Widianti Widjaja, perajin batik generasi ketiga sekaligus pemilik Oey Soe Tjoen (OST) pada "Press Conference Pameran Karya 3 Generasi Batik Legendaris Oey Soe Tjoen", pada Rabu (16/7/2025)
Melihat banyaknya langkah yang harus dilewati oleh para pembatik batik tulis dalam proses pembuatan, Widi mengakui, batik Oey Soe Tjoen harus melewati 21 langkah. "Akan ada 21 steps dan itu ada di buku saya kedua. Itu step by step-nya saya jabarin di situ," terangnya.
"Jadi, satu warna satu proses. Kalau di kain itu ada empat warna, berarti itu mengalami 4 kali perebusan. Kalau tempat lain, mungkin satu kali perebusan itu bisa dua-tiga warna, kami gak. Itu satu warna, satu proses, dan dikerjakan bolak-balik, dan semuanya menggunakan canting. Untuk motif, mungkin yang zaman kakekku dengan yang generasi kedua itu masih lebih bunga-bunga," lanjutnya.
Diteruskannya, "Tapi kemudian setelah saya pegang, saya mulai mengubah desain mengikuti permintaan juga."
Hal ini dipertegas oleh pernyataan Damiana Widowati, Ketua Pameran dan Perwakilan Sahabat OST. "Kalau tadi Mbak Wid bilang satu warna satu kali, ya. Warnanya Mbak Wid itu gradasi. Jadi, bukan satu warna biru, merah, ya. Itu nanti biru, biru tua, biru muda, biru muda, biru muda. Jadi, bayangkan pekerjaan itu berapa lama," ujar Doti.
"Contohnya, kalau untuk membuat warna biru itu, saya harus tiga kali celup dengan tiga hari yang berbeda," lanjutnya.
Widi pun menjelaskan lama waktu yang diperlukan saat membuat batik Oey Soe Tjoen. "Tapi kalau dikerjakan seperti di pabrik, ya, datang jam 8, pulang jam 4. Masuk jam 8, pulang jam 4, tanpa ada hujan, tanpa ada dirusakin, proses kerja itu 3 tahun baru selesai."
"Saya itu membedakan kain gagal dan kain rusak. Kalau kain rusak itu berarti kain itu sempurna, tapi dia gak bisa mengikuti proses produksi. Jadi, sobek karena seratnya menipis atau lebam itu karena prosesnya. Bukan karena kesalahan manusia," lanjutnya.
"Tapi kalau gagal, itu berarti kemudian karena kesalahan saya," simpul Widi.