Sepiring matcha honey toast belum juga disentuh. Padahal bunga-bunga es yang bercokol di atas roti panggang kecokelatan itu sudah mulai mencair. Secangkir hot matcha pun cuma diaduk-aduk. Sesekali saja diseruput. Dari tadi, perempuan bernama Abellia Anggi Wardani itu asyik berkisah tentang pengalamannya mencicipi Negeri Tulip.
Pengalaman akademis dan sosialnya sudah bertumpuk-tumpuk. Papua, Sulawesi, Kalimantan, dan daerah-daerah terpencil, terluar, serta terdepan di Indonesia telah disambangi. Prancis dan Belanda jadi saksi hidup gadis Sagitarius itu berjuang mencari pengetahuan. Namun siapa sangka usianya belum genap kepala tiga.
Januari tahun 2016 dia terdaftar sebagai mahasiswi program doktoral di University of Tilburg, Belanda. Sebelumnya, ia menuntaskan studi master di universitas yang sama untuk Management of Cultural Diversity. Bicara pendidikan, semangat belajar Abelia memang patut menjadi inspirasi. Berbarengan dengan kuliahnya di jenjang strata satu jurusan sastra Prancis, Universitas Indonesia, perempuan kelahiran Ambarawa itu merampungkan belajar di Université d’Angers, Prancis, untuk tourism management.
Jangan disangka hijrah pendidikannya ini dibiayai dengan kocek pribadi.
Sejak semester tiga, Abel—begitulah ia biasa disapa—sudah menghidupi kuliahnya dengan beasiswa. Setidaknya, sampai sekarang, ada sepuluh beasiswa yang berhasil didapatkan. Kedutaan Prancis, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Orange Tulip, Frans Seda Foundation Research Fellowship, dan LPDP adalah beberapa institusi yang membiayainya.