IWF 2020: 5 Hal Penting agar Perempuan Bisa Bebas Berpendapat
Perempuan wajib tahu! #IWF2020
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia Writers Festival 2020 atau yang disingkat dengan IWF 2020 telah memulai pelaksanaannya sejak 21 September lalu. Acara yang digelar secara online tersebut dapat diikuti lewat berbagai media, mulai dari Zoom, YouTube, hingga Instagram.
Untuk sesi kedua pada hari kedua, tepatnya 22 September 2020, IDN menggaet Kalis Mardiasih dan Ligwina Hananto sebagai pembicara. Berdurasi kurang lebih 1 jam, sesi kelas yang berjudul “Perempuan dalam Kata-kata” itu terlaksana dengan suasana yang seru.
Topik yang menjadi pembahasannya adalah seputar hal-hal yang harus diperhatikan agar para perempuan bisa lebih percaya diri untuk menyuarakan pendapatnya. Ingin tahu hal-hal tersebut secara lebih jelas? Yuk, simak ulasan berikut ini!
1. Kita harus tahu mengapa perempuan sering kali tidak boleh bersuara
Menurut Ligwina, seorang perempuan kerap tidak mendapat kesempatan untuk bersuara karena adanya lingkungan yang mengucilkan mereka. Berdasarkan penuturan sang pembicara, seorang perempuan single cenderung akan mendapat komentar yang lebih pedas dibandingkan perempuan yang sudah menikah.
Ligwina mengaku bahwa perempuan, terutama yang seumuran dan berpenampilan seperti dirinya, harus bisa menjadi kelompok mayoritas. Kelompok ini harus berani berbicara karena di antara mereka banyak kelompok minoritas yang tidak bisa berpendapat.
Sementara, Kalis yang sudah menyiapkan materi khusus menyebutkan bahwa penting bagi seorang perempuan untuk berbicara supaya dapat merebut otoritas dan merebut tafsir.
Merebut otoritas adalah menyuarakan pendapat secara mandiri, tidak dipengaruhi oleh orang lain. Di kehidupan ini, ada dunia yang mana dunia tersebut “terlalu laki-laki”. Disebut demikian karena pengalaman yang sifatnya realistis disuarakan oleh mereka yang bukan perempuan sehingga lama-lama orang-orang itulah yang mengontrol cara berpikir perempuan.
Sementara, merebut tafsir adalah berani bersuara karena memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang bukan perempuan.
Sebagai contoh, Kalis menceritakan bahwa perempuan dapat mengalami menstruasi, namun keadaan itu ternyata dianggap “kotor” oleh sebagian orang. Padahal, perempuan bisa mengalami menstruasi karena ada alasan ilmiah di baliknya. Banyak perempuan yang mendapat diskriminasi hanya karena masyarakat mempercayai tradisi yang salah. Jadi, berbicara menjadi jalan terbaik agar diskriminasi seperti itu tidak terjadi lagi.
Baca Juga: IWF 2020: Ini 7 Tahap Awal Menulis Biografi ala Fenty Effendy
Baca Juga: IWF 2020: Terapkan 5 Tips Ini Sebelum Memulai Karier Menulismu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.