W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi 

Partisipasi perempuan dalam sektor formal menurun

Presidensi G20 Indonesia resmi memulai Women20 (W20) Indonesia pada Hari Ibu (22/12/2021). Side event W20 ini bertempat di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Berlangsung pada 14--16 Februari 2022, W20 membahas beragam isu penting terkait perempuan dan pemulihan ekonomi pasca pandemik.

Selasa (15/2/2022), W20 menggelar diskusi global tentang Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Ada banyak hal yang dipaparkan terkait aturan terhadap perempuan, tantangan, dan pembelajaran strategis yang didapat dari hasil presidensi lain. Berikut ini ulasannya.

1. Diskriminasi terhadap perempuan masih menjadi tantangan global

W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Selasa (15/2/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Hadriani Uli Silalahi selaku Chair W20 Indonesia mengatakan bahwa diskriminasi terhadap perempuan masih dan terus menjadi tantangan. Agar perempuan dapat berdaya sepenuhnya dan setara kedudukannya di masyarakat maupun level ekonomi, perlu langkah tepat untuk mencapai kemandirian finansial. Namun, ini tak mudah diraih akibat keterbatasan akses.

Tidak ada pemulihan ekonomi yang lengkap apabila perempuan dan anak perempuan masih tertinggal atau tidak diberikan prioritas. Jamshed Kazi, UN Women Indonesia Country Representative and ASEAN Liaison, mengungkapkan data bahwa secara global partisipasi kerja menurun. 

Terlebih pandemik semakin memperparah ketidakseimbangan power antara laki-laki dan perempuan. Menurut pemaparan Bintang Puspayoga, Menteri PPPA, data dari 10 mengara menunjukkan peningkatan laporan akibat perempuan yang terisolasi dan menghadapi abuse.

"Satu dari tiga perempuan jadi korban kekerasan. Di sini sangat terlihat bahwa ada ketidaksetaraan atau diskriminasi. Masalahnya, kekerasan terhadap perempuan ini gak hanya berdampak negatif secara fisik, mental, emosional, dan kesehatan reproduksi. Melainkan, berdampak juga pada masyarakat dan negara," ujar Bintang Puspayoga.

2. Nyatanya, dampak negatif pandemik lebih rentan terjadi pada perempuan daripada laki-laki

W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Selasa (15/2/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Tentunya, dampak pandemik pada laki-laki dan perempuan berbeda. Namun, Bintang Puspayoga mengungkapkan bahwa perempuan paling rentan terdampak negatif dalam sektor ekonomi akibat pandemik.

"Perempuan lebih banyak ada di sektor informal dan terhantam parah, seperti industri makanan dan retail. Pandemik menunjukkan adanya kehilangan pendapatan sebanyak lebih dari 800 USD. Pandemik juga mendorong perempuan masuk ke dalam kemiskinan ekstrem akibat banyaknya kesenjangan dan kekerasan," jelas Bintang.

Artinya, pandemik membuat perempuan terjebak dalam kegiatan informal atau di rumah saja. Selaras dengan pernyataan Bintang Prayoga, Jamshed pun mengatakan bahwa hilangnya partisipasi dalam sektor formal ini membuat perempuan gak bisa memanfaatkan ekonomi digital dan kehilangan partisipasinya dalam berbagai pengambilan keputusan. 

"Secara global, partisipasi kerja menurun sebanyak 4,2 persen atau menghilangnya 2,4 juta pekerjaan. Perempuan lebih parah terdampak COVID-19 dengan adanya shadow pandemic. Bahkan hanya 12 persen pemimpin dunia yang perempuan," ucap Jamshed Kazi.

Terlihat jelas bahwa perempuan cenderung tidak dilibatkan untuk panel diskusi tingkat tinggi, menurut Jamshed. Untuk itu, W20 terbentuk untuk menyampaikan peran penting dalam mengubah mindset pemimpin yang lebih memperhatikan keseteraan dan pemberdayaan perempuan.

3. Efek pandemik dan diskriminasi ini juga meningkatkan angka kekerasan terhadap perempuan

W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Selasa (15/2/2022). IDN Times/Adyaning Raras
dm-player

Menilik sedikit, data pertumbuhan ekonomi Indonesia didominasi oleh peran perempuan, yang menduduki 49,42 persen dari keseluruhan populasi. Ada lebih dari 50 persen UMKM yang didirikan dan dijalankan oleh perempuan. Sayangnya, 2/3 UMKM tersebut kesusahan untuk keluar dari krisis ekonomi.

Sebanyak 46 persen pelaku usaha perempuan melaporkan bahwa mereka tak lagi mampu membayar hutang karena terjadinya pengurangan penghasilan akibat pandemik. Di sisi lain, hal ini membuat perempuan kembali ke rumah tetapi tidak merasakan kenyamanan.

Data yang dipaparkan Bintang Puspayoga menyatakan, ada 21 persen perempuan yang tidak nyaman di rumah karena mendapatkan kekerasan secara fisik. Namun di luar rumah, 3 dari 5 perempuan juga mengalami keresahan akan pelecehan seksual di ruang publik meskipun pandemik.

Baca Juga: Yuk Pelajari 4 Isu Prioritas Utama dalam W20 Indonesia, Apa Saja?

4. Gender lens harus diaplikasikan untuk bisa menghambat dampak pandemik

W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Selasa (15/2/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Menurut Bintang, gender lens harus diaplikasikan untuk memastikan bahwa hambatan akibat pandemik bisa dikurangi. W20 Indonesia juga harus berkolaborasi untuk mengadvokasi kebijakan terkait perempuan.

Lalu, bagaimana gender lens ini diterapkan? Head of Networks, Partnerships and Gender Division di OECD Development Centere, Bathylle Missika menjelaskan bahwa setiap orang atau organisasi perlu melihat sisi positif dari suatu kebijakan.

"Perempuan itu terdampak berat. Ambil sisi positif dari suatu kebijakan, misalnya memungkinkan perempuan punya asuransi sosial. Atau adanya subsidi gaji, inilah skema pemerintah yang bisa diterapkan untuk mengisi kehilangan pendapatan yang dialami perempuan. Dari segi finansial dan wiraswasta juga bisa mendapatkan suntikan modal," ungkapnya.

5. Diskriminasi berkaitan erat dengan budaya di Indonesia

W20 Indonesia Soroti Diskriminasi Perempuan dan Inklusi Ekonomi Policy Dialogue "Freedom From Discrimination: Historical Journey from Japan to Indonesia". Selasa (15/2/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Secara global, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan isu besar yang belum terselesaikan. Namun, setiap negara tentunya sudah memiliki beragam langkah untuk mengantisipasi isu tersebut. 

Nursyahbani Katjasungkana, Board of Directors LBH Apik, melihat bahwa Indonesia sudah mengupayakan berbagai macam hal untuk mengatasi kekerasan berbasis gender.

"Diskriminasi dan Kekerasan Berbasis Gender gak cuma ada di dunia kerja, secara umum tetap ada. Perempuan terus menghadapi diskriminasi dalam mengakses pendidikan. Walau di UU tidak ada diskriminasi, namun masih ada dalam budaya. Laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama. Karenanya, mayoritas masyarakat lebih memilih mendukung anak laki-laki daripada perempuan. Perempuan memiliki pekerjaan yang tidak aman daripada laki-laki. Partisipasi di sektor swasta sebagai pemimpin juga sedikit," jelasnya. 

Misalnya di Aceh, hukum syariah masih berlaku sejak 2001 sehingga Aceh memiliki UU otonomi khusus. Menurut Nursyahbani, pemerintah sudah menandatangani berbagai perjanjian dan komitmen internasional. Namun, budaya di Indonesia masih patriarkis sehingga butuh langkah dan effort yang keras untuk mengatasi isu ini.

Baca Juga: W20 di Likupang Ungkap Permasalahan Perempuan di Masa Pandemik

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya