TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kesalahpahaman Feminisme yang Sering Orang Lakukan, Termasuk Kamu!

Feminisme tak sekejam itu kok!

Unsplash/Chris Murray

Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme bukan ideologi yang menebar kebencian pada kaum pria.

Di Indonesia, paham feminisme berkembang cukup pesat. Namun hanya sedikit perempuan yang mau melibatkan diri untuk menjadi bagian dari gerakan yang berasal dari negara-negara Barat tersebut. Feminisme sering dicap sebagai paham yang melemahkan posisi perempuan karena orang awam menganggap bahwa penganut feminisme selalu menuntut sesuatu yang lebih dan spesial daripada pria. Padahal, gerakan feminisme hanya menuntut equal right, bukan special right.

Sayangnya berbagai pemahaman yang keliru itu terus saja disebarkan. Dan inilah 7 kesalahpahaman tentang feminisme yang seringkali orang pikirkan.

1. Mitos: Feminis membenci laki-laki. Fakta: Feminis membenci laki-laki brengsek.

pixabay.com

Ini salah satu kekeliruan yang paling umum di kalangan orang awam. Mereka menganggap bahwa feminis pasti membenci laki-laki. Padahal sebenarnya feminis hanya membenci laki-laki brengsek. Because, who doesn't hate douchebags?

2. Mitos: Feminis harus lebih tinggi derajatnya dari laki-laki. Fakta: Feminis hanya menginginkan kesetaraan gender.

stocksnap.io

Feminisme diciptakan untuk memperbaiki ketidakseimbangan gender yang terjadi sejak zaman dulu ketika perempuan tak dianggap sebagai manusia seutuhnya dan tak memperoleh hak yang sama. Feminisme diciptakan untuk perempuan yang ingin menjadi lebih baik dari semua ketidakadilan yang ada.

Feminis gak sejahat itu kok. Feminis gak akan mengambil alih dunia dengan mengorbankan para laki-laki.

Baca Juga: Kaum Feminis: Bukan Membenci Kaum Adam, Tapi Hanya Ingin Disejajarkan Saja

3. Mitos: Feminisme melawan kodrat alami manusia. Fakta: Feminisme diciptakan untuk melawan kebodohan.

finda.photo

Tak hanya ­membebaskan hak-hak perempuan yang tergadaikan, paham ini juga membebaskan para laki-laki untuk mendobrak paradigma masyarakat terhadap mereka. Feminisme akan mengubah peran gender, norma seksual dan praktik seksis yang masih sering membatasi diri.

Laki-laki juga berhak untuk hidup di luar lingkaran maskulinitas tradisional. Laki-laki juga berhak untuk rajin ke salon dan merawat diri, laki-laki juga berhak untuk menangis ketika terluka. Dengan kesetaraan pendidikan, perempuan akan memiliki pilihan hidup yang jelas lebih baik.

4. Mitos: Feminis pasti gak ingin memiliki anak. Fakta: Feminis gak ingin menganggap bahwa memiliki anak adalah kewajiban karena punya anak adalah sebuah pilihan.

finda.photo

Feminis sangat berkomitmen untuk mengatasi masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari seperti KDRT, pemerkosaan dan kekerasan seksual, objektifikasi seksual, dan salah satunya adalah anggapan masyarakat bahwa setiap perempuan pasti harus memiliki dan melahirkan anak.

Masyarakat menganggap bahwa setiap perempuan memiliki keharusan untuk melahirkan anak. Seorang perempuan tak akan dianggap sempurna sampai ia memiliki anak. Padahal memiliki anak bukanlah kewajiban, namun pilihan. Setiap perempuan berhak untuk menentukan setiap pilihannya karena itu tubuh mereka sendiri, dan orang lain tak berhak untuk menentukan apa yang harus dilakukan seorang perempuan selama ia masih mandiri.

5. Mitos: Feminis tidak percaya pernikahan. Fakta: Feminis tetap bisa membangun keluarga dengan ikatan pernikahan yang bahagia.

stocksnap.io

Banyak, lho, feminis yang punya keluarga bahagia. Selama pernikahan itu memberikan kesetaraan yang sama dan cinta yang dirasakan juga membahagiakan, rasanya tak ada alasan untuk tidak menikah. Apa yang ditentang para feminis ini adalah saat masyarakat menilai pernikahan adalah "tempat yang lebih baik" untuk perempuan, saat masyarakat memberi sanksi sosial untuk perempuan yang tak menikah atau bercerai, dan saat pernikahan digunakan masyarakat untuk mengontrol perempuan.

6. Mitos: Feminisme belum berubah seiring waktu, masih kolot dan kuno. Fakta: Feminisme telah berkembang pesat dan telah menyesuaikan dengan konteks lokal.

pexels.com

Feminisme gelombang pertama feminisme di abad 19 fokus terhadap kesetaraan hak sipil dan politik. Dan kini ketika feminisme telah mencapai gelombang keempat, feminisme sudah jauh berkembang menjadi paham yang melawan penindasan yang berkaitan terhadap ras, seksualitas dan jenis kelamin. Gerakan feminisme saat ini sudah lebih cenderung kepada memberi kesadaran dan pengertian pada orang-orang untuk menyediakan ruang pada mereka yang merasa minoritas secara ekonomi, sosial, gender, preferensi seksual, ras, dan lain-lain.

Baca Juga: Cowok Itu Harus Jadi Feminis, Kenapa? Ini 11 Alasannya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya