TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Liz, Mantan Bidan Kenalkan Pangan Flores dan Pendiri PAUD Barter

PAUD yang didirikan bisa dibayar dengan ayam atau hasil bumi

Elizabeth Yani Tararubi, pendiri Dapur Tara dan PAUD Pelangi Baru Flores (instagram.com/dapur.tara.flores)

Elizabeth Yani Tararubi atau kerap disapa Liz, lahir di Wolonkotit, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 5 Januari 1985. Liz adalah penggiat kuliner lokal sekaligus sosok kebanggaan warga Manggarai Barat. Tiga tahun lalu, tepatnya tahun 2019, Liz mendirikan Dapur Tara Flores dan aktif membagikan pendidikan karakter pada anak-anak di SD dan SMK.

Keinginan Liz memperkenalkan Flores living serta kepedulian terhadap pendidikan di Flores, membuatnya beralih mengabdikan diri di tempat kelahiran. Pada Sabtu (04/09/2021) lalu, kami mewawancarai Liz melalui telepon. Berikut cerita Elizabeth Yani, sekolah barter, dan Dapur Tara Flores yang bisa memantik semangatmu dalam berkarya.

1. Bagaimana awal mula berdirinya Dapur Tara Flores?

Elizabeth Yani Tararubi, pendiri Dapur Tara dan PAUD Pelangi Baru Flores (instagram.com/dapur.tara.flores)

Setelah lulus D3 Kebidanan, Liz bekerja pada salah satu yayasan klinik di Banyuwangi. Beberapa tahun setelahnya, ia mengaku masih belum merasakan kebahagiaan terdalam sehingga memutuskan berhenti dari yayasan. Lalu, ia merambah pengalaman lain dengan mengajar di salah satu sekolah alam yang bertempat di Bali.

Pengalaman mengajar di Bali membuat bungsu dari 12 bersaudara ini seperti menemukan potensi dirinya. Ia lantas terpanggil untuk membangkitkan kehidupan ekonomi dan pendidikan di tanah kelahirannya, Flores, NTT.

Liz mulai dengan berkebun dan mendirikan Sten Lodge eco Homestay yang mengusung tema kehidupan orang Flores. Dari sini, Dapur Tara Flores kemudian berdiri di tahun 2019 dengan tujuan untuk memperkenalkan makanan daerah lokal.

"Jadi kita punya komunitas Dapur Tara juga, ada yang memasak dan menanam. Setelah itu, kita punya warga lokal yang mau kerja sama untuk berkebun. Lalu, kita punya sekolah PAUD Pelangi Baru, yang mana pembiayaan sekolah kita pakai sistem barter," terang Liz.

2. Perjuangan Liz dalam memperoleh pendidikan, menginspirasinya membuat sekolah bersistem barter bernama PAUD Pelangi Baru

Elizabeth Yani Tararubi, pendiri Dapur Tara dan PAUD Pelangi Baru Flores (facebook.com/anak.alam.flores)

Ketika ditanya latar belakang Liz mendirikan sekolah dengan cara bayar barter, ia mulai mengisahkan tentang susahnya memperoleh pendidikan semasa sekolah. Yang mana, ia harus menempuh perjalanan naik dan turun gunung sejauh 7 km ketika di bangku SD.

Akses pendidikan sangat sulit, buku materi, dan guru pun terbatas di daerah sana. Berangkat dari pengalaman pahit ini, ia menawarkan alternatif sekolah dengan sistem pembayaran yang tidak membebani warga.

Sebab, ia juga melihat kehidupan ekonomi warga kebanyakan masih menengah ke bawah. Selain itu, banyak dari orangtua yang berjuang menyekolahkan anaknya di jenjang SMA dan perguruan tinggi. Sementara di waktu sama, menurutnya pendidikan TK dan PAUD adalah dasar kuat untuk kehidupan manusia ke depan.

"Dengan barter itu happy sekali mereka. Saya melihat lebih luas lagi ketika orang barter itu terjalin persaudaraan yang tinggi," jelasnya. 

Selain PAUD Pelangi Baru, Liz mendirikan sekolah Anak Alam Flores yang merupakan sekolah pendidikan karakter. Ia ingin membangun kepribadian anak Flores yang percaya diri, gembira, dan ramah. 

Baca Juga: Cerita Ritchie Putri Pulih dari Penyakit Pencernaan Lewat Yoga

3. Ajaibnya, omzet Dapur Tara Flores selama pandemik justru naik

Tamu di Dapur Tara Flores disambut oleh adat setempat dengan ayam (instagram.com/dapur.tara.flores)

Selama pandemik, Liz mengatakan bila omzet Dapur Tara justru mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan orang-orang justru makin tertarik dengan hal-hal yang bersifat alami, seperti makanan lokal dari pesisir dan pegunungan.

Jarak Dapur Tara dari Labuan Bajo sendiri hanya sekitar 30 menit. Ketika banyak turis berkunjung, penduduk menyambut mereka dengan tarian adat Flores, lalu mengajak mereka berkebun atau memasak langsung. 

"Kalau ada pesta di kampung, kita pergi bersama karena saya niat dari dalam hati mau sekali memperkenalkan bahwa orang datang ke Flores, tahu Flores, bukan hanya datang lalu melihat alamnya, tapi tahu orang asli dan makanannya," ujarnya.

Perempuan yang sempat mengenyam Pendidikan Pariwisata di Maumere ini, mengatakan bahwa adat mereka juga mempercayai ayam. Pada tenun asli Flores, motif mata manuk atau ayam kerap ditemui karena ayam termasuk hewan sakral bagi mereka.

Bahkan, orang daerah Manggarai menyambut tamu dengan ayam yang bertujuan untuk menetralisir. Ayam merupakan simbol bahwa yang tidak terlihat, yang ada di sekitar itu, telah menerima kehadiran tamu yang datang. 

4. Bagi Liz, kekuatan simbolis perempuan itu ada pada mother earth

Elizabeth Yani Tararubi, pendiri Dapur Tara dan PAUD Pelangi Baru Flores (instagram.com/tararubitribe)

Menurut Liz, perempuan lebih kuat daripada laki-laki. Semua meditasi hidup titik beratnya ada pada perempuan. Ia berujar bahwa perusahaan atau karya besar tidak akan ada bila perempuan tidak berperan di sana. 

"Kita juga harus melihat kekuatan simbolis kita adalah mother earth. Itu simbol paling besar yang menumbuhkan kehidupan, yang menyanggah sesuatu di bumi ini, berat atau ringan," ungkapnya.

Saat ditanya pengalaman paling berkesan ketika menjadi bidan di Malang, Liz justru bercerita tentang orang-orang yang datang ke klinik bukan karena sakit fisik, melainkan karena pikiran. Itulah kenapa menurut pengalamannya, semua yang sakit pada manusia dominan datangnya dari pikiran, makanan, dan pola hidup.

Ini jadi salah satu alasan Liz berhenti praktik kebidanan dan lebih memilih menyiapkan makanan sehat serta berbagi ilmu. Meski sudah berhenti, ia masih aktif mengedukasi warga tentang kesehatan. Dan di tanah kelahirannya, ia menemukan kebahagiaan sejati karena bisa membantu teman-teman untuk bersekolah dan menjadi sukarelawan sebagai guru pendidikan karakter. 

"Saya mengajar jadi guru sukarelawan di sekolah tingkat SD dan SMK, tapi materi yang saya ajarkan tidak ada di kurikulum. Jadi tentang kepribadian. Seperti bagaimana berdiri sebagai anak Flores. Misalnya, rambut saya keriting maka saya selalu bilang, kamu kata orang jelek, tapi sebenarnya kamu spesial," terangnya. 

Baca Juga: Kisah Inspiratif Suci Arumsari, Co-founder dan Direktur Alodokter

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya