Salah satu kegiatan Baca Pibo (instagram.com/bacapibo)
Lebih dari sekadar membaca, Pibo menghadirkan fitur edukatif yang membantu guru dan orangtua memantau perkembangan membaca anak. Guru dapat menugaskan bacaan dan langsung melihat perkembanga siswa tanpa perlu menegur, “Kamu udah baca atau belum?”
Sementara itu, orangtua bisa melihat minat anak dari jenis buku yang sering dibuka. Menurut Aisha, cara ini bisa menjembatani komunikasi antar guru-siswa atau orangtua-anak dalam mendukung perkembangan anak.
Di tahun 2024, Pibo baru meluncurkan Fitur Belajar yang memungkinkan anak-anak gak cuma membaca, tapi juga belajar. Fitur ini menjawab masalah yang disebutkan dalam data PISA, di mana banyak anak bisa membaca, tetapi tidak memahami isinya.
Aisha mengatakan bahwa ia menggunakan lima dimensi LidSTEM yang terdiri dari kosakata, pemahaman, menulis, berpikir matematis, dan proses ilmiah. Menurutnya, kelima aspek tersebut merupakan keterampilan kunci individu bisa mempelajari hal-hal baru.
“Yang paling penting adalah kemampuan orang untuk unlearn dan relearn. Relearn utamanya.Jadi, untuk belajar hal baru. Selalu akan ada keterampilan atau skill baru yang harus kita kuasai. Nah, untuk kita belajar hal itu, kemampuan literasi itu fondasi buat anak,” ucapnya.
Bagi Aisha, kemampuan membaca hanyalah awal. Literasi sejati adalah kemampuan untuk belajar dari apa yang dibaca. Dari fitur tersebut, ia membantu orangtua dan guru untuk bisa melihat apa yang menjadi kekuatan maupun kelemahan anak, dan membantu mereka tumbuh sesuai potensinya.
“Anak itu belajar untuk membaca, sampai terus akhirnya dia fasih membaca. Lalu, dia bertransformasi dengan membaca untuk belajar” ujarnya.
Aisha percaya kemampuan literasi bisa meningkat asal didukung oleh lingkungan yang suportif. Aisha gak memungkiri ada banyak distraksi bagi anak-anak untuk membaca, terlebih membaca konten secara digital.
Namun, ia meyakini bahwa semuanya butuh proses. Buatnya, yang terpenting adalah anak-anak punya pengetahuan untuk memproses informasi. Setidaknya, mereka bisa tahu mana fakta dan hoax serta mampu berpikir secara kritis di tengah banjirnya informasi digital.