai senja ini. hingga tubuhku menjadi dingin, sedingin hatimu yang tak mampu kuretaskan. Hingga rinai senja ini, berhenti mendetakkan jantungku.
Sebab ada pepatah mengatakan, “Ada masa di mana seseorang yang ditunggu lama, akan bersatu dengan seseorang yang telah lama menunggunya”.