TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Inspiratif Heni Sri Sundani, Mantan TKI yang Gigih Capai Mimpi

Heni adalah pendiri komunitas Anak Petani Cerdas

Heni Sri Sundani. (instagram.com/henisrisundani)

Bagi sebagian orang, mengenyam pendidikan tinggi bukan hal yang sulit. Namun berbeda cerita untuk seorang anak yang tumbuh di tengah keterbatasan ekonomi. Ia harus berjuang dan bekerja keras untuk mendapatkan gelar sarjana.

Salah satunya adalah Heni Sri Sundani, perempuan ini harus menepuh jalan yang berat dan sulit untuk mendapatkan gelar sarjana. Ia harus melakoni pekerjaan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong demi meraih cita-cita masa kecilnya. 

Seperti apa kisah Heni Sri Sundani, salah satu perempuan hebat yang kini memilih untuk mendedikasikan hidupnya mengajar anak-anak melalui Komunitas Anak Petani Cerdas? Inilai kisah inspiratif Heni berdasarkan wawancara khusus dengan IDN Times pada Selasa (19/4/22).

1. Gerakan Anak Petani Cerdas berupaya untuk menuntaskan kemiskinan melalui pendidikan

Heni Sri Sundani. (instagram.com/henisrisundani)

Anak Petani Cerdas merupakan komunitas yang digagas oleh Heni Sri Sundani dengan tujuan menuntaskan kemiskinan melalui pendidikan dan pemberdayaan. Komunitas ini bergerak untuk memberikan pendampingan belajar sebagai upaya meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi bagi anak-anak petani dan keluarga marjinal. 

Komunitas Anak Petani Cerdas awalnya hanyalah sebuah perpustakaan dari koleksi buku yang dibawa oleh Heni sepulang dari Hongkong di tahun 2011. Dari perpustakaan sederhana itu, Heni memulai program pengajaran sederhana, mulai dari mengenalkan anak-anak pada buku, komputer hingga internet. Sejak kecil, Heni memang sudah punya cita-cita menjadi seorang guru. 

Pengalaman pribadinya sebagai seorang anak yang lahir dan dibesarkan dalam kondisi ekonomi yang sulit menjadi latar belakang Heni mendirikan sarana pendidikan bagi anak-anak. Heni yakin, pendidikan bisa jadi jembatan untuk mereka meraih mimpinya. 

"Aku percaya kalau pendidikan itu memang bisa memutus rantai kemiskinan. Aku udah buktikan sendiri aku dari keluarga yang sangat miskin, bahkan untuk makan nasi sehari sekali itu udah bersyukur," tutur Heni. 

Tak hanya terbelenggu dalam kemiskinan, Heni tumbuh dan dibesarkan oleh seorang Nenek karena kedua orangtuanya telah bercerai. Ia harus berjuang untuk bertahan hidup di rumah yang hampir ambruk namun tetap menjaga optimisme pada cita-citanya.

Hal ini Heni sampaikan, "Jadikan aku berasal dari keluarga yang kasih aku begitu banyak alasan untuk gagal, tapi aku selalu berusaha mencari cara gimana supaya aku bisa berhasil meraih mimpi aku salah satunya adalah dengan pengin jadi guru, dari kecil pengin jadi guru."

2. Pendidikan bagi anak-anak petani dan kehidupan di bawah garis kemiskinan

Heni Sri Sundani. (instagram.com/henisrisundani)

Di Indonesia, masih banyak petani yang hidup dengan upah tak menentu dan berada di bawah garis kemiskinan. Hal itu juga pernah dialami Heni yang tumbuh dari lingkungan buruh tani. Ia merasakan langsung seperti apa susahnya hidup yang dijalani. 

Hal inilah yang menjadi gagasan Anak Petani Cerdas, seperti yang dijelaskan Heni, "Jadi di awal memang diperuntukkan untuk anak petani ya supaya mereka cerdas supaya bisa merah mimpi-mimpinya, bisa mandiri, bisa lebih berdaya. Tapi, pada perjalanannya kita juga terbuka untuk siapa pun dari keluarga marjinal yang memang punya mimpi dan mereka mau berjuang untuk mewujudkannya."

Pada perjalanannya, komunitas Anak Petani Cerdas tak hanya diperuntukkan untuk anak-anak buruh tani, namun juga terbuka untuk seluruh latar belakang keluarga. Komunitas ini berupaya membangun kesadaran anak-anak dari keluarga marjinal untuk memiliki tekad kuat dan bertanggung jawab untuk mewujudkan cita-cita mereka. 

Heni mendorong anak-anak di bawah naungan komunitasnya untuk memiliki tekad kuat meraih mimpi. Hal ini Ia jelaskan dengan optimis, "Jadi ketika kamu berasal dari keluarga marjinal, terus ketika kamu gagal, jangan salahkan kondisinya. Ketika kamu gagal meraih mimpi-mimpi kamu, ya karena kamu kurang usaha, karena ada banyak jalan kok."

Baca Juga: Kisah Inspiratif dari Komunitas Nona, Ingin Berantas Stigma Menstruasi

3. Menjadi TKI di luar negeri jadi keputusan yang berat dan tidak mudah

Heni Sri Sundani. (instagram.com/henisrisundani)

Heni tumbuh dan dibesarkan oleh seorang nenek yang buta aksara dengan kondisi ekonomi yang sulit. Mimpi masa kecilnya menjadi seorang guru terhalang kemampuan finansial, sehingga selepas lulus SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Heni harus segera mencari solusi tercepat dan termudah untuk mendapatkan uang demi menopang kehidupan keluarganya. 

"Aku tinggal di rumah yang udah mau ambruk cuma berdua sama Emak (nenek). Emak kondisinya udah tua, karena gak punya banyak pilihan akhirnya harus mengambil keputusan yang besar dan segera dalam hidup. Solusi tercepat yang aku tahu," cerita Heni

Kesulitan tersebut membuat Heni merasa tidak punya pilihan lain dan memutuskan untuk menjadi TKI di Hongkong. Minim akses dan keterbatasan informasi membuatnya beranggapan bahwa solusi tercepat dan termudah saat itu adalah mengadu nasib menjadi tenaga kerja di luar negeri sebagai asisten rumah tangga.

Heni menuturkan, "Tujuan aku pengin sekolah, pengin mewujudkan cita-cita aku sebagai guru.  Mungkin juga dari latar belakang, dari buku-buku yang aku baca juga itu mempengaruhi pemikiran aku juga. Tujuan hidup yang akan mempengaruhi jalan apa yang akan kita pilih kemudian, keputusuan-keputusan yang akan kita ambil ya sangat berpengaruh, makanya penting banget untuk kita memiliki tujuan yang besar sehingga kita hidupnya tuh jadi jelas gitu itu arahnya ke mana."

4. Tujuan yang kuat dan nilai-nilai hidup yang dipegang teguh menjadi motivasi Heni untuk mewujudkan impiannya

Heni Sri Sundani. (instagram.com/henisrisundani)

Heni bertekad untuk menjadi seorang sarjana sepulang bekerja sebagai TKI. Cita-citanya menjadi guru tak pernah surut apalagi sirna. Memberikan manfaat dan menginspirasi anak-anak di desanya bahwa setiap orang punya peluang untuk berhasil, membuat Heni terus optimis pada impiannya. 

"Karena mungkin dari awal tujuan besarnya adalah meskipun aku berangkat sebagai TKI, pulang harus jadi sarjana. Intinya aku harus mewujudkan cita-cita itu," cerita Heni. 

Sayangnya, perjalanan sebagai TKI yang dihadapi oleh Heni tidaklah mudah. Hinaan yang Ia dapat dari majikannya sempat membuat ia down dan hampir mematahkan semangatnya. Namun Heni kembali mengingat apa tujuan besar dalam hidupnya dan bertekad mewujudkan cita-citanya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Andhini Miranda Memilih Cara Hidup Zero Waste

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya