TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Meyda Bestari, Kenalkan Teater Boneka ke Seluruh Lapisan Masyarakat

#AkuPerempuan Teater boneka bukan sekedar hiburan lho!

instagram.com/sorxellerie

Pada tahun 2000, tepatnya di acara XVIII Congress of the Union Internationale de la Marionnette (UNIMA) di Magdeburg, seniman teater boneka Iran bernama Javad Zolfaghari mengajukan proposal hari Teater Boneka. Dua tahun kemudian, usulnya disetujui dan tahun 2003 adalah perayaan Hari Teater Boneka Sedunia (World Puppetry Day) yang pertama.

Ada seorang wanita inspiratif bernama Meyda Bestari. Ia merupakan salah satu penggerak teater boneka yang gigih di Indonesia dan patut diapresiasi. Mari intip usahanya kenalkan teater boneka ke seluruh lapisan masyarakat berikut ini!

1. Meyda memulai kiprahnya sejak empat tahun lalu. Bersama dengan pasangannya, ia membangun Flying Balloons Puppet

facebook.com/pg/flyingballoons.puppet

Perjalanan Meyda dalam dunia teater boneka, bisa dibilang cukup unik. Pada tahun 2015, tepatnya bulan Januari, ia terjun ke bidang tersebut dengan mendirikan Flying Balloons Puppet (FBP). "Karena pasangan saya mendirikan grup teater boneka tersebut," jawab Meyda menjawab latar belakangnya berkariernya.

Namun lebih dari sekedar ikut pasangan, ia juga punya latar belakang mulia. "Alasan lainnya adalah ketertarikan saya pada pembuatan boneka dan bagaimana boneka bisa menjadi media untuk berbagi kepada orang banyak," ungkapnya.

2. Menjadi salah satu pendiri teater boneka membuat Meyda harus memegang beberapa posisi sekaligus. Meski begitu, ia bahagia menjalaninya

facebook.com/pg/flyingballoons.puppet

Berhubung FBP adalah sanggar teater boneka pertamanya, upaya Meyda membangun nama FBP cukup rumit dan dipenuhi jatuh bangun. "Saya berangkat sebagai tim wardrobe di pementasan pertama Flying Balloons Puppet berjudul "Hadiah Kecil". Lalu di tahun yang sama, saya menjadi puppet maker dan puppeteer," papar perempuan kelahiran tahun 1993 ini.

Di saat yang sama, tim FBP hanya terdiri dari dirinya sendiri dan Rangga (pasangan kekasih yang kini jadi suaminya). Namun mereka memberanikan diri berkolaborasi dengan salah satu penari di Yogyakarta. Setelah itu, ia sempat vakum setengah tahun untuk urusan pendidikan.

Tahun 2016, akhirnya FBP kembali lagi. Kolaborasi dengan grup teater di Yogyakarta dilakukan. Hal ini turut menandai tugas Meyda yang baru, yaitu creative manager yang merangkap sebagai puppeteer, puppet maker, serta costume designer.

Baca Juga: Kisah Melisa Irene: 3 Tahun Lulus, Jadi Petinggi Perusahaan Investasi

3. Tidak cuma menghibur, Meyda dan timnya selalu mengutamakan pesan sosial di setiap pertunjukan. Salah satunya adalah soal lingkungan hidup

dok. Flying Balloons Puppet

Tak sekadar mengadakan pementasan, upaya Meyda cukup keras untuk mendaftarkan FBP ke beberapa ajang/ruang agar publikasi tentang mereka bertambah. Saat ditanya apa yang membedakan teater bonekanya dengan yang lain, Meyda mengaku FBP masih dalam proses mencari bentuk yang tepat untuk menggambarkannya.

"Isu yang FBP bawakan kebanyakan berbau tentang isu lingkungan, mitos, dan hal-hal supranatural. Ini dikarenakan founder kami sangat dekat dengan isu tersebut," kisahnya. Di antara banyak cerita yang pernah dibawakan, kisah tentang makhluk yang kehilangan rumahnya (seputar isu lingkungan) adalah yang paling sering. Salah satunya adalah "Natuh" yang dipentaskan sebanyak tujuh kali.

4. Perjuangan Meyda dan seluruh timnya berbuah manis. Dalam waktu empat tahun, beberapa prestasi sudah mereka telurkan

instagram.com/flyingballoons.puppet

"Prestasi, saya rasa tidak hanya berupa penghargaan tapi keikutsertaan kami pada beberapa event yang kami rasa cukup memengaruhi karier kami di teater boneka," jelas Meyda. Keikutsertaan yang Meyda maksud, salah satu di antaranya adalah bergabung dalam Pesta Boneka sebanyak dua kali, dapat bertemu dengan banyak pelaku teater boneka dari dalam dan luar negeri, serta mendapatkan banyak ilmu dari sana.

"Kami terpilih sebagai salah satu komunitas pada program Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017, yang didukung oleh Galeri Indonesia Kaya serta Bakti Budaya Djarum Foundation. Kami juga mengisi Art Jakarta di tahun 2018," sebut Meyda soal prestasi FBP lainnya.

5. Meski gadget menjadi salah satu hiburan masa kini untuk masyarakat, Meyda tidak pesimis dan berkecil hati

facebook.com/pg/flyingballoons.puppet/photos

"Saya masih yakin bahwa teater boneka tetap bisa jadi alternatif hiburan dan penyampai pesan bagi masyarakat umum dan anak-anak. Meskipun suatu kesempatan, yang datang menikmati pertunjukan kami sangat sedikit, tapi tidak membuat kami kecil hati," ungkapnya legawa.

Menurutnya, ada yang menonton dan menghargai karyanya saja, ia cukup bersyukur. Karena ia memahami kesulitan teater boneka selama ini adalah kurangnya dukungan berbagai pihak. "Image yang ada tentang teater boneka itu, seolah-olah hanya pertunjukan untuk anak-anak. Padahal menurut saya, teater boneka bisa dibuat untuk siapa saja dengan isu apa pun," tandas perempuan yang lahir di Mataram tersebut.

Baca Juga: Tak Harus Mahal, Ini Tips Sukses Jadi Influencer ala Olivia Lazuardy

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya