Eva Bachtiar, Pahlawan Sampah Makanan di Surabaya
#AkuPerempuan Mendirikan food bank untuk membantu warga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Persoalan sampah makanan belum menjadi isu populer di Indonesia. Padahal, menurut laporan The Economic Intelligence Unit pada 2016, Indonesia adalah negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia.
Berdasarkan studi tersebut satu orang Indonesia membuang hampir 300 kilogram makanan setiap tahun. Dampaknya bukan hanya terjadi kepada lingkungan, tapi juga sosial. Beruntungnya, Eva Bachtiar melihat masalah ini.
Dengan bekal niat dan sedikit pengetahuan dari pengalaman sebelumnya, ia menggandeng pengusaha katering bernama Dedhy Barotho untuk mendirikan sebuah bank makanan di Surabaya yang diberi nama Garda Pangan.
Kegigihan Eva untuk menyelamatkan makanan-makanan sisa dan membagikannya ke warga Surabaya yang kurang beruntung membuatnya terpilih sebagai salah satu perempuan inspiratif versi IDN Times.
Baca juga: Garda Pangan, Menjaga Kelebihan Makanan Tak Berakhir di Tong Sampah
1. Kolaborasi menjadi kunci terbentuknya Garda Pangan
Sampah makanan menjadi isu tersendiri terutama di kota besar seperti Surabaya, di mana kafe, restoran dan hotel tumbuh menjamur. Eva yang baru merantau ke Surabaya selama dua tahun menilai sudah semestinya Surabaya memiliki bank makanan untuk mengurangi jumlah makanan yang terbuang sia-sia.
Ia pun mengaku belajar untuk mendalami masalah sampah makanan dengan bergabung bersama sebuah organisasi yang sudah terlebih dulu terjun ke bidang tersebut. Dari sana ia bertemu dengan Dedhy yang memiliki visi dan misi sama. Kolaborasi, bukan aksi individual, membuat Garda Pangan mampu berdiri dan namanya kian dikenal.
Eva mengaku menghabiskan waktu sejak September 2016 hingga Juni 2017 untuk berdiskusi dengan Dedhy tentang bank makanan yang ingin mereka bentuk. Salah satu tantangannya adalah karena Eva bukan orang Surabaya, begitu juga dengan Dedhy yang merupakan warga Malang.
"Dari September 2016 sampai awal 2017 kita lebih banyak brainstorming soal konsepnya dulu. Kita seharusnya modelnya kayak apa. Itu digodok bener-bener. Sampai akhirnya Juni 2017 itu pertama kali ketemu restoran yang mau jadi mitra kita yang pertama. Restoran Tanak Melayu di Ngagel," kata alumni Institut Teknologi Bandung tersebut.
Garda Pangan melakukan food rescue pertama dengan mengambil sisa makanan dari restoran itu. "Food waste-nya gak rutin karena restoran Melayu kan rendang kalau disimpan malah tambah enak. Paling yang sisa kan sayur sama nasi. Jadi yaudah kita rescue dulu gak apa-apa, tapi jadinya harus nambahin lauk. Lumayan ada pengeluaran juga di situ. Tapi gak apa-apa start jalan dulu saja. Patungan sama Dedhy dan istrinya," ujar Eva.
Baca juga: Volume Sampah 2018 Diprediksi Mencapai 66,5 Juta Ton!