“Jadi aku belajar dari situ, dari temanku. Aku belajar karena ternyata masih banyak masyarakat Indonesia khususnya pemuda yang sekolahnya susah. Aksesnya gak gampang, gak sama kayak yang ada di kota. Itu yang bikin aku ke-trigger untuk jadi seaktif sekarang,” tuturnya kepada IDN Times secara daring.
Reydhita Amelia dan Kisahnya Menemukan Kekuatan di Tengah Keterbatasan

Jakarta, IDN Times - Bicara soal perempuan memang gak ada habisnya. Di balik stigma dan tantangan yang melekat padanya, seorang perempuan selalu punya cara menjadikan dirinya lebih bermakna. Bukan untuk diri saja sendiri melainkan juga orang-orang sekitarnya.
Prinsip ini tertanam begitu kuat dalam diri Reydhita Amelia. Seorang mahasiswa yang gigih meraih mimpinya tetapi juga gak lupa menjadikan dirinya bermanfaat untuk orang lain.
Melalui wawancaranya dengan IDN Times pada Selasa (15/7/2025), Reydhita banyak membagikan bagaimana transformasi hidupnya, alasan di balik setiap langkah, serta mimpinya untuk memberdayakan anak-anak muda Indonesia agar berani bermimpi dan berjuang meraihnya.
1. Ketertarikannya pada dunia pendidikan dan sosial semakin membuncah saat melihat langsung bagaimana kondisi pendidikan di desa
![-[ Gerakan Mengajar Desa] 🐝🔅 Waktu pengabdian udah mepet, nyari kelompok baru, dan akhirnya ke.jpg](https://image.idntimes.com/post/20250930/upload_9d1bd2750b82c691b981293d9590186b_0ed0dad9-4845-4455-a798-387ee340297f.jpg)
Reydhita merupakan sosok yang terkenal aktif mengikuti berbagai kegiatan semasa sekolah. Namun, ada satu pelajaran berharga yang akhirnya mengunggah hatinya untuk terus berkontribusi kepada masyarakat.
Pengalaman menjadi relawan pengajar di desa Pangalengan, Jawa Barat, menjadi pembuka matanya bahwa pendidikan di Indonesia belum merata. Akses pendidikan di sana sangat terbatas, sinyal sulit, jalan rusak, guru terbatas,tetapi anak-anak memiliki mimpi besar. Dari situlah Reydhita merasa terdorong untuk berbuat lebih, mendokumentasikan pengalaman, dan semakin aktif dalam kegiatan sosial serta pendidikan.
“Jadi kan sayang banget kalau misalkan mereka punya potensi, tapi gak dipergunakan sebagaimana mestinya. Gak punya akses yang bagus sama orang di kota. Padahal kalau mereka mungkin ikut lomba-lomba, bakalan bisa ikut beasiswa. Gak ada sinyal juga di sana, jadi susah untuk dapet info apapun, dan jauh dari kota. Satu jam dari Kabupaten, dua jam dari kota,” sambungnya.
2. Bersama komunitas Teman Jelajah, Reydhita membangun sekolah darurat bagi teman-teman korban gempa di Cianjur

Berangkat dari prinsip hidup yang sederhana, Reydhita mulai menemukan arah hidupnya. Bukan sekadar kata-kata melainkan pedomannya dalam mengambil keputusan.
“Aku punya prinsip sebaik-baiknya manusia adalah yang perlahan bagi orang lain. Jadi, kalau aku nggak ada manfaatnya orang lain, untuk orang lain, ngapain aku hidup lagi?” katanya.
Dari situlah, Reydhita membangun komunitas Teman Jelajah pada tahun 2022. Awalnya Teman Jelajah muncul karena kerinduannya untuk jalan-jalan. Namun, ia merasa akan lebih baik kalau bisa jalan-jalan sambil berupaya memajukan perekonomian warga sekaligus menghidupkan tempat wisata.
Saat gempa Cianjur mengguncang, Reydhita dan timnya mendirikan sekolah darurat serta menggelar trauma healing bagi anak-anak korban bencana. Ia percaya, dengan langkah-langkah kecil itulah hidupnya menjadi berarti, dan prinsip yang ia pegang teguh menemukan bentuk nyatanya.
“Di sana kita bantu untuk trauma healing-nya. Kita juga bangun dua minggu sekolah darurat di sana supaya anak-anak lebih bahagia. Kenapa bangun di sana? Sekolah mereka juga hancur. Gak ada lagi tempat mereka untuk bersenang-senang dan belajar, jadi kita bantu,” lanjutnya.
Sejak awal ia menginisiasi Teman Jelajah sebagai wadah volunteering. Namun, Teman Jelajah juga kerap membuat beberapa open trip yang bersahabat. Akhirnya Reydhita merasakan bagaimana nilai kebersamaan yang kuat dan masih terjalin sampai sekarang. Namun kini, Reydhita lebih fokus menginisiasi platform baru yang lebih menekankan pada pendidikan.
3. Berangkat dari keresahan pribadi hingga lahirnya Reach Your Dreams

Melepas Teman Jelajah, Reydhita memulai perjalanan baru mengembangkan platform Reach Your Dreams di awal tahun 2025. Ide ini berangkat dari keresahan pribadinya sebagai seorang anak perempuan yang rindu mengenyam pendidikan lebih tinggi.
Ia tumbuh dalam keluarga sederhana dengan bapak seorang PNS dan ibu yang menjadi asisten rumah tangga. Reydhita semasa kecil sering bertanya-tanya mengapa rasanya mudah untuk orang lain mendapatkan suatu hal. Sementara dirinya harus berjualan dulu untuk bisa mendapatkan apa yang dia mau.
“Ketika aku sharing sama anak-anak lain di sekolah, kampus, ternyata banyak yang kayak orang. Mereka merasa kalau hidup itu kurang adil. Hidup itu gak enak buat mereka karena mereka gak dapat privilege yang bagus,” ungkap Reydhita.
Permasalahan-permasalahan itu yang akhirnya mendorong Reydhita untuk menciptakan peluang hidup baru bagi anak-anak kurang mampu. Menurutnya, hidup yang baik harus sejalan dengan growth mindset bukan fixed mindset yang membuat anak-anak terkungkum dalam lubang yang sama.
“Aku merasa kayaknya aku harus deh ngebangkitin semangat mereka yang punya pikiran kayak gitu. Kalau terus seperti itu, kita gak akan maju dan cuma ngikutin flow hidup yang mengalir aja. Kalau kita udah punya semangat yang bagus, kita bisa pelan-pelan bangkit,” ucapnya.
Sebabnya, Reydhita lebih fokus mengembangkan Reach Your Dreams untuk memaksimalkan potensi anak muda Indonesia. Lewat Reach Your Dreams, ia ingin banyak anak muda lebih terpapar dengan informasi beasiswa, lomba, pertukaran pelajar, hingga informasi seputar program magang. Bukan hanya itu, ia merasa perlu membuat pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah.
Ia punya mimpi besar, “Gimana caranya kita bisa memberdayakan, mengembangkan orang-orang Indonesia yang masih muda untuk develop skills-nya. Terus bisa berbagi pengetahuan bareng-bareng, sharing, bikin relasi yang bagus supaya bisa menggapai mimpi mereka."
Reydhita juga menuturkan, “Aku pengen mereka ada motivasi untuk lanjut ke sekolah, untuk lanjut ke kuliah. Karena sayang banget, apalagi zaman sekarang S1 aja kayaknya gak cukup karena udah kebanyakan yang S1 dan cari kerja lewat S1 itu kayaknya susah banget.”
4. Pengalaman jadi Ajudan Milenial Gubernur: dari skeptis ke menghargai pemerintah
![[Kesan Ajudan]Ajudan Gubernur Jabar Future Leaders💫Terima kasih banyak @jabarfutureleaders @dis.jpg](https://image.idntimes.com/post/20250930/upload_2ded9e353cf46a7c28a5f32c9ea94489_aa2b2aa3-6df6-471b-b2fb-4c5055377c3d.jpg)
Selain aktif di bidang pendidikan dan sosial, pengalaman Reydhita semakin melebar ke dunia politik dan pemerintahan. Di tahun 2022, ia bergabung menjadi Ajudan Milenial Gubernur batch 4, semasa kepemimpinan Ridwan Kamil.
Pengalaman itu dimulai setelah ia baru saja menyelesaikan kegiatan mengajar di desa. Reydhita membawa isu tentang ketimpangan akses pendidikan di daerah, sebuah isu yang lahir dari pengalaman langsung selama mengajar di desa Pangalengan, Jawa Barat.
“Kalau ikut Ajudan Milenial Gubernur, kita harus membawakan isu. Nah, isu yang aku bawa tentang kegiatanku mengajar di desa. Tentang pemerataan pembangunan pendidikan di Jawa Barat dari yang seharusnya rata tapi sampai sekarang masih kayak gini. Padahal zaman sudah modern tapi di Pangalengan masih di bawah garis, gak ada akses, dan lain-lain," terangnya.
Keresahan Reydhita terhadap isu itu akhirnya sampai ke Ridwan Kamil hingga ia akhirnya berhasil lolos program tersebut. Selama satu minggu, Reydhita tinggal di rumah dinas gubernur dan mengikuti kegiatan dari pagi hingga malam. Baginya ini merupakan pengalaman berharga karena ia menjadi tahu apa saja permasalahan-permasalahan yang ada di Jawa Barat dan bagaimana pemerintah menangani persoalan masyarakat.
Dari kegiatan ini, Reydhita melihat, “Bagaimana bapak (Ridwan Kamil) menyelesaikannya dengan memperhatikan apakah itu bagus kebermanfaatannya atau tidak. Jadinya, kita bisa lebih berpikir kreatif terus banyak berinteraksi dengan orang-orang pemerintahan. Jadi tahu juga alur kerja di pemerintahan dan itu membuatku mulai tertarik ke dunia politik."
Satu hal yang paling berkesan bagi Reydhita adalah bagaimana ia mulai mengubah pandangannya terhadap pemerintah. Sebelumnya, ia mengaku cenderung skeptis dan meremehkan kinerja pemerintah. Namun setelah melihat langsung proses pengambilan keputusan, ia sadar bahwa kebijakan itu gak bisa dibuat secara instan.
“Ternyata melihat masalah sekompleks ini itu gak bisa langsung ambil keputusannya. Harus dilihat dulu dari aspek A, B, C-nya. Jadi, aku belajar dari Ajudan Milenial Gubernur ini, aku gak meremehkan lagi apa yang dilakukan sama pemerintah,” ucapnya.
Perempuan berhijab ini menegaskan bahwa ia melihat sendiri bagaimana susahnya mereka berpikir. Rapat-rapat yang digelar bukan sekadar formalitas melainkan benar-benar membahas apa yang menjadi persoalan daerah dan masyarakat. Buatnya, pengalaman ini kesempatan penting yang berhasil mengubahkan caranya memandang kehidupan.
5. Tantangan dan keputusan pindah jurusan kuliah

Gak mudah bagi seorang anak muda membawa isu penting dan merasakan langsung bagaimana cara pemerintah bekerja. Namun di balik pencapaiannya itu, hidupnya juga penuh dengan tantangan. Sebagai mahasiswa, Reydhita mengalami masalah finansial dan membuatnya mengambil keputusan yang cukup besar.
“Aku memikirkan juga ke depannya, road course-nya kayak gimana. Makanya aku lebih memilih untuk keluar (dari Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran) ke UIN Sunan Gunung Djati Bandung,” katanya yang akhirnya mengambil program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Kondisi keluarga dan pengalaman hidup mau gak mau membentuk Reydhita tumbuh dengan pola pikir yang berbeda. Perempuan yang kini menjadi edu-soc content creator ini measa potensinya bisa digali lebih dalam lagi, agar bukan hanya kehidupannya yang lebih baik, tetapi keluarganya juga bisa merasakan hidup yang lebih layak.
“Aku pengen mama juga bahagia. Aku pengen punya rumah. Aku gak mau kayak gini-gini aja kehidupannya. Aku juga ingin rezekinya bagus. Nah, dari situ aku mulai jualan-jualan sampai sehari bisa dapet uang Rp300 ribu di sekolah,” ucapnya.
Perlahan, ia mulai mencari peluang lainnya. Termasuk mulai rajin membuat konten dari 2019 hingga kini diikuti lebih dari 80 ribu orang di instagram pribadinya. Salah satu motivasi terbesarnya adalah hidup bebas dari hutang.
“Aku gak mau hidup dengan hutang,” tegasnya.
6. Mengubah rasa insecure jadi kekuatan untuk bermimpi

Tantangan demi tantangan yang dihadapinya membuat Reydhita lebih percaya diri dan kuat. Dulu saat mengalami kegagalan atau penolakan, ia mudah merasa kecewa dan menangis. Namun, ia memandang hal tersebut sebagai bahan evaluasi dan refleksi diri.
“Aku belajar apa yang salah dari aku. Setelah aku sudah tahu apa yang salah, aku perbaiki ke depannya. Ternyata, aku dapat rezeki yang lebih besar lagi. Sekarang gak ada lagi yang namanya insecure dan takut gagal karena belajar dari pengalaman kali ya. Jadi, mental sudah cukup kuat,” katanya.
Untuk mencapai titik itu butuh proses yang cukup panjang. Sebelumnya, ia masih menemukan banyak stigma tentang perempuan. Ia menyadari bahwa hidup yang diinginkannya gak cuma soal lulus sekolah, kerja, dan menemukan jodoh
“Dulu aku gak tahu bahkan, apa kelebihanku. Seperti orang yang gak kenal sama dirinya sendiri. Kalau sekarang aku udah kenal. Ternyata memang benar, aku gak bisa jadi perawat, aku gak bisa jadi dokter. Hal-hal yang dulu aku sangka itu diriku, ternyata bukan,” lirihnya.
Ia senang berbicara, mengeksplorasi, menulis, dan berbagi informasi yang bermanfaat bagi orang lain. Dari situlah lahir mimpi barunya yaitu menjadi seorang jurnalis.
7. Baginya, perempuan hebat gak selalu tentang prestasi tapi seberapa bisa berdampak positif untuk sekitarnya

Naik turun kehidupan dan segala pengalamannya menjadikan Reydhita sebagai perempuan yang tangguh. Semua yang dilakukannya bukan hanya mengajarkan apa arti kuat yang sesungguhkan melainkan bagaimana menjadi perempuan yang bermakna hidupnya.
Reydhita mengatakan. “Perempuan hebat dan berkualitas itu gak harus selalu tentang prestasi. Tapi yang berani punya mimpi dan berani bertindak. Jadi, kita gak hanya memendam mimpi tapi berani melangkah walaupun pelan-pelan dan berat prosesnya.”
Reydhita percaya bahwa setiap aksi nyatanya bisa bermanfaat bagi orang lain walaupun kecil. Dampak positifnya gak cuma ke orang lain tapi juga ke diri sendiri. Sesederhana senyuman saja bisa menjadi ladangnya untuk mendapatkan pahala dan rezeki.
“Kita sebagai perempuan harus terus belajar dan berkembang. Jangan takut sama stereotype-stereotype yang ada. Terus aja belajar dan berkembang. Nanti kamu tunjukkan ke dunia kalau kamu bisa lho jadi ini, kamu bisa lho gak harus selalu nikah dulu,” lanjutnya.
Baginya, setiap orang pasti punya perjalanan uniknya masing-masing. Daripada fokus ke yang lain, Reydhita menekankan untuk fokus dan percaya pada kekuatan diri sendiri tanpa harus merasa kurang dari yang lain.
“Percaya diri aja, karena itu yang bikin kita bersinar,” sebutnya.
8. Ini pesannya untuk generasi muda

Seraya menutup percakapan hangat dengan IDN Times, Reydhita menyampaikan beberapa pesannya untuk anak-anak muda lainnya. Pesannya begitu sederhana, yaitu jangan ragu untuk eksplor banyak hal.
“Coba eksplor apa pun yang kamu mau. Jangan takut gagal, jangan takut teman-teman ngomongin di belakang, jangan takut ekonomi kamu gak ada,” tuturnya.
Di era digital ini, Reydhita merasakan keterbukaan akses terhadap banyak hal. Ada peluang beasiswa, pelatihan gratis, pertukaran pelajar, dan sebagainya. Itu juga yang dia kerjakan lewat Reach Your Dreams, supaya lebih banyak orang terpapar dengan kemudahan informasi ini.
“Kita gak akan tahu apa yang terjadi. Jadi, sayang banget, yuk coba eksplorasi banyak hal tanpa takut apa pun.” tutupnya.
Belajarlah dari prinsip hidupnya untuk terus bermanfaat bagi orang lain. Melalui komunitas, karya, dan mimpinya, Reydhita berhasil membuktikan bahwa perempuan muda Indonesia mampu bersinar dengan caranya sendiri.



















