TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Cara yang Bisa Dilakukan Perempuan untuk Mendukung Sesamanya

#IDNTimesLife Harus saling menguatkan

ilustrasi tiga perempuan (unsplash.com/beccatapert)

Sebagai perempuan, pernahkah kamu merasa terusik kalau mendengar perempuan menyudutkan perempuan lainnya? Bukannya ingin ikut bergabung menyudutkan, kamu justru berpikir sebenarnya hal-hal seperti itu gak perlu terjadi.

Ya, sudah seharusnya kita sebagai sesama perempuan lebih mampu saling menguatkan. Empati kita harus lebih tinggi dan kita harus bisa menunjukkan dukungan pada sesama perempuan. Misalnya, dengan enam cara berikut ini.

1. Tidak membenturkan status ibu rumah tangga dengan ibu bekerja

ilustrasi dua wanita bekerja (unsplash.com/judmackrill)

Bekerja atau tidak bekerja, seorang ibu tetaplah seorang ibu. Gak ada hubungan antara memilih menjadi wanita karier dengan kurangnya rasa sayang pada suami dan anak. Demikian pula kita gak boleh mengolok-olok ibu yang tidak bekerja dengan menyebut pendidikan yang telah ditempuhnya jadi gak berguna.

Gak ada ilmu yang tidak berguna, di mana pun kita memilih mengabdikan diri. Lagi pula, makin ke sini makin banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah. Kelihatannya di rumah terus, padahal juga bisa menghasilkan uang dari berdagang online, bekerja lepas, dan sebagainya.

2. Tidak sibuk mengomentari cara perempuan lain dalam mengelola rumah tangganya

ilustrasi seorang perempuan (unsplash.com/jamscreativephotography)

Ada perempuan yang mewajibkan dirinya untuk memasak setiap hari agar seluruh anggota keluarga bisa makan masakan rumah. Mereka berpendapat selain lebih hemat, tentunya juga lebih sehat. 

Ada pula perempuan yang lebih suka menyerahkan urusan menu sehari-hari pada katering karena terasa lebih praktis dan sudah jelas hasil masakannya enak. Mereka pun jadi bisa menggunakan waktunya untuk mengerjakan yang lain.

Dari kedua contoh di atas, semuanya sama baiknya. Sebab cara perempuan mengelola rumah tangganya tentu disesuaikan dengan kebutuhan keluarga itu. Gak perlu terlalu percaya diri menilai cara kita dalam mengelola rumah tangga sebagai yang paling benar.

Baca Juga: Hari Perempuan Internasional 2021: Ajak Perempuan untuk Sadar Pilihan

3. Tidak membuat perempuan lain insecure dengan menyorot perubahan fisiknya setelah melahirkan

ilustrasi ibu dan bayinya (unsplash.com/liangkevin)

Kejam banget sih, kalau sampai perempuan mengomentari perempuan lain dengan, "Duh, kok kamu jadi gendut banget setelah punya anak? Kamu juga kelihatan jauh lebih tua! Penampilanmu dijaga dong. Nanti suamimu melirik perempuan lain, lho."

Terserah bila dia merasa komentar seperti itu gak ada salahnya. Namun kita yang masih punya hati gak boleh melakukannya. Setidaknya ada dua hal yang harus sangat kita pahami.

Pertama, perempuan yang baru memiliki momongan menghadapi banyak tantangan terkait perubahan statusnya. Dari lajang menjadi istri, lalu kini istri sekaligus ibu. Atau, dari ibu dengan satu anak menjadi ibu dari dua anak dan seterusnya.

Itu semua ada konsekuensinya dan kita gak perlu menambahi pikirannya dengan menyorot perubahan fisiknya. Kedua, tanpa sadar kita malah memandang rendah kualitas pria terutama suaminya. Banyak lho, pria yang sangat menghargai pengorbanan istrinya sehingga sama sekali gak mempermasalahkan perubahan fisiknya setelah melahirkan.

4. Tidak menyudutkan perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual

ilustrasi perempuan menutupi wajahnya (unsplash.com/mertkahveci)

Menjadi korban pelecehan seksual itu sangat berat baik secara fisik maupun psikis. Dukungan penuh kita saja belum tentu berhasil membuatnya merasa lebih baik, apalagi jika kita menyudutkannya?

Seperti mempermasalahkan penampilannya atau hal-hal lain dari dirinya. Seolah-olah itulah penyebab pasti mengapa dirinya sampai bisa menjadi korban pelecehan seksual. Kita abai pada fakta bahwa bahaya memang bisa mengintai siapa pun dan di mana pun. 

Kita gak lagi fokus dalam upaya menghentikan lahirnya pelaku-pelaku pelecehan seksual di kemudian hari dan malah hanya memperparah kondisi korban. Secara tidak langsung, kita justru seperti membenarkan perilaku bejat pelaku.

5. Menghargai pilihan hidup setiap perempuan

Ilustrasi perempuan di jembatan (unsplash.com/jakemelara)

Jangan sampai perempuan merasa kehilangan kebebasannya justru oleh sesama perempuan. Kita harus paham bahwa ketika seseorang memilih, terlepas dia perempuan atau laki-laki, dia pasti telah memiliki pertimbangan yang cukup.

Juga, kesiapan untuk menanggung konsekuensinya. Jadi, aneh sekali bila kita tiba-tiba bertingkah sok tahu soal apa yang terbaik bagi dirinya. Seakan-akan kita juga siap untuk menggantikan dirinya menanggung konsekuensi dari pilihan yang diambil.

Sudah saatnya kita belajar merasa cukup dengan mengurusi pilihan-pilihan hidup sendiri. Kita masih boleh mengomentari pilihan hidup orang lain hanya bila diminta langsung oleh yang bersangkutan. Jika tidak, diam dan menghargainya adalah yang terbaik.

Baca Juga: 5 Alasan Penting Perempuan Harus Saling Dukung, Gak Perlu Julid!

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya