Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia Dongeng

Tania juga bagikan tips mendongeng, lho!

Jakarta, IDN Times - Kecerdasan seorang anak gak hanya sebatas angka yang tertulis di lembar kertas ulangan. Justru, kecerdasan anak dapat terlihat dari bagaimana ia berimajinasi dan merespons lingkungan sekitarnya. Hal itulah yang coba ditanamkan Tania Kathryne, seorang storyteller atau biasa kita sebut pendongeng.

IDN Times berkesempatan berbincang secara virtual dengan Tania Kathryne pada Jumat (19/5/2023). Banyak hal yang dibagikan Tania dari perjalanannya mengenal dunia dongeng mendongeng hingga berbagi tips mendongeng. Ada banyak pesan edukasinya, lho!

1. Awalnya, Tania seorang pekerja kantoran yang kemudian terjerat pesona dongeng mendongeng

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Sejak awal, pendongeng bukanlah pilihannya. Tania Kathryne jauh lebih tertarik dengan dunia dubber. Tidak semua orang bisa menjadi dubber, proses sulih suara atau mengisi suara suatu karakter memerlukan keahlian khusus. Namun, hal itulah yang menjadi memikat Tania, cita-cita Tania. 

“Aku tertariknya untuk menjadi dubber malah ya, yang sering ngubah-ngubah suara tapi kemudian aku bertemu dengan teman-teman dari komunitas dongeng (Rumah Dongeng Pelangi_red) yang mereka banyak bergerak di bidang sosial. Lalu aku tertarik, jadi ikut sama mereka, semakin jatuh cinta sampai sekarang deh,” ceritanya.

Tania hanyalah seorang pekerja kantoran yang tertarik dengan dubber. Namun kini, ia full time memberikan waktunya sebagai MC, storyteller, dan voice over talent.

Profesi ini yang akhirnya membawa Tania menemui berbagai macam anak-anak. Ia pernah mendongeng untuk anak-anak panti asuhan, penyintas HIV/AIDS, anak-anak down syndrome, anak-anak berkebutuhan khusus seperti dyslexia, pejuang kanker, serta anak-anak yang mengalami gangguan ginjal. 

Ia bercerita, “Jadi kita datang ke sebuah bangsal di rumah sakit, adik-adiknya lagi cuci darah. Kita muter bed to bed atau kita khusus menemani satu bed satu anak seperti itu. Itu kita bisa melakukan kegiatan bercerita, mendongeng, atau bermain aja, ngobrol sama mereka.”

Menariknya, Tania gak hanya mendongeng untuk anak kecil saja, lho. Ia juga pernah mendongeng untuk oma dan opa dengan mengajak mereka untuk bernostalgia kembali tentang masa muda.

“Untuk treatment, jokes gitu kita menyesuaikan, ya. Bedanya sama oma opa sih mungkin lebih santai banget kali, ya. Kalau anak-anak kan ada tutur kata yang harus diucap dijaga. Kalau sama oma opa, tetep kita jaga cuma menyesuaikan gitu dengan jokes yang masuk ke orangtua atau ibaratnya kita kayak sama orangtua aja gitu,” ucapnya.

Sebagai orang yang juga mendalami voice over (VO), Tania merasa kedua skill ini sangat melengkapi pekerjaannya. Walau baru tiga tahun mengenal VO, ia merasa ini adalah teknik yang sangat berbeda dari dongeng mendongeng.

"Kalau dongeng itu kita yang menciptakan, dalam artian gak ada ekspektasi yang dituntut dari pencerita. Tapi ketika kita masuk di voice over, kita ada yang namanya client yang head to head, mereka maunya intonasinya seperti ini ya kita kan ngikut yah. Nah ketika kita mendongeng, kita yang meramu intonasinya seperti apa. Kalau voice over juga kita ramu tapi ada decision makernya gitu," katanya ketika menjelaskan perbedaan sebagai pendongeng dan VO Talent.

2. Bagi Tania, mendongeng adalah cara paling menyenangkan untuk mendidik anak-anak

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Masa kanak-kanak merupakan masa emas di mana otak akan menyerap banyak sekali informasi. Gak heran apabila seorang anak bisa tiba-tiba meniru apa yang orang lain katakan atau lakukan. Untuk itu, kita sebenarnya harus berhati-hati dalam memberikan stimulus, informasi, dan ajaran kepada anak kecil.

Nah bagi Tania, dongeng merupakan metode yang sangat menyenangkan untuk mendidik anak-anak. Kenapa? Bercerita akan membuat anak tidak stres dan happy.

“Mendongeng itu adalah cara paling menyenangkan menurutku. Gak stres, gak terkesan menggurui yang paling penting. Ketika kita mau menyampaikan sebuah pesan, kita tidak perlu menggurui. Dengan bercerita atau mendongeng, kalau saya tipenya tidak perlu menyampaikan pesan khusus secara eksplisit,” katanya.

Hanya dengan bercerita saja, anak atau audiens memiliki hak untuk menentukan apa yang akan mereka serap. Sebabnya, artikulasi dan intonasi menjadi bagian penting yang mendukung cerita terdengar lebih hidup dan sampai ke pendengar.

“Ketika bercerita, cerita itu tidak boleh hanya milik sang pencerita sendiri tapi cerita itu harus sepenuhnya milik pendengar,” sambungnya.

Itulah salah satu prinsip yang dipegang Tania sebagai storyteller. Untuk itu dalam mendongeng, ia selalu melibatkan atau membangun interaksi dengan audiens. Dimulai dari hal sederhana seperti bertanya, tanpa sadar anak akan mengemukakan pendapat dan pikirannya.

“Sesederhana kita cerita tentang laut dan tanya 'adik-adik tau gak ya di laut ada hewan apa?' itu langkah sederhana menurut saya, untuk trigger anak mengemukakan pendapat dan pikirannya. Kalau mereka bilang semua hewan laut ada paus, kura-kura, tiba tiba ada yang nyeletuk sampah, ya itu yang mereka pikirkan,” imbuh Tania.

Menurut Tania, dongeng memiliki banyak manfaat karena melatih anak agar bisa mengutarakan perasaan dan pikiran. Seorang anak yang sering mendengar dongeng juga memiliki kosakata yang cukup banyak. Ketika anak didekatkan dengan cerita-cerita baik, alam bawah sadarnya akan merespons untuk mengeluarkan perilaku yang baik pula.

“Kosakata anak itu turut bertambah, mereka juga lebih bisa solutif ketika mendapatkan sebuah masalah atau tantangan. Mereka udah ke-trigger untuk melakukan apa, mereka terbiasa mendengarkan cerita karena cerita itu kan banyak dan kompleks ya. Mereka bisa memilih, otaknya bisa merespons dari cerita-cerita yang pernah mereka dengar. Mereka jadi lebih bisa memecahkan masalah, kosakata, dan juga yang paling penting adalah attitude,” kata Tania.

3. Selain menyenangkan dan imajinatif, dongeng merupakan wadahnya untuk healing

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Selama 13 tahun mengenal dunia dongeng, pasti ada kegiatan yang paling berkesan.  Pengalaman mendongeng untuk anak-anak gangguan ginjal yang sedang menjalani hemodialisis jadi memori yang membekas untuknya.

Perempuan yang suka menyanyi ini kemudian mengungkapkan, “Almarhum ayah saya juga mengidap gangguan ginjal, beliau sempat hemodialisis, kemudian ketika saya masuk ke ruangan itu, itu mungkin pertama kali saya merasa kayak ‘gua harus ngapain ya’ kayak bener-bener blank gitu, gak punya keberanian gitu untuk melangkah.”

Rupanya jam terbang mendongeng yang tinggi gak menjamin Tania bebas dari trigger-trigger tertentu. Meski hanya melihat teman atau mendengarkan adik-adik bercerita, hal itu yang memupuk keberaniannya. Perjalanannya ini mengajarkan Tania tentang arti kehidupan yang bermakna dan penuh berkat.

Ia berkata,”Kalau ditanya ‘kenapa suka dongeng?’, ya karena itu fun. Tapi yang lebih penting lagi kayak merasa hidup, merasa ‘gua punya arti nih’, ada yg bisa gua lakuin untuk orang lain meski kecil langkahnya.”

4. Hati yang tulus menjadi pondasi utama Tania dalam menjalani kariernya sebagai storyteller

dm-player
Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Bagi Tania, hal terpenting dari seorang pendongeng bukan terletak pada teknik atau cerita apa yang disampaikan. Menurutnya, ketulusan hati merupakan kunci utama menjadi pendongeng yang baik.

“Aku percaya juga sama temen-temen, mendongeng atau bercerita itu tidak perlu skill khusus, tapi pasti perlu hati yang tulus. Itu yang kami percaya karena apa pun yang disampaikan dengan hati, mudah-mudahan akan sampai ke hati juga,” terangnya.

Maka dari itu, ia juga mendorong orang lain untuk tidak insecure dengan suaranya. Mau besar, kecil, berat, nyaring, suara seperti apa pun akan bisa dinikmati selama diri sendiri merasa nyaman dalam membawakan cerita.

Perempuan berambut pendek ini juga menyakini bahwa dongeng mengajarkan anak untuk berani berbicara. Tania menceritakan bahwa dongeng mengajarkan anak berbicara, berkomunikasi, berani mengungkapkan pikiran dan pendapat.

Tania menjelaskan, “Itu salah satu alasan saya ketika saya mendongeng tidak secara eksplisit menyatakan bahwa ‘jadi adik adik tidak boleh mencuri’ kayak gitu. Kalau saya sih, memilih untuk tidak mengatakan pesannya apa, biarin aja anak yang berproses, menentukan sendiri pendapatnya apa. Begitu juga dengan proses cerita, anak-anak bebas mengatakan apa sih yang dia pikirkan.”

Sejalan dengan itu, ia melihat bahwa perempuan yang hebat adalah mereka yang bisa bermanfaat untuk sekitarnya. Tania yakin sekecil apa pun langkah yang dilakukannya, apabila diiringi dengan hati yang tulus maka akan berdampak besar untuk orang lain.

Baca Juga: Kisah Ayesha Felice Dorong Anak Muda Berdaya Saing Internasional

5. Ciri khas Tania adalah mendongeng sambil membawa ukulele. Rupanya ada makna di balik itu, apa alasannya?

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Sebagai pendongeng, seseorang perlu memiliki keahlian untuk bisa menarik perhatian audiens. Dulu, Tania menggunakan alat peraga seperti boneka atau hand puppet. Kini, ia lebih sering menggunakan ukulele sebagai ‘senjata’nya dalam menarik perhatian, terutama anak kecil.

Kini, lagu anak semakin tenggelam tergusur oleh lagu-lagu dewasa. Tampaknya, agak sulit menemukan lagu anak yang menghibur dan bisa menjadi sarana edukasi. Berangkat dari keresahan ini, Tania memilih menggunakan ukulele.

“Waktu itu aku melihat kok banyak anak-anak yang menyanyikan bukan lagu anak-anak. Bahkan mereka lebih hafal lagu yang bukan seusia mereka. Makanya saya memutuskan untuk belajar memainkan alat musik, makanya saya memilih ukulele, memainkan lagu anak-anak, bahkan ketika mendongeng pun kami biasanya selipkan pake lagu,” ungkapnya.

Lagu juga menjadi alatnya untuk mengajarkan sesuatu ke anak dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat. Ketika anak kehilangan fokus, Tania berupaya menggunakan gerakan atau ice breaking. Idealnya seorang anak akan fokus sekitar 7-10 menit.

“Nah makanya kalau kita mau attract yang agak lama, kita harus pake trik: nyanyi dulu atau pake gerakan. Maksimal kalau kita perform atau mendongeng untuk anak-anak, paling lama banget 45 menit itu sudah termasuk semua, ice breaking, main, gerak dan lagu,” tambahnya.

Untuk mendukung kariernya, Tania pernah belajar bahasa isyarat supaya bisa bercerita dengan Teman Tuli. Tentu ke depannya, ia akan mencoba banyak hal baru dan terus berinovasi. Bahkan, Tania sempat berpikir ingin mengelola perkusi sebagai metode baru dalam bercerita, lho! 

6. Dongeng memang mengajarkan banyak hal, tetapi gak memungkiri bahwa Tania juga pernah insecure

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Meski sudah malang melintang selama 13 tahun di dunia ini, nyatanya Tania kerap menemukan momen-momen insecure sebagai pendongeng. Terlebih ketika targetnya adalah anak spesial, ada beberapa pertanyaan yang kerap mengganggu pikirannya. Namun, kondisi tersebut menyadarkannya bawa semua orang punya corak dan respons yang berbeda. 

“Jadi ketika mendongeng untuk anak berkebutuhan khusus, insecure-nya ‘gua didengerin gak ya?’ tapi ketika bercerita untuk anak down syndrome, mereka kan sibuk dengan dunianya sendiri ya, tapi ketika di bagian tertawa, kita tertawa ternyata mereka juga ikutan tertawa atau mereka teriak-teriak gitu. Nah itu bagian dari respons mereka. Mereka merespons dengan cara berbeda dan tidak ada yang salah dengan sesuatu yang berbeda,” ucapnya.

Keresahan kerap menghampiri Tania ketika harus mendongeng untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Pengalamannya 8 atau 9 tahun silam membukakan mata Tania bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai dengan ekspektasi.

Sambil tersenyum, Tania mengungkapkan, “Yang tidak kalah penting bahwa bahagia itu sederhana banget. Itu korelasinya dekat dengan ekspektasi itu ya. Aku kemudian belajar untuk memahami orang lain, cara pandang orang lain, dan respons orang lain."

7. Buat orangtua, Tania membagikan sedikit tips soal dongeng mendongeng

Pesan Edukasi di Balik Kecintaan Tania Kathryne pada Dunia DongengTania Kathryne saat mendongeng (dok. Tania Kathryne)

Era digitalisasi membuat anak mudah terpapar dengan gadget dan screen time yang berlebihan. Namun, Tania berhasil melihat sisi yang berbeda dari perubahan digitalisasi ini.

“Sebenarnya digital itu bukan musuh untuk anak atau untuk dunia cerita tapi bisa menjadi sahabat asalkan tetap pada porsinya dan balik lagi yang didengarkan atau ditonton sesuai dengan usianya,” paparnya.

Menurutnya, segala hal yang digital merupakan sahabat untuk bercerita asalkan tetap pada batas dan takaran yang sesuai. Untuk itu, orangtua bisa banget mendongeng untuk anak mereka. Mulai banyak ayah yang suka mendongeng, lho!

Seusai mendongeng, biasanya Tania menyampaikan pesan, “Kalau selesai mendongeng di antara keluarga, pasti selalu disisipkan pesan jangan lupa bercerita minimal 5 menit atau 7 menit sebelum tidur kepada anak-anak. Terpaksa atau tidaknya, itu tergantung orangtua. Namun kami yakin ketika orangtua bercerita, itu memang mereka yang ingin melakukan untuk anak-anaknya."

Gak perlu ribet harus mencari cerita apa atau bersikap seperti apa. Bagi Tania, asal orangtua memiliki intensi yang tulus dan mampu menyampaikan emosi dalam cerita maka anak akan bisa menyerap cerita yang dibawakan.

“Bisa menggunakan tubuh juga, lalu ya bercerita saja seperti biasa kepada anak-anak karena bercerita itu tidak pura-pura, datang dari hati, dan manfaatnya akan banyak sekali. Bukan hanya untuk anak tapi juga untuk sang pencerita juga. Jadi berceritalah dengan hati,” jelas Tania seraya menutup perbincangan hangat kami kala itu.

Baca Juga: Sepak Terjang Nurni Sulaiman, Taekwondoin Perempuan Sumut Peraih DAN V

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya