TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kalimat Seksis yang Sering Diterima Perempuan Sehari-hari

Pernah mengalami salah satunya?

rawpixel.com/FrsPhoto

Perempuan kini mungkin sudah bisa berjaya dan maju di pekerjaan, pendidikan, dan struktur sosial, namun itu tak lantas meniadakan tindakan seksisme secara halus yang mereka terima sehari-hari. Di komunitas Everyday Sexism, bisa kita lihat berapa banyak perempuan yang menceritakan pengalaman mereka mendapat perlakuan seksis dan diskriminasi karena gender mereka.

Saking seringnya perempuan mendapat perlakuan seksisme, tujuh kalimat ini adalah yang paling sering diterima. Apa saja?

1. "Buat ukuran cewek, kamu udah jago lho... [masukkan jenis aktivitas]"

rawpixel.com/FrsPhoto

Di tempat-tempat yang memang didominasi oleh laki-laki seperti teknologi, olahraga dan bahkan musik, perempuan hampir sering mendapat pujian dalam bentuk seperti ini. Banyak laki-laki yang mengucapkan sentimen rendahan ini untuk mengakui bahwa perempuan sebenarnya mampu melakukan sesuatu yang pada akhirnya mempertahankan keyakinan seksis laki-laki.

Padahal ya, entah laki-laki atau perempuan sebenarnya punya kesempatan yang sama untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik. Next time jika memuji seseorang usahakan untuk tidak pernah menyinggung jenis kelaminnya.

Kan gak lucu kalau tiba-tiba ada omongan, "Buat ukuran cewek, kamu jago ya main gitar."

Umm excuse me, have you ever heard of St. Vincent?

2. "Tenang, kalem, santai ya..."

Ketika laki-laki secara antusias mengekspresikan pendapat mereka, biasanya orang-orang akan menganggapnya serius dan komentar mereka akan dipertimbangkan untuk kebaikan mereka. Tapi kalau perempuan yang seperti itu, mereka biasanya akan diabaikan dan komentar-komentar mereka pasti akan dikaitkan dengan emosi mereka, alih-alih diperhatikan dan dianggap serius poin pembicaraan mereka. Hal ini begitu umum sehingga Perdana Menteri Australia Tony Abbott, tak sungkan-sungkan untuk menyuruh perempuan untuk "calm down" saat sedang melakukan pekerjaan mereka.

Menyuruh perempuan untuk "rileks" atau "kalem" saat mereka mengekspresikan pendapat mereka sebenarnya adalah sebuah hinaan ketika itu digunakan untuk merespon perempuan yang sebenarnya hanya melakukan pekerjaan mereka.

Lain kali kalau ada yang menyuruhmu untuk "kalem" atau "tenang" jangan ragu-ragu untuk tegas pada mereka kalau kamu sedang berbicara, bukan untuk mencari ketenangan.

Baca Juga: Ini 7 Perempuan Inspiratif yang Hadir di IOS 2019, Catat Tanggalnya!

3. "Senyum dong!"

rawpixel.com/FrsPhoto

Seolah-olah menyuruh perempuan untuk "kalem" dan "tenang" belum cukup problematik, laki-laki juga tak segan menyuruh perempuan untuk tersenyum. Banyak perempuan yang mendengar kalimat ini ketika mereka terlihat emotionless atau cemberut. Entah apa yang dilakukan perempuan, jika mereka terlihat cemberut, laki-laki tak segan menyuruh mereka untuk tersenyum semata-mata hanya agar indah dilihat. 

Menyuruh perempuan untuk senyum gak ada hubungannya dengan laki-laki membuat perempuan jadi merasa lebih baik, tapi lebih kepada kontrol dan kekuasaan laki-laki atas perempuan.

Perempuan, mau cemberut kek, mau tersenyum kek, mau menangis kek, ya biarin aja kenapa sih?

4. "Harusnya kamu bersyukur aku gak melakukan [masukkan peristiwa yang lebih buruk] sama kamu"

rawpixel.com/teddy

Perempuan sering sekali disuruh berterima kasih dan bersyukur ketika hal-hal buruk tak menimpa mereka. Di budaya yang melanggengkan victim-blaming para perempuan korban kekerasan seksual, kalimat ini begitu sering diterima mereka. Laki-laki jarang sekali hidup dengan bayang-bayang yang sama seperti perempuan, yang selalu diberitahu untuk bersiap-siap jika ada peristiwa buruk menimpa mereka.

Alih-alih melanggengkan budaya ini, bukankah sebaiknya kita harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan di mana perempuan bisa hidup dengan tenang sama seperti laki-laki?

Perempuan tidak berutang apa pun pada laki-laki. Karena hidup yang tenang adalah hak segala bangsa.

5. "Nanti pasti kamu pengin punya anak, percaya deh!"

rawpixel.com/kaboompics

Sepanjang sejarah, perempuan dinilai kehidupan sosial, politik, dan ekonominya berdasarkan kemampuan reproduktif mereka. Meskipun kini perempuan sudah terbuka untuk berdiskusi tentang ketidak tertarikan mereka untuk memiliki anak, tapi masih saja mereka diberitahu bahwa suatu saat mereka pasti akan berubah pikiran.

Ketika kalimat ini benar-benar seksis dan mengganggu saat dikatakan saudara dan teman-teman, rasanya akan lebih merusak mental saat dokter pun juga mengatakan hal yang demikian. Banyak dokter yang menolak untuk melakukan histerektomi berdasarkan asumsi bahwa perempuan yang memintanya suatu saat akan mengubah pikiran dan ingin memiliki anak.

Padahal memiliki anak bukanlah sebuah kewajiban, namun pilihan. Mau sampai kapan kita tidak membebaskan perempuan untuk memilih apa yang memang menjadi keinginan mereka sendiri?

6. "[Masukkan anggota tubuh]-nya bagus ya!"

stepfeed.com

Survei yang pernah dilakukan Hollaback! dan Cornell University mengungkap bahwa 85 persen perempuan AS mengalami pelecehan di jalanan sebelum memasuki usia 17 tahun. Bentuk pelecehan ini bermacam-macam, mulai dari siulan, gestur ofensif, pujian bernada seksual, bahkan dikuntit sekalipun. Pelaku pelecehan biasanya berdalih bahwa komentar-komentar ini sebenarnya adalah pujian meskipun kenyataannya mereka melecehkan.

Sesuatu yang jaraaaang banget dialami laki-laki kalau sedang berjalan sendirian di jalan.

Baca Juga: 7 Fakta tentang Squirting, Ejakulasi Perempuan yang Jarang Diketahui

Verified Writer

Ice Juice

A dyslexic peculiar organism capable of turning caffeine into words.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya