Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jadi Ketua Komnas Perempuan, Azriana Ajak Wanita Indonesia Perjuangkan Hak dan Keadilan!

Teguh Iman/suarakita.org
Teguh Iman/suarakita.org

Memperjuangkan hak-hak agar memperoleh keadilan seutuhnya bagi perempuan mungkin menjadi mimpi Azriana Manalu, Ketua Komisi Nasional Anti-kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), untuk para puan di bangsa ini. Sudah puluhan tahun lamanya dia bergabung dengan komisi tersebut. Selama itu pula dia memegang tampuk kepemimpinan selama dua periode dan menjadi corong buat mereka yang dianggap lemah.

“Ini periode kedua saya bergabung dengan Komnas Perempuan. Saya pernah jadi komisioner pada tahun 2007-2009. Saat itu saya menjadi Ketua Sub-komisi Pengembangan Sistem Pemulihan,” ujar Azriana kala dihubungi IDNtimes, pekan lalu.

Ketertarikan Azriana terhadap pekerjaan sosial ini bukan hanya lantaran ia ingin memperjuangkan hak, tapi juga karena pengalaman yang diperoleh kala menjadi relawan saat konflik bersenjata di Aceh terjadi. Di sinilah semuanya dimulai. ​

Default Image IDN
Default Image IDN

Awalnya, dia mulai berkenalan dengan Komnas Perempuan pada 1999. Komnas tersebut menugaskan para komisionernya buat membantu para pengungsi di Aceh, terutama perempuan dan anak-anak.

Sejak itulah Azriana terlibat aktif dalam beberapa kegiatan Pemantauan Komnas. Gunanya ialah untuk menciptakan mekanisme pemulihan bagi korban kekerasan.

“Pengetahuan saya tentang isu kekerasan terhadap perempuan sebagian besar saya peroleh dari keterlibatan kerja bersama Komnas Perempuan. Saya mengintegrasikan seluruh pengetahuan itu dengan ketrampilan yang saya miliki sebagai advokad.”

Default Image IDN
Default Image IDN

Mulai dari situ ia tergabung dengan Komnas Perempuan. Hingga pada 2009 tugas pertamanya sebagai komisioner kelar. Ia pun balik lagi ke Aceh buat menjadi Tim Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK) sambil membantu LBH APIK Aceh menangani sejumlah kasus kekerasan terhadap perempuan.

Di situ, ia resmi jadi aktivis daerah. Tentu ada perbedaan kasus yang ditangani kala ia bertugas di daerah dengan di kota. Kata dia, di daerah terasa sekali kalau Komnas Perempuan betul-betul menjadi tumpuan advokasi di tingkat nasional. Saat itulah kepekaannya semakin terasah.

Kala itu, Azriana berkisah tentang banyaknya kasus yang dirasa sulit ditangani. Namun, ia tak patah arang. Meski demikian, ada perkara yang betul-betul menguras pikirannya. Kasus itu menyangkut kekerasan seksual terhadap perempuan.

Default Image IDN
Default Image IDN

“Kasus kekerasan seksual sering dilihat sebagai persoalan pelanggaran moral semata, bukan kejahatan yang telah merugikan korban. Ini juga cara pandang hukum kita. Kekerasan ditempatkan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan, bukan kejahatan terhadap tubuh atau badan,” tuturnya.

Menurut Azriana, dalam cara pandang ini, korban sangat disayangkan hanya dilihat sebagai pihak yang turut dipersalahkan. Musababnya, dianggap tidak mampu menjaga moralitas. Hal itu tampak menyakitkan karena korban akan menerima stigma dan pengucilan.

“Saya merasa sedih karena sanksi sosial buat mereka terkadang lebih panjang dari sanksi pengadilan yang dijatuhkan buat pelaku.”

Sebagai Ketua Komnas Perempuan dua periode, Azriana tak mau budaya merendahkan perempuan berlanjut.

Default Image IDN
Default Image IDN

Ia keberatan dengan sistem hukum yang bias gender. Masyarakat sering menganggap perempuan yang bersalah karena memantik hasrat seksual pria dan sebagainya.

Selain itu, selalu ada penyangkalan atau penolakan jika yang mengalami korban kekerasan seksual itu perempuan dewasa. Sebab, dalam pandangan hukum dan masyarakat Indonesia, perempuan dewasa tidak bakal mengalami kekerasan seksual. Padahal hal itu salah. “Mereka lupa ada konstruksi sosial masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai objek seksual, berapa pun usianya."

Saking getolnya cari fakta kasus kekerasan dan memperjuangkan hak-hak parempuan, Azriana sampai-sampai harus berhadapan dengan pejabat publik, pelaku kekerasan, atau orang yang punya kuasa.

Default Image IDN
Default Image IDN

Ia pun kerap mendapatkan ancaman dari mereka.

“Pernah juga diancam tokoh atau kelompok masyarakat yang merasa keberpihakan kita kepada korban kekerasan seksual merupakan bentuk perlawanan terhadap ketentuan moral atau agama. Ini semua karena masyarakat kita masih belum punya pengetahuan tentang kekerasan seksual. Mereka menyamakannya dengan hubungan seksual.”

Azriana berujar, kekerasan seksual sejatinya bukan hanya melanggar nilai-nilai yang diajarkan agama, tapi juga menghancurkan martabat kemanusiaan orang yang menjadi korban.

Default Image IDN
Default Image IDN

Kegigihan Azriana membuka peluang buat dia untuk kembali menjadi pahlawan bagi para perempuan. Pada 2014, ketika Komnas Perempuan melakukan seleksi penerimaan komisioner untuk periode 2015-2019, ia kembali mendaftar.

Karena prestasinya dan jam terbang yang tak patut dipertanyakan lagi, perempuan yang terkenal ramah ini akhirnya kembali terpilih jadi komisioner.


Percayalah, kamu juga salah satu wanita hebat versi dirimu sendiri. Namun kamu sering tak menyadarinya. Setiap wanita istimewa dan berdaya. Saatnya kamu angkat bicara dan ceritakan kisah inspiratifmu pada dunia. Upload fotomu dan bagikan ceritamu di media sosial ya. Jangan lupa gunakan hashtag #AkuWanitaHebat.

Default Image IDN
Default Image IDN
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hanum Putri Anjani
EditorHanum Putri Anjani
Follow Us