TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tren Industri Kecantikan Terkini di Indonesia dari L'Oreal, Apa Saja?

Bandingkan dua tahun lalu, sudah kenal micellar water belum?

Umesh Phadke dan tim dalam acara media roundtable di kantor L'Oreal Indonesia. 23 Juli 2018. IDN Times/Febriyanti Revitasari

Jakarta - IDN Times. Selasa lalu (23/7) PT L'oreal Indonesia menyelenggarakan acara media roundtable di kantor pusatnya di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, perusahaan ini memaparkan strateginya memenangkan pasar dengan konsep consumer centricity. Dari hasil riset tersebut, kita dapat mengetahui tren industri kecantikan terkini di Indonesia. Apa saja?

1. Perempuan semakin tertarik untuk tampil menawan berkat kehadiran teknologi. Lebih-lebih, sebelum mengabadikan dirinya di media sosial

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Ada tiga hal yang menjadi pemicu pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia. Pertama, konsumen muda yang dinamis dan digital savvy. Berumur rata-rata di atas 30 tahun, ingin berpenampilan baik, dan optimis akan masa depan," tutur Umesh Phadke, Presiden Direktur PT L'Oreal Indonesia.

Bukan hanya itu, Umesh menjabarkan beberapa karakter konsumen industri kecantikan yang sudah sangat mengakrabi teknologi dalam genggamannya. "Mereka dengan mudah mendapatkan tren kecantikan terbaru dengan smartphone," tambah dia.

Perkembangan Instagram dan selfie turut mendorong seseorang untuk tampil menawan dan maksimal sebelum menjadi eksis di sosial media. Karena itu, masyarakat khususnya perempuan, perlu produk kecantikan yang mumpuni.

2. Semakin menjamur & dinamisnya retail modern yang menjadikan produk kecantikan sebagai andalan. Belanja kosmetik & skincare jadi lebih mudah

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Modernisasi ritel dan ecommerce memungkinkan konsumen di seluruh dunia untuk mencoba dan mendapatkan inovasi terbaru produk kecantikan," sebut Umesh lagi. Ia melanjutkan bahwa drugstore sekarang lebih inovatif dan tidak melulu menjual obat-obatan. Barangkali bisa dikatakan jika orang-orang yang datang ke sana tidak ada yang sakit, namun hanya membeli skincare dan kosmetik.

Serbuan ecommerce diiringi promo-promo menarik, tidak ketinggalan membuat industri kecantikan semakin meriah oleh mereka yang sekedar ingin mencoba atau memang beauty enthusiast. Lalu keberadaan minimarket yang turut memajang kosmetika serta skincare dengan barang kebutuhan lainnya, turut memiliki peran.

Baca Juga: 7 Tips Eyeliner Putih ala Jennie BLACKPINK yang Sedang Trend

3. Pertumbuhan perempuan Muslim modern yang begitu cepat dan tidak ikut ketinggalan dalam industri kecantikan

IDN Times/Febriyanti Revitasari

"Wanita Muslim modern yang berwirausaha atau pun berkarier di luar rumah, memicu peningkatan kebutuhan untuk merawat diri dan berpenampilan lebih baik," tambah Umesh. Ecommerce dan social commerce memungkinkan perempuan menjadi entrepreneur ketika memenuhi peran tradisionalnya. Aspirasi entrepreneurial ini juga yang jadi pemicu besar dalam berkembangnya industri kecantikan.

4. Melihat hal tersebut, L'Oreal pun tak ingin tinggal diam. Ia merancang tiga strategi utama untuk menangkap momen tersebut

IDN Times/Febriyanti Revitasari

Umesh percaya agar dapat bersaing di era dengan kecenderungan tersebut, sebuah perusahaan harus lebih mendengar konsumen ketimbang berharap konsumen menerima apa yang mereka tawarkan. "Strateginya harus dimulai dari aspirasi konsumen (consumer centricity) untuk menentukan konsep produk yang paling sesuai kebutuhan," lanjutnya.

Strategi pertama adalah L'Oreal menerapkan inisiatif Consumer Connect untuk berinteraksi secara personal dengan setiap konsumen yang ada di Indonesia. "Consumer Connect terdiri dari dua program, yaitu Beauty Online Panel dengan konsumen yang sudah advance serta Home Visit Immersion dengan konsumen umum," ujar Aswaina Seroja, Chief Consumer Office PT L'Oreal Indonesia.

Kedua, menciptakan inovasi produk yang menjawab aspirasi konsumen dan tepat guna. Di sinilah, divisi Consumer & Market Insight serta divisi Research & Innovation bekerja sama menghasilkan produk yang mendengarkan suara pelanggan, berbasis ilmu pengetahuan, dan ujungnya sesuai dengan iklim, budaya, dan perilaku masyarakat.

Ketiga, menciptakan koneksi produk yang relevan untuk konsumen lokal. "Pemilihan medium komunikasi yang efektif melalui sosok-sosok yang tepat, personal experience dalam mencoba dan memilih produk, serta promosi yang dilakukan pada momen peniting seperti liburan, Natal, dan Ramadan berperan penting bagi konsumen dalam memutuskan produk yang dibawa pulang," tutur Umesh lagi.

Baca Juga: Makeup Anti-Blue Light Pada Tren No Makeup, Cegah Kerusakan Kulit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya