TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hannah Al Rashid, Konsisten Perjuangkan Keadilan untuk Perempuan

Perempuan harus berani bersuara

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Kekerasan seksual dan ketidakadilan terhadap perempuan menjadi suatu permasalahan yang tak kunjung terselesaikan. Ada ratusan kasus terkait perempuan yang masih menunggu pertanggungjawaban untuk mendapatkan hak serta keadilan. Hannah Al Rashid merupakan salah satu public figure yang mendukung adanya gerakan yang memperjuangkan hak perempuan. Hal ini dibuktikannya dengan rutin menghadiri event Women's March setiap tahunnya. Penasaran gimana sih keseruan Hanna di Women's March 2019?

1. Mengosongkan waktu khusus untuk Women's March

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Hannah Al Rashid memang sangat tertarik dan menunjukkan rasa simpatinya terhadap sejumlah perempuan yang mengalami ketidakadilan dan kesetaraan. Demi hadir di Sabtu pagi ini, Hannah rela jauh-jauh dari Cirebon pukul 1 pagi dan tiba di Jakarta pukul 4 subuh tadi. "Saya memang minta pada tim saya untuk mengosongkan satu hari penuh agar bisa ikut dalam Women's March. Karena bagi saya konsistensi dalam mengikuti event itu merupakan bentuk nyata dukungan saya," kata Hannah saat ditemui di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta (27/4).  

Baca Juga: Women's March Jakarta 2019 Serukan Politik Perempuan Tanpa SARA

2. Perempuan memiliki tempat yang sama dan suara yang penting untuk didengar

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Saat pertama kali Hannah terlibat dengan Women's March dari sebuah rasa penasaran. Movement apa sih yang selalu digaungkan oleh Women's March. Setelah terjun langsung, Hannah merasa event ini sangat luar biasa, dan ia harus menjadi salah satu bagian dari perjuangan ini. Mulanya hanya di Jakarta tapi bisa berkembang di 25 kota di Indonesia. Isunya pun beragam sesuai dengan kondisi yang ada di setiap daerah. Women's March juga sebagai bentuk perlawanan perempuan untuk bisa didengar keinginannya.

3. Saya pernah menjadi bagian dari seseorang yang diperjuangkan Women's March

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Salah satu hal yang paling kuat mendorong Hannah terlibat dalam Women's March adalah pernah merasakan yang sama yakni menjadi korban kekerasan seksual. "Saya pernah menjadi mereka yang sedang diperjuangkan. Bagaimana perasaan saya menjadi korban kekerasan seksual. Namun saya berani untuk bicara dan menceritakan pengalaman saya. Siapa sangka keberanian saya justru menjadi awal atau gerbang banyak perempuan untuk bercerita, menyampaikan apa yang pernah mereka alami. Padahal saya dan mereka tidak pernah mengenal satu sama lain. Karena sebenarnya seseorang akan jauh lebih terbuka dengan orang yang tidak pernah dikenalnya, daripada orang yang sudah dekat." ungkapnya.

4. Masih banyak perempuan yang terbelenggu dengan keadaan

IDN Times/Syarifah Noer Aulia

Satu dari tiga perempuan di Indonesia mengalami kekerasan seksual, hal ini dirasa sangat mengkhawatirkan. Ada ribuan direct massage yang mampir ke akun sosial instagram Hannah, untuk bercerita dan mengadu segala hal yang mereka alami. Bahkan banyak di antara perempuan yang akhirnya mengatakan, "Baru kali ini saya bercerita dengan kamu Hannah." Artinya begitu banyak perempuan di luar sana yang takut, cemas, khawatir mengenai kondisi dan konsekuensi yang akan mereka terima usai menceritakan apa yang telah menimpa dirinya. 

Baca Juga: Women’s March 2019, Perempuan Desak RUU PKS Segera Disahkan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya