5 Novel Feminis Underrated, Ada Versi Bahasa Indonesianya!

Diary of a Void adalah salah satu novel J-lit yang tak banyak dibicarakan. Padahal dari segi kualitas cerita, ia salah satu yang superior dan unik saat bicara feminisme. Ditulis dari perspektif pekerja kantoran perempuan bernama Shibata, kamu bakal diajak menyelami bagaimana patriarki melanggengkan bahkan menormalisasi perlakuan diskriminatif terhadap perempuan di Jepang. Ini yang kemudian memotivasi Shibata untuk nekat berpura-pura hamil. Dengan modusnya itu, ia berhasil dapat beberapa privilese atau justru baru mencapai kesetaraan dengan para pegawai pria?  

Berlatarkan Republik Georgia, Di Ladang Pir bisa jadi novel langka yang wajib kamu baca sekali seumur hidup. Lakonnya seorang remaja 18 tahun, Lela, penghuni panti yang sebenarnya punya opsi untuk pergi dari situ dan hidup independen. Namun, ia memilih bertahan karena iba pada satu bocah yang ditelantarkan ibunya.

Di Ladang Pir adalah tipikal novel coming-of-age yang berkutat pada sosok perempuan nonkonformis yang keputusan-keputusannya mungkin bikin geleng kepala. Namun, resiliensi dan keberaniannya menginspirasi. 

Terbit dengan judul bahasa Inggris Soviet Milk, novel berlatar Latvia era Uni Soviet ini menelisik dinamika hubungan seorang ibu dan putrinya selama kurun waktu 2 dekade. Sang ibu diceritakan sebagai dokter kandungan yang kariernya terancam karena terbukti melanggar beberapa regulasi absurd dari pemerintah.

Sang ibu kemudian terjerembab dalam hal-hal yang destruktif dan secara tak langsung meninggalkan trauma kepada putrinya. Ini sebuah novel yang membahas isu trauma antargenerasi dan spesifik meneropongnya dari kacamata perempuan. 

Masih seputar hubungan ibu dan putrinya, Motherhood pun tak kalah mengganggu dan tragis. Kisah dimulai dengan kasus bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan muda. Aparat pun melakukan investigasi dan menginterogasi sang ibu. Pada fase inilah pembaca dibuat tercengang dengan sikapnya yang tak seperti ibu pada umumnya. Meski mengganggu dan mungkin tak sesuai dengan kompas moralmu, perspektif sang ibu menarik buat diulas dan ditelaah lebih jauh. 

Perempuan Rok Ungu juga masuk jajaran J-lit underrated. Novel feminis ini mengikuti sudut pandang seorang perempuan tanpa nama yang diam-diam terobsesi pada perempuan rok ungu yang tak sengaja ia temui. Saking penasarannya pada sosok itu, ia pun merekomendasikan perempuan itu untuk melamar di tempat kerjanya. Di sinilah, observasinya makin menjadi-jadi. Namun, di balik keanehan obsesinya itu, novel ini sedang menjelaskan bagaimana objektifikasi dan perlakuan seksis terhadap perempuan amat lumrah terjadi di tempat kerja. 

Lima buku feminis underrated tadi sudah bisa kamu akses di toko buku luring maupun daring. Silakan pakai sebagai referensi kalau mentok dengan novel feminis terjemahan bahasa Indonesia yang itu-itu saja.